32. Reo dan Olive

1.1K 81 8
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

Olive menarik langkahnya pelan mendekati orang tuanya tengah menonton sebuah televisi. Ia taruh paper bag di atas meja. Hal tersebut membuat atensi dua paruh baya beralih fokus.

"Assalamualaikum, Ma, Pa." Gadis itu menyambut kedua tangan orang tuanya.

"Waalaikumsalam, udah makan belum?"

"Udah disana."

"Ini apa?" tanya Mama Olive, wanita paruh baya bernama Oka. Menyambut paper bag itu.

Wiro, pria itu menatap lamat putri kecilnya.

"Olive,"

"Iya, Pa?" ia duduk di sebelah Oka. Wanita paruh baya itu tampak tersenyum melihat isi makanan.

"Pinter banget, Bunda-nya Reo. Hampir setiap kamu pulang dari Sana pasti nggak lupa dibawain sesuatu."

"Ya, Bunda emang baik banget!" setuju Olive tersenyum lebar.

"Olive, apa kamu lupa?!" suara tegas dari Wiro mengendurkan senyum cantik milik Olive.

Oka menatap ke kanannya pada suaminya. "Pa, lebih baik kebahagiaan anak kita!" ujarnya pelan.

Mata hitam Wiro menatap istrinya bergantian. "Bahagia apa Ma? Apa kalau keluarga besar Sahtapy tahu, dia masih menerima putri kita?"

"Pa!" seru Oka meminta Wiro untuk berpikir jernih.

"Putuskan hubungan, kalian. Ini yang terbaik, Papa nggak mau anak Papa sengsara!" ujar Wiro tegas.

Deg

Mata indah itu berkaca kaca. Pandangannya pun mulai blur. Ia mengusap sudut matanya. "Cinta Reo buat Olive itu tulus Pa. Reo nggak mungkin ninggalin aku cuma karena kita berbeda."

"Om Ray, Bunda nggak lihat seseorang dari material!" imbuhnya ditegaskan.

"Apa kamu bisa jamin itu? Kita nggak tau seperti apa kedepannya nak." sahut Wiro.

"Pokoknya enggak! Olive nggak mau putus!" tolak gadis itu berdiri dari duduknya hendak meninggalkan ruang TV itu.

"Olive, Papa besarin kamu buat untuk ngelawan Papa." Intruksi Wiro duduk menatap punggung putrinya.

"Tapi nggak gini juga Pa."

Wiro membuang nafasnya lelah. Pria paruh baya itu termenung. Wiro tidak tau saja, bahkan gadis itu sudah meminta putus, sepihak. Namun Reo tak pernah membiarkannya pergi begitu saja. Itu hanya sia-sia.

Wiro tidak tahu, sifat Reo bagaimana.
Lelaki tampan itu memiliki sifat seperti orang tuanya. Miliknya akan tetap menjadi apa yang dia miliki.

"Perusahaan ini sudah Papa rintis dari nol, sampai menjadi besar sekarang. Dengan mudahnya hancur."

Olive membalikkan tubuhnya. Ia menatap Papanya yang terdiam. Oka pun mengusap bahu suaminya. Wanita paruh baya itu mencoba tersenyum pada putrinya.

"Olive nggak masalah hidup susah, asalkan sama Papa, Mama."

"Tapi Papa yang nggak mau kamu hidup susah! Papa kerja keras buat anak Papa! Supaya nggak ngerasa menderu!" tukas Wiro.

Air mata Olive jatuh terbendung. Tangisnya pun Kian terdengar.

"Tapi Olive nggak masalah, Pa."

Perusahaan Wiro berada di ambang kehancuran. Perusahaan Praja, adalah perusahaan terbesar dua setelah Sahtapy Corp. Bisa bisanya menyabotase perusahaan W company. Yaitu milik Wiro sendiri. Perusahaan yang bergerak pada bidang properti.

Pacar Ketua Osis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang