33. Reo dan Olive

1K 71 2
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

H.O group, perusahaan yang dimiliki oleh pria paruh baya. Memiliki putri cantik, bernama Olive Caltria. Gadis cantik berambut ombre, kekasih dari pasangan bermarga Sahtapy.

Semua orang tahu, marga itu. Marga paling terkenal dengan keharmonisan serta kekayaan yang mewah.

Sebuah polaroid bergambarkan dua manusia tengah saling pandangan itu kian membuat tangis si empu tak bisa dielak. Tarikan pada sudut bibir itu membentuk lengkungan lebar. Yang ia ketahui itu bukan senyum bahagia, tapi luka.

"Banyak banget rintangan di hubungan kita,"

Gadis itu menghirup udara malam yang makin sepi ini. Suara kendaraan juga tak terdengar ramai seperti beberapa jam lalu.

"Aku mau berterimakasih, kamu pernah jadi sosok laki laki yang baik banget. Tulus, apa adanya kamu. Enggak minta Aku jadi apa yang kamu mau."

Gadis itu tersenyum, lalu membuang nafasnya pelan."Aku berharap, nggak akan lemah cuma gara gara aku."

Diletakannya polaroid itu pada kasur di ranjangnya. Ia berdiri dari tempat lantas menuju balkon yang terbuka.

Semakin hari pikirannya kacau. Ia tidak bisa terus terusan di kamar, gadis itu pun memilih ijin untuk tidur di apartement milik Papanya. Dan alhamdulillahnya, apartement ini dekat dengan sekolah. Ia ingin melepaskan beban dipikirkannya.

Setidaknya untuk sejenak. Dirinya juga sebenarnya tidak tenang. Reo banyak sekali mengintip pesan maupun calling. Tapi ia belum bisa untuk bersikap baik baik saja saat ini.

Dihadapkan dua pilihan sulit. Seberapa keras Olive mencoba berpikir tapi nihil. Gadis itu belum menemukan hasil apapun.

***

Alunan musik selow nan melow itu bermakna cukup untuk laki laki muda berwajah tampan. Pikiran dan hatinya berbeda. Hatinya berkata jahat, pikirannya berpikir egois.

Dimana kamu, apakah kau rindu.

Oh sungguh susah, buat lupa.

Hati tak bisa berdusta.

Walau ku tahu, kau bukan untukku.

Tapi tetap kau terindah.

Cinta tak salah, aku yang salah.

Seketika itu sebuah benda terlempar keras. Menimbulkan bunyi nyaring di heningnya apartement. Beling berserakan, dia yang melakukan itu.

"Gue nyesel, kenapa dulu gue biarin lo pergi gitu. Harusnya kita masih bareng bareng sampai sekarang."

"Nggak ada orang ketiga yang jadi hambatan." lanjutnya bergumam kecil. Hatinya sangat sakit.

"Lukisan?"

Laki laki kecil itu mengangguk senang. Ia menarik tangan gadis kecil itu agar mengikutinya.

"Gimana suka?" pertanyaan itu belum mendapat respon. Saking terpesonanya pada lukisan cantik seorang gadis yang tengah duduk di ayunan.

"Itu Olive. Renal dua hari ngelukisnya!" ujar bocah itu, usianya mungkin sekitar 6 tahun.

"Suka banget!"

Pacar Ketua Osis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang