Berbicara tentang pengabdian seorang istri, nyatanya Salwa masih belajar untuk itu. Senyumnya, hasil masakannya yang tak seberapa, tatapannya, dandanannya, lalu aroma parfumnya, pun dengan hatinya. Sudah beberapa kali Fatih mengucapkan kalimat-kalimat sayang kepadanya. Hanya saja, sampai detik ini lidahnya masih kelu untuk membalas, padahal hatinya ingin sekali mengucapkan hal yang sama.
Hari ini suaminya akan pulang setelah penerbangan terakhir yang akan tiba di Jakarta sekitar jam lima sore. Mengetahui hal itu, gegas dia pulang lebih awal untuk membersihkan rumah, menyiapkan makan malam, juga berdandan seperti yang disarankan Aulia. Alat make up yang dibelinya sore lalu sudah dimasukkan ke dalam tas untuk dibawa pulang. Tidak heran kalau Salwa baru membelinya, sebab isi hantaran sewaktu pernikahannya bulan lalu hanya ada bedak, lipbalm, dan satu set skincare. Dia menolak saat ditawari perlengkapan make up karena merasa tidak pernah menggunakannya.
"Wa, dandan buat suami itu pahala tau. Termasuk dari menyenangkan mata suami. Anti tuh statusnya udah jadi istri loh. Menyenangkan mata, telinga, dan hidung suami itu bisa jadi ladang amal buat istri. Apalagi kalau menyenangkan yang ...," ungkap Aulia yang diakhiri gelak tawa dan wajah malu-malu Salwa. Hal itu pun terus terngiang di benak Salwa. Matanya memejam, menarik napas dalam, lalu berusaha tersenyum. Benar, dia harus belajar jadi istri yang baik. Terlebih, suaminya mau menerima masa lalunya yang tidak mengenakkan.
Salwa melihat jam dinding di dekat meja makan, kurang lebih empat jam lagi suaminya pulang, itu pun kalau tidak terjebak macet. Dia pun membongkar belanjaannya untuk kemudian dimasak sebagian, dan sebagiannya lagi dicuci lalu disusun di dalam kulkas. Berdasarkan informasi dari sang kakak ipar, Salwa pun memutuskan untuk memasak makanan kesukaan Fatih hari ini: ayam kremes, tumis jamur, dan pepes tahu. Walau belum pernah memasak ayam kremes dan pepes tahu, tapi dia akan mencobanya dan melakukan yang terbaik. Harap-harap, rasanya sesuai dengan lidah suaminya.
Entah kenapa, Salwa merasa waktu bergerak begitu cepat. Saat baru memasukkan bungkusan pepes ke dalam kukusan, gema azan dari ponselnya berbunyi. Segera dia tinggalkan dapur untuk menunaikan kewajiban terlebih dahulu, lalu setelahnya melanjutkan masakannya dan berberes rumah serta kamar.
***
Salwa tersenyum bangga atas hasil jerih payahnya hari ini. Walau melelahkan, tapi bayangan wajah Fatih yang menikmati masakannya membuat degup jantungnya menjadi tak keruan. Tinggal satu yang belum dia persiapkan, yaitu merias diri. Sebentar lagi azan magrib, nanggung, pikirnya.
Namun, selepas salat Magrib hingga hampir isa, bel rumah yang yang ditunggu Salwa tak kunjung berbunyi. Biasanya, walau Fatih selalu membawa keycard atau bahkan hapal sekalipun password apartemen mereka, dia akan tetap membunyikan bel agar dibukakan pintu oleh Salwa. Biar rasanya ada yang nyambut, begitulah kata Fatih ketika Salwa lambat membuka pintu dan bertanya mengapa tidak masuk saja.
Perasaan Salwa mulai tak enak. Apakah macet sungguh menjebak suaminya di jalanan ibukota, atau ada hal lain yang membuatnya tak bisa pulang. Jika diingat-ingat, tidak ada pesan mengenai keterlambatan suaminya sejak tadi. Salwa pun memutuskan untuk menunggu sebentar lagi.
Kini jarum jam sudah menunjuk pada angka delapan dan lima. Salwa yang ketiduran di atas sajadah, selepas salat Isa, baru terbangun dan segera beristigfar. Dia segera mencuci wajah dan memoles sedikit make up karena yang sebelumnya sudah dihapus saat sebelum berwudu.
Cemas, jantungnya berdetak cepat saat tak ditemuinya sosok sang suami di ruangan mana pun di apartemen mereka. Kakinya mendadak lemas akibat memikirkan yang tidak-tidak. Bahkan saat dia hendak mengambil ponsel di dalam kamar, keningnya menabrak pintu kamar karena tiba-tiba berbalik dan lupa kalau pintu itu ditutupnya tadi. Sakit di kepalanya pun makin menjadi ditambah rasa perih yang memenuhi lambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilometer Cinta [Complete] ✔️
Romance⚠️Warning! Baper detected⚠️ Romance-religi Dukung saya dengan cara follow dan rekomendasiin cerita ini ke teman-teman wattpad kamu. Terima kasih. 💙 Prolog : Siapa pun pasti pernah mengalami kecewa. Entah itu perpisahan atau pertemuan yang disesa...