Suara berisik dari luar kamar menambah kegugupan Salwa. Tangannya menggenggam erat tangan sang ibu. Hatinya tak berhenti melafazkan nama Allah untuk meredam degup jantung yang sedari tadi berdendang.
"Bismillaahirrahmanirrahiim. Dengan menyebut nama Allah, mari kita mulai acara sakral ini dengan bacaan bismillaah." Suara pembawa acara terdengar jelas dari luar kamar.
"Bismillaahirrahmanirrahiim," ucap para saksi dan tamu undangan secara bersamaan.
Salwa menoleh pada ibunya. Ia menatap tepat pada sepasang penenang jiwanya. Sebuah senyuman dan usapan pada punggung tangan Salwa sedikit membuat hatinya tenang. Sofia mengangguk kecil seolah mengatakan semua baik-baik saja.
"Bismillah, Dek." Ibah turut mengelus bahu Salwa. Begitupun Rumaysha yang tengah bermain hiasan bunga di kamar Salwa, ia tersenyum sembari memberi kelopak mawar merah.
"Tantik," kata Rumaysha sembari bertepuk tangan. Salwa tersenyum dan melihat kelopak mawar di tangannya.
"Terima kasih, Sayang," ucap Salwa.
"Maacih." Rumaysha kembali bertepuk tangan.
"Sama-sama. Bukan makasih lagi, Dek." Ibah mengangkat Rumaysha dan membenarkan letak jilbab si kecil.
"Bismillaahirrahmanirrahiim." Suara ayah Salwa terdengar nyaring di telinga.
Salwa mengeratkan genggamnya. Ia menunduk sembari memejamkan mata.
"Saya nikah dan kawinkan engkau, Muhammad Al Fatih bin Hamid Akbar dengan anak kandung saya, ananda Salwa Miftahul Jannah binti Ibnu Miftahul dengan Mas kawin seperangkat alat solat berserta cincin berlian dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Salwa Miftahul Jannah binti Ibnu Miftahul dengan Mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Fatih dalam satu tarikan napas.
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah ...," ucap tamu undangan secara bersamaan.
Salwa menitikkan air mata. Sofia menjadi orang pertama yang dipeluk olehnya. Dagunya bertumpu pada bahu sang ibu sembari mengucap syukur.
Ucapan selamat dan doa terus bersautan dari luar dan dalam kamar. Aulia dan Nilam pun turut berlinang air mata menyaksikan proses ijab kabul yang sangat sakral tersebut. Mereka pun bergantian memeluk Salwa.
"Sekarang waktunya kita keluar, Dek," ucap Ibah.
"Iya, Nak. Ayo kita keluar." Sofia membantu Salwa untuk bangkit.
"Iya, Bu." Salwa segera menggunakan sarung tangan tipis bewarna putih susu sebelum keluar. Ia menarik napas panjang tepat saat pintu kamar dibuka.
Fatih yang semula menautkan tangannya menunggu kedatangan sang istri, kini terpana akan kecantikan Salwa yang baru saja memasuki ruangan. Matanya tak berkedip, wajahnya bahkan tak menorehkan apa pun. Ia terpesona.
"Disambut, Dek, istrinya. Jemput," tukas Azlan pada adik iparnya.
"Eh, iya, Mas." Fatih menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal. Lalu tangannya beralih membenarkan posisi pecinya.
Fatih berdiri tepat dua meter di depan Salwa. Sebelah tangan Salwa yang di genggam Ibah diserahkan pada sang adik. Senyum jail pun terbit di wajahnya, membuat Fatih menunduk malu.
"Diambil, Dek, tangan istrinya. Jangan malu-malu," ujar Ibah yang diikuti kekehan para tamu.
"Udah sah kok, Bro. Genggam aja, yang eraaat." Hendri turut menjaili.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilometer Cinta [Complete] ✔️
Romance⚠️Warning! Baper detected⚠️ Romance-religi Dukung saya dengan cara follow dan rekomendasiin cerita ini ke teman-teman wattpad kamu. Terima kasih. 💙 Prolog : Siapa pun pasti pernah mengalami kecewa. Entah itu perpisahan atau pertemuan yang disesa...