Saat ini, Salwa tengah mendorong troli dengan Rumaysha yang duduk di atasnya. Dia memperhatikan setiap rak untuk memilih barang yang akan dibeli. Ini adalah pertama kalinya dia datang ke supermarket yang saat ini tengah dikelilingi.
Sebelumnya, Fatih lebih dulu membawa mereka ke restoran langganannya. Sementara itu, Sabiya sudah akur kembali dengan uncle kesayangannya. Hanya bermodal ice cream rasa strawberry, Sabiya luluh dan mengulas senyum dengan sempurna. Paman dan keponakan itu pun sudah memisahkan diri dari Salwa dan Rumaysha.
"Itu, itu, itu," tunjuk Rumaysha pada deretan jajanan berbumbu.
"Dedek mau itu?" tanya Salwa.
"Iyah." Rumaysha mengangguk sambil menggoyangkan kedua kakinya. Dia terlihat sangat antusias.
"Nanti kita beli banana aja mau?" bujuk Salwa.
"No, no, no," rajuk Rumaysha.
"Sayang ... di rumah udah ada cemilan kamu, loh. Nanti Bunda marah sama Onty gimana?" Salwa berusaha merayu keponakan kecilnya dengan mengedipkan mata beberapa kali.
Rumaysha mengerucutkan bibir mungilnya, gemas. Dia tampak berpikir sejenak lalu mengalihkan pandangan ke arah lain dan menunjuknya. Dengan mengulas senyum, Salwa menuruti sang keponakan dan kembali mendorong troli belanjaan.
Sebenarnya, Salwa lumayan bingung saat menyusuri lorong yang dikelilingi banyak brand makanan tersebut. Supermarket ini lumayan besar. Dia tidak tahu persis letak rak barang-barang yang hendak dibeli. Namun, Fatih malah meninggalkan dia berdua bersama si kecil.
Sedikit sebal, Salwa pun berusaha mengedarkan pandangan untuk mencari di mana letak daging dan kawan-kawannya berada. Seperti yang dikatakan Fatih di rumah tadi, isi kulkas benar-benar kosong.
"Maaf, Mbak. Saya mau tanya, kalau ayam dan daging ada di sebelah mana, ya?" tanya Salwa pada perempuan di depannya.
Perempuan itu menoleh. "Di dekat sana, Mbak. Sebelah kanan paling pojok," tunjuk perempuan tersebut.
"Eh, Mbak yang di bandara Kuala Namu waktu itu, 'kan?" tanya Salwa tidak menyangka.
"Mbak ...."
"Saya yang waktu itu, Mbak."
"Oooh, baby Safa." Perempuan bermata bening tersebut tersenyum semringah.
"Iya, Mbak. Eh, baby Safa gak ikut, Mbak?" tanya Salwa kemudian.
"Ikut, Mbak. Tapi lagi sama papinya di mobil. Lagi bobok soalnya."
Sepasang bulan sabit sempurna kini terbit di wajah Salwa. "O iya, Mbak. Kenalkan, nama saya Salwa," ucap Salwa. Dia merasa tidak sopan jika tidak memperkenalkan diri padahal sudah bertemu untuk yang kedua kali.
"Saya Binar." Perempuan bernama Binar itu pun membalas tangan Salwa yang menggantung di udara.
***
Setelah merasa sudah memasukkan segala sesuatu kebutuhan dapur, Salwa segera menuju kasir. Tak jauh dari sana, Fatih sudah menunggu bersama Sabiya. Namun, raut wajah Fatih tampak berbeda dari sebelumnya. Entahlah, Salwa merasa bahwa saat ini suaminya itu seperti tengah bersedih.
"Onty, liat!" pekik Sabiya membuyarkan lamunan Fatih. Dia memperlihatkan dua pasang sendal bewarna merah muda.
Salwa tersenyum dan mengangguk.
"Udah selesai?" tanya Fatih.
Salwa kembali mengangguk.
"Ya udah, ayo bayar." Fatih mengambil alih troli Salwa dan mendorongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilometer Cinta [Complete] ✔️
Romance⚠️Warning! Baper detected⚠️ Romance-religi Dukung saya dengan cara follow dan rekomendasiin cerita ini ke teman-teman wattpad kamu. Terima kasih. 💙 Prolog : Siapa pun pasti pernah mengalami kecewa. Entah itu perpisahan atau pertemuan yang disesa...