Bab 21 : Pengakuan

12.7K 1.3K 14
                                    

"Halo. Assalamualaikum, Bro." Fatih menelepon seseorang saat mobil yang dikendarainya baru saja terparkir di basement apartemen.

"Waalaikumussalam. Lu di mana? Gua udah landing ini. Jangan ampe ninggalin. Awas entar kalau gua ditinggal lagi." Hendri mengancam Fatih dari seberang telepon.

"Astagfirullah!" Spontan Fatih memutuskan panggilan dan memandang Salwa.

Salwa menatap Fatih dengan penuh tanda tanya. Wajah sang suami tampak terkejut dan seperti merasa bersalah.

"Kenapa?" tanya Salwa dengan nada pelan.

"Hendri."

"Hendri? Teman Mas yang gondrong itu?"

Fatih mengangguk. Ia kembali melihat ponsel di tangannya. Ada panggilan masuk dari Hendri.

"Mas lupa buat nunggu dia landing."

"Maksudnya?"

Panggilan dari Hendri pun sudah terputus. Fatih kembali menatap istrinya.

"Ini mobil Hendri. Mas pinjam karena biar hemat aja pulang bareng dia. Tapi ... mas lupa kalau dia belum landing tadi." Wajah Fatih saat ini terlihat sangat menggemaskan di mata Salwa. Ia pun menahan senyum di balik cadar dan mengusap ujung hidungnya yang tak gatal.

"Jadi sekarang gimana? Mas mau balik ke bandara?"

"Gak usah, deh. Nanti---" Ponsel Fatih kembali bergetar.

Fatih menghela napas. Lalu ia pun mengangkat panggilan tersebut.

"Ha---"

"Wah ... bener-bener lu, ya. Gua ditinggal pasti ini. Lu lupa lagi 'kan kalau tuh mobil punya gua. Kebiasaan, Lu." Hendri langsung mencerca Fatih begitu panggilannya tersambung.

"Mianhe," ucap Fatih dengan bahasa Korea yang berarti maaf.

"Gak ada maaf-maaf. Belum lebaran sekarang."

"Gua transfer ke rekening lu buat naik taksi."

"Lima ratus rebu. Gua mau mampir ke toko dulu soalnya."

"Iya-iya. Demi menebus kesalahan gua."

"Gampang bener. Tau gitu gua minta sejuta. Pasti---"

"Assalamualaikum."

Fatih menatap Salwa sekilas dan kembali fokus pada ponselnya. Ia segera membuka aplikasi layanan mobile banking dan mengirim sejumlah uang yang diminta Hendri.

"Beres," ucap Fatih. Ia menoleh pada Salwa yang setia menunggunya di sebelah. "Ayo turun."

"Temen yang tadi ...."

"Udah beres. Nanti dia pulang naik taksi."

Salwa mengangguk. Ia turun dan menunggu Fatih mengeluarkan koper dari mobil. Beberapa pakaian lain yang ada di ruko tempat ia tinggal akan diambil besok. Mereka pun jalan bersisian sambil menyeret koper menuju lift.

Setibanya di lantai sebelas, Fatih memimpin jalan menuju apartmen miliknya. Salwa hanya mengekor sambil memperhatikan sekitar. Namun, ia terkejut saat menabrak sesuatu yang keras di depannya.

"Astagfirullah." Salwa mengusap keningnya. Ia segera melangkah mundur saat mengetahui bahwa yang ditabraknya tadi adalah punggung Fatih.

"Kamu gak pa-pa?" tanya Fatih panik.

Salwa menggeleng. Sementara itu, Fatih segera mengecek kening Salwa.

"Wawa gak pa-pa." Salwa melangkah mundur secara perlahan. Degup jantungnya kembali berpacu ketika jarak wajah Fatih dan dirinya sangat dekat. Bahkan ia dapat merasakan embusan napas Fatih.

Kilometer Cinta [Complete] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang