Fatih masih tak habis pikir. Mengapa perempuan bercadar yang duduk di sebelahnya saat ini begitu menjaga diri? Apakah ia telah ada yang memiliki? Namun, tak ada cincin yang melingkar di jari manisnya saat ini.
Saat ini Fatih hanya mampu melirik Salwa dari sudut matanya. Sesaat sebelum menjawab pertanyaan Fatih, ibu beranak dua yang barusan ditolong Salwa meminta tolong kembali. Seorang batita berusia 20 bulan itu kini berada di pangkuan Salwa.
"Maaf ya, Mbak. Jadi ngerepotin," ungkap ibu si batita.
"Enggak pa-pa, Mbak. Kasian juga itu si kakak maunya disuapin bundanya," balas Salwa dengan bulan sabit di wajahnya.
Salwa bermain bersama batita bernama Ayesha itu dengan riang. Beberapa kali pula ia harus menahan tangan mungil Ayesha yang hendak menarik cadarnya. Namun, Salwa tetap tersenyum dan bersemangat menjaga batita lucu tersebut.
"Pinter ya Mbak jaga bayi. Mau gak jadi ibunya anak-anak saya?" ucap lelaki di sebelah Fatih tiba-tiba.
Dengan tatapan tak suka, Fatih memalingkan wajahnya ke arah sebelah kiri. Seolah dapat berkomunikasi lewat tatapan, dua lelaki itu pun tampak menaikkan alis mata dan bahu beberapa kali.
Salwa tak peduli. Ia hanya fokus pada Ayesha yang mulai mengantuk dan mencari asupan makanannya. Salwa terkejut. Tangan mungil Ayesha mulai menarik dan membuka khimar yang ia kenakan. Seolah meminta jatah susu pada ibunya.
"Mbak, kayaknya si dedek minta susu, Mbak," ungkap Salwa dengan suara pelan.
"Ya Allah, iya iya. Bentar ya, Mbak. Saya buatin dulu susunya." Si ibu tampak kesulitan sebab si sulung tak mau perhatian ibunya teralihkan. Ia merengek dan menarik lengan baju sang ibu.
"Boleh saya bantu, Mbak? Insya Allah saya bisa buatin susu buat si kecil." Tiba-tiba Fatih bersuara dan menawarkan diri.
"Tapi, Mas--"
"Gak pa-pa, Mbak. Gak ngerepotin kok," potong Fatih.
Setelah beberapa saat si ibu dilanda keraguan, akhirnya ia mengizinkan Fatih untuk membuat susu. Kini, Fatih sedang membuat susu untuk Ayesha dengan telaten. Batita mungil itu pun terlihat antusias. Tangannya menepuk-nepuk dan mengeluarkan suara lucu.
"Sebentar ya, Sayang. Uncle rasain dulu panas atau enggak." Fatih menuangkan sedikit susu di punggung tangan kanannya. Lalu ia menyeruputnya dan tersenyum.
"Susunya udah siap," ucap Fatih dengan nada menirukan bayi.
Salwa mengambil botol susu yang disodorkan padanya. Setelah mengucapkan terima kasih, segera ia memberikan pada Ayesha yang tampak tak sabar. Tak lupa Salwa mengucap bismillaah sebelum memasukkan dot silikon ke dalam mulut Ayesha.
Entah mengapa, degup jantung Salwa mendadak berpacu saat ekor matanya tak sengaja mendapati Fatih yang menatap Ayesha dengan tersenyum. Samar-samar sepasang lesung pipinya timbul dan menambah kesan imut pada wajah Fatih.
Astagfirullah, segera Salwa merapalkan kalimat istigfar dan menundukkan pandangan. Ia menyalahkan dirinya yang sempat terpana akan kelembutan dan ketelatenan Fatih terhadap bayi.
***
Tanpa terasa, perjalanan menuju bandara Kuala Namu pun sampai. Pesawat mendarat dengan sempurna. Tak perlu turun dan menunggu di ruang tunggu, penumpang yang bertujuan ke Banda Aceh diminta untuk tetap berada di dalam pesawat. Sebab pesawat akan lepas landas lagi setelah menaikkan penumpang baru.
Salwa dan Fatih kini tinggal berdua di leretan seat mereka. Lelaki yang sebelumnya duduk di dekat jendela, sudah turun beberapa saat yang lalu. Begitu juga dengan Ayesha. Tujuan mereka ternyata adalah kota Medan. Sebuah kota yang terkenal dengan kue khasnya yaitu Bika Ambon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilometer Cinta [Complete] ✔️
Romance⚠️Warning! Baper detected⚠️ Romance-religi Dukung saya dengan cara follow dan rekomendasiin cerita ini ke teman-teman wattpad kamu. Terima kasih. 💙 Prolog : Siapa pun pasti pernah mengalami kecewa. Entah itu perpisahan atau pertemuan yang disesa...