Hari pertama kedatangan Ali cukup menggemparkan seisi kantor, di usianya yang baru menginjak 27 tahun ia sudah berhasil menjabat sebagai Presiden Direktur PT. Amarta Buana. Belum lagi, wajah oriental khas keturunan Arab membuat ia dinobatkan sebagai pria tertampan di PT. Amarta Buana, menggeser kedudukan Alvis.
"Mbak Prilly, kamu dipanggil sama Pak Ali ke ruangannya," hampir saja Prilly memuncratkan air liurnya.
"Saya? Pak Ali? Presiden direktur baru kita? Bagaimana mungkin?" Tanya Prilly dengan tatapan horor.
"Sepertinya, Pak Ali hanya ingin bertanya perihal laporan keuangan perusahaan selama setahun belakangan ini. Bukan masalah besar kok, Mbak," ujar Kiana menenangkan.
"Terima kasih, Ki. Saya pamit dulu," pamit Prilly. Meskipun penjelasan yang diberikan Kiana cukup logis, tetapi bukankah Ali bisa meminta laporan keuangan perusahaan pada Alvis secara langsung?
Prilly merapikan blouse merah maroonnya, ia mengetuk pintu Ali dua kali. Namun, belum ada jawaban dari dalam. Mengingat perjamuan keluarga Johansa kemarin, Prilly tidak memiliki pilihan lain selain menunggu arahan 'masuk' dari Ali.
"Masuk," ujar Ali dari dalam.
Prilly mendorong pintu besar milik Ali, meneliti ruangan yang sama besarnya dengan ruangan Alvis. Bedanya ruangan ini terkesan lebih remang dan tentram, perpaduan yang elegan antara coklat dan emas.
"Maaf sebelumnya, Pak. Ada perlu apa Bapak memanggil saya?" Tanya Prilly dengan sopan.
"Sebelumnya, perkenalkan dirimu terlebih dahulu," ujar Ali dengan datar.
Prilly meneguk ludahnya dengan kasar, tidakkah pria di hadapannya ini sedikit berlebihan? Maksudnya, kemarin mereka baru saja bertemu dan jelas-jelas pria ini menyebut namanya beberapa kali.
"Bagaimana, Nona Kasandra?" Tanya Ali sekali lagi.
Prilly memejamkan matanya sejenak, "Perkenalkan nama saya Aprillia Kasandra, usia 28 tahun, saya sudah menjadi bagian dari PT. Amarta Buana selama 7 tahun dan sekarang menjabat sebagai manajer administrasi dan keuangan."
"Silakan duduk, Nona Kasandra. Apakah kamu tau mengapa saya memanggil kamu?" Tanya Ali tepat sasaran.
"Maaf, Pak, saya tidak tahu," ujar Prilly.
"Saya ingin kamu menyerahkan laporan keuangan berkala sejak Desember dua tahun lalu sampai bulan lalu, diketik dengan rapi tanpa typo. Diserahkan lusa kepada saya," ujar Ali dengan wajah tak berdosa.
Prilly melemas di tempatnya, bukankah pria di hadapannya terlalu tidak berperasaan? Bahkan untuk merekap laporan keuangan satu tahun saja membutuhkan waktu paling sedikit tiga hari. Haruskah Prilly memanfaatkan keakrabannya dengan Alvis untuk membujuk iblis tampan di hadapannya ini?
"Baik, Pak, kalau begitu saya permisi terlebih dahulu," ujar Prilly dengan nada senormal mungkin. Mungkin kalau makhluk di hadapannya adalah Alvis, Prilly sudah berteriak dan mengeluarkan berbagai sumpah serapah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUANA
Fanfiction"Kamu adalah pelangi dalam buana-ku. Tempat di mana seluruh warna bertitik temu." Aliando Johansa, Presiden Direktur PT. Amarta Buana. Seseorang yang kaku dan serius dalam menjalani kehidupannya. Hidupnya mewah dan keinginannya selalu terpenuhi, tet...