11. Kejujuran Berkedok Gombal

1.7K 199 18
                                    

Prilly tidak mengeluarkan sepatah kata pun sejak tiba, di depan matanya tersaji banyak macam hidangan khas berbagai negara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prilly tidak mengeluarkan sepatah kata pun sejak tiba, di depan matanya tersaji banyak macam hidangan khas berbagai negara. Di mulai dari makanan khas Indonesia, China, Korea, Timur Tengah, ada pula makanan kesukaannya sushi, dan jangan lupakan berbagai hidangan laut papan atas, seperti salmon, lobster, udang, bahkan ada gurita.

Prilly menatap Ali yang sedang menatap datar dirinya, "Ini?"

"Kenapa? Kamu tidak suka? Haruskah saya memesan meatball?" Tanya Ali khawatir.

Prilly menggeleng, "Hanya kita berdua?" Ali mengangguk mengiyakan.

Prilly berdecak, "Kamu mereservasi ruangan sebesar ini dan memesan makanan sebanyak ini, hanya untuk berdua?" Prilly memastikan sekali lagi.

"Memangnya kenapa? Apakah ruangannya membuatmu tidak nyaman? Haruskah kita pindah?" Tanya Ali bingung.

Prilly menepuk jidatnya, "Berapa yang kamu habiskan untuk ini?" Tanya Prilly menuntut.

Ali mengendikkan bahunya acuh, "Tidak banyak, hanya dua digit."

"Dua digit? Sepuluh juta?" Tanya Prilly dengan mata memicing.

Ali menggeleng, "Tepatnya, tiga puluh dua juta." Mendengar jawaban Ali, Prilly melemas di tempatnya. Bagaimana caranya ia bisa patungan dengan Ali untuk membayar tagihan restoran ini?

"Kenapa? Kamu tidak nyaman? Apakah makanannya kurang mahal?" Tanya Ali penasaran. Kurang mahal katanya?

Prilly menutup wajahnya, "Ali, maaf saya tidak sanggup menghabiskan makanan ini."

"Tidak apa-apa. Kalau tidak habis, dibiarkan saja." Balas Ali santai.

"Saya tidak akan sanggup split bill untuk membayar tagihan ini," cicit Prilly jujur.

"Kamu bisa menyicilnya," goda Ali yang membuat Prilly semakin frustasi.

"Mendadak saya tidak lapar." Prilly berdiri dari tempatnya dan hendak keluar.

Ali tertawa geli. Catat itu. Pria yang biasanya memasang wajah datar dan kaku itu tertawa. Prilly memicingkan matanya ke arah Ali, apa yang sedang pria itu tertawakan?

"Kamu sangat lucu, Nona Kasandra." Ujar Ali yang masih belum menghentikan tawanya.

Prilly menggembungkan pipinya, ia tidak merasa sedang melempar guyonan. Apakah konglomerat seperti Ali merasa lucu ketika membuat seseorang berada dalam keadaan sulit seperti ini?

"Duduklah dan makan dengan tenang. Saya tidak menyuruhmu untuk membayar tagihannya." Terang Ali membuat Prilly menghela napas lega. Tetapi, Prilly masih tetap ragu di tempatnya. "Apalagi, Nona Kasandra? Kamu terlalu banyak berpikir."

Prilly berjalan dengan lemas ke arah Ali, "Apakah kalian para sultan selalu menghabiskan uang sebanyak ini hanya untuk makan siang?"

Ali menggeleng, "Ini masih belum seberapa." Jawabnya dengan jujur.

BUANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang