21. Bukti Pengorbanan

1.5K 187 69
                                    

"Ali milih buat tukar posisi sama gue, karena dia ngerasa udah ngecewain Amarta Buana." Terang Alvis membuat Prilly semakin bingung.

"Mungkin lo bingung, tapi kenapa hari itu Ali mutusin buat mundur, itu karena proposal dan PPT kita dijiplak sama Gemilang Raya. Sialnya lagi, kata Ali lo satu-satunya orang yang tau isi proposalnya selain Ali sendiri." Imbuh Alvis membuat Prilly syok.

Prilly paham asal mula kekusutan benang merah yang terjadi, dimulai dari Ali yang bertanya soal Sagara dan flashdisk, sampai Ali yang menjauhinya. Ali pasti mengira Prilly adalah pengkhianat Amarta Buana.

"Tapi sumpah demi Tuhan, Vis. Bukan gue pelakunya," ujar Prilly lirih. Alvis mengangguk sambil mengelus pelan kepala Prilly, "Gue percaya sama lo."

"Terus, kenapa masalah ini gak dilakukan penyelidikan? Maksud gue, Ali kesannya nutupin masalah ini banget." Ujar Prilly mendeskripsikan kebingungannya.

"Ali takut lo benar-benar pelakunya. Dan lo tau kan apa yang akan terjadi? Kemungkinan besar lo dipecat dengan catatan kerja yang buruk dan disuruh ganti rugi." Balas Alvis sendu.

"Ali gak mau lo terlibat lebih jauh. Makanya dia suruh Verrel dan gue nutup kasus ini. Jadi, seolah-olah dia yang emang berubah pikiran." Prilly menutup mulutnya tidak percaya.

Ali. Ali ternyata berkorban sebanyak itu untuknya?

"Dan lo membiarkan dia nutup kasus ini begitu aja? Gue gapapa kalo beneran buktinya mengarah ke gue. Gue gapapa harus menanggung kesalahan ini, Vis." Ujar Prilly sambil menggenggam tangan Alvis seolah meminta bantuan.

"Gue diam-diam udah nyelidikin kasus ini, tapi emang belum nemuin apapun." Balas Alvis yang membuat Prilly menghela napasnya sedih.

"Ali taruh usaha yang besar banget untuk proyek ini, Vis. Lo tau kan? Sedangkan proyeknya hancur sia-sia karena gue! Gimana gue bisa tenang kalo gini?" Air mata meluncur dari kedua pipi Prilly.

"Alvis, tolong bantuin gue. Tolong cari tau gimana caranya supaya proyek ini bisa kembali ke tangan Amarta Buana lagi?" Bujuk Prilly kepada Alvis.

Alvis menghela napasnya, "Satu-satunya cara mungkin lo harus mohon ke Davino buat ngaku kalo dia udah nyuri inovasi Amarta Buana."

"Tapi...tapi itu mustahil," ujar Prilly terbata.

"Iya, gue tau." Alvis menatap ke depan dengan pandangan yang tidak dapat diartikan.

Tetapi, Prilly sudah bertekad kuat untuk membalas pengorbanan Ali. Ia tidak mau Ali yang harus menanggung sesuatu yang bukan salahnya. Biarlah kali ini saja, kali ini saja Prilly yang berkorban.

* * *

Di balik bilik kerjanya, Prilly terlihat serius mengetikkan sesuatu. Meskipun hatinya sangat tidak rela, tetapi mungkin ini akan menjadi akhir yang terbaik untuknya dan Ali.

"Surat pengunduran diri?!" Seru Niken dengan keras. Prilly buru-buru membekap mulut Niken, "Sssttt. Jangan kencang-kencang."

"Lo gila? Lo mau ngundurin diri dari sini? Kenapa?" Tanya Niken berbisik.

Prilly menggeleng kepalanya, "Gue rasa gue cuma benalu di perusahaan ini."

"Lo gila! Jelas-jelas lo udah mengabdi selama tujuh tahun disini. Lo juga udah sampai di posisi senyaman ini. Lo harus pikir panjang, Pril." Ujar Niken menasehati.

Prilly tersenyum tipis, "Gue udah memikirkan hal ini cukup lama, Ken. Lo jangan khawatir."

"Tapi kenapa?" Tanya Niken menuntut. Prilly menggeleng, "Nanti setelah udah selesai semua ini, gue cerita."

BUANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang