09. Pengakuan Kecantikan Prilly

1.5K 180 23
                                    

Prilly tidak dapat menahan rasa takjubnya, ia baru tau bahwa di dalam ruangan Ali memiliki sebuah kamar yang minimalis tetapi tidak mengurangi kesan mahalnya. Sepertinya, di ruangan Alvis tidak memiliki kamar tidur seperti ini.

 Sepertinya, di ruangan Alvis tidak memiliki kamar tidur seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu bisa tidur disini," ujar Ali datar. Ia menurunkan tubuh Prilly di atas ranjang.

"Tapi—," ucapan Prilly terpotong saat melihat Ali kembali menyodorkannya sebuah kemeja putih. Dapat Prilly yakini itu adalah kemeja Ali dan bisa dipastikan tubuhnya akan tenggelam jika memakai kemeja miliknya.

"Ganti bajumu," Ali meletakkan kemeja putih itu di samping Prilly. Ia berdiri membelakangi Prilly, "Saya tidak akan mengintip."

"Li," panggil Prilly pelan. Ali hanya berdeham tanpa membalikkan badannya.

"Saya...saya tidak tau harus berbuat apa," ujar Prilly jujur.

"Emangnya saya menyuruhmu untuk melakukan sesuatu?" Ali berbalik bertanya.

Tanpa membalas pertanyaan Ali, Prilly buru-buru mengganti bajunya. Roknya basah dan cukup lengket, Prilly menimang-nimang haruskah ia juga membuka roknya? Bukan tanpa alasan, kemeja Ali cukup panjang untuk dijadikan dress. Lagipula, ia juga masih memakai short sebagai bawahan.

"Sudah?" Tanya Ali.

"Iya, sudah. Kamu bisa berbalik." Prilly duduk di tepi ranjang dengan kaki yang menjuntai. Rok dan kemejanya sudah ia tanggalkan di lantai. Sekarang, ia hanya memakai kemeja putih Ali yang kebesaran.

Ali meneguk ludahnya kasar, gadis di hadapannya benar-benar menguji keimanan Ali. "Sekarang, kamu bisa tidur." Ujar Ali sambil mendekati Prilly.

Prilly melotot kaget, apa yang akan dilakukan Ali padanya? Mengapa mata pria itu terlihat berkilat? Apakah pria itu kurang nyaman karena dirinya yang melepaskan rok? Haruskah ia kembali memakai roknya? Ya Tuhan, apakah pria itu akan mengusirnya saat ini?

"A...Ali," ujar Prilly terbata.

Ali menaikkan sebelah alisnya, tubuhnya semakin menghimpit tubuh Prilly. Tangannya bahkan terulur melewati leher gadis itu. Prilly memejamkan matanya menunggu kelanjutan yang terjadi. Ali yang melihat hal itu tersenyum smirk, apakah gadis itu menunggunya melakukan sesuatu?

'Ctek'

Prilly membuka matanya sambil menahan malu, seluruh wajahnya bahkan sudah memerah. Ternyata, Ali menekan saklar lampu di belakangnya.

Terkutulah otak mesummu, Aprillia Kasandra!

"Ali, kamu tidur dimana?" Ujar Prilly berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Saya bisa tidur di sofa kerja," balas Ali enteng. Prilly menggeleng tidak enak, ia tidak ingin Ali mengorbankan dirinya lagi. Mana mungkin ia yang notabene-nya seorang bawahan tidur enak-enakan di atas ranjang empuk sedangkan atasannya malah tidur tidak nyaman di sofa?

BUANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang