18. Benang Kusut

1.7K 173 10
                                    

Tiba-tiba pintu ruangan mereka dibuka. Hal itu membuat Ali dan Prilly terkejut bukan main. Apalagi atasan Prilly masih sedikit terbuka, roknya juga tersingkap naik. Ali menekan tubuhnya agar menutupi gadis itu, tetapi ia tidak membebankan seluruh badannya dan menyakiti Prilly.

Zidan menatap Ali dan Prilly dengan mulut setengah terbuka, ia tidak menyangka kedatangannya malah disuguhkan dengan pemandangan tidak senonoh. Rambut Ali yang berantakan dan Ali sedang menindih seorang gadis yang wajahnya tidak diketahui karena tertutup oleh tubuh Ali.

"Keluar!" Teriak Ali kencang membuat Zidan mengangguk kaku dan langsung menutup pintu dengan buru-buru.

Setelah suara pintu tertutup, Ali menjauhkan tubuhnya dari Prilly. Ia berdesis kesal saat melihat paha mulus Prilly yang pasti tidak sengaja menjadi tontonan Zidan. Ali merapikan bajunya dan Prilly juga melakukan hal yang sama.

Ali hendak mencium Prilly lagi, namun gadis itu menahan wajahnya. "Tadi siapa yang datang?" Tanya Prilly dengan tatapan horor.

"Zidan," jawab Ali. Prilly menghela napasnya, "Aku tidak tau harus menaruh mukaku dimana saat bertemu dengannya."

"Sepertinya, dia tidak melihat wajahmu." Ujar Ali yang membuat Prilly lega.

"Tapi, dia sempat melihat pahamu!" Ketus Ali dengan wajahnya tertekuk.

Prilly tertawa, "Yang penting, dia tidak dapat menyentuh pahaku."

* * *

Zidan telah menatap Ali dengan pandangan menuntut, "Gue baru tau lo bisa melakukan skinship dengan orang lain."

"Apakah dia bawahan lo?" Tanya Zidan yang membuat Ali mengendikkan bahunya acuh.

"Bermain-main, bruh?" Tanya Zidan lagi.

"Tidak," jawab Ali jujur.

"Yah, padahal gue baru aja mau minta dikenalin ke dia. Soalnya pahanya mulus bener," ujar Zidan dengan tatapan mesum. Ali melotot kesal, "Tutup mulut sialan lo!"

Zidan tertawa setelahnya, "Cewek mana yang berhasil buat seorang Aliando Johansa bertekuk lutut?"

Ali hanya berdengus, "Bukan urusan lo."

"Calm down, Bro. Gue cuma penasaran sama wajahnya, boleh kali dikenalin ke gue." Ujar Zidan sambil mengedipkan sebelah matanya. Ali melempar mouse wirelessnya ke arah Zidan, untung saja pria itu memiliki refleks yang cukup bagus sehingga bisa menghindar.

"Bahkan, lo bersedia memberikan keperjakaan lo kepadanya," timpal Zidan sambil tertawa lebar.

"Sialan! Gue gak berniat ngerusak dia kalo kita belum sah," ujar Ali tegas.

Zidan mengangguk, "Gue ikutan seneng kalo ada seseorang yang berhasil buat lo jatuh cinta. Hidup lo terlalu hitam dan putih, butuh sedikit warna cerah."

"By the way, pacar Alvis itu kerja disini juga kan?" Tanya Zidan penasaran.

Ali melotot, "Kenapa lo nyariin dia?"

"Gapapa sih, cuma kangen. Soalnya dia anaknya asik mana cantik lagi, jadi betah ngobrol lama sama dia." Ujar Zidan polos.

"Karyawan gue gak bisa diganggu saat jam kerja," tukas Ali datar.

"Yaudah, kalo gitu gue cari tau sendiri aja deh. Bye," Zidan bangkit dari kursinya.

"Jangan sentuh cewek gue." Ujar Ali dingin.

Zidan memutar kepalanya dan menatap Ali dengan terkejut, "Cewek lo? Wait, wait. Jadi, tadi itu, yang disini, tadi itu Prilly?!" Ali mengangguk.

BUANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang