Prilly berdiri dengan semangat dari tempat duduknya, ia merasa lehernya sangat kaku dan sulit digerakkan. Belum lagi, punggungnya yang terasa kebas. Serta kepalanya yang sedikit berdenyut.
"Semuanya, saya ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kerja keras kalian selama dua hari belakangan ini. Makan siang nanti, kalian semua boleh memesan apa saja. Saya traktir," ujar Prilly yang dihadiahi sorakan girang dari mulut rekan-rekannya.
Ia yakin, bukan hanya dirinya saja yang kesulitan selama dua hari belakangan ini. Namun, para rekan divisinya juga merasakan tekanan yang sama besarnya. Hanya saja, ia merasa lebih tertekan karena memiliki tanggung jawab untuk memonitori hasil kerja staf divisi keuangan.
Pintu ruangan Ali saat ini terbuka sedikit, tidak ada maksud untuk mengintip sebenarnya. Hanya saja, Prilly tidak sengaja melihat sosok wanita dengan dress berwarna hitam dan belahan di bagian punggung yang cukup lebar sedang berdiri membelakanginya.
Mungkin pacar Pak Ali, pikir Prilly.
Prilly tahu bahwa mengetuk pintu disaat seperti ini bukanlah hal yang sopan, tetapi ia mengingat pesan Alvis bahwa Ali tidak menyukai orang yang tidak tepat waktu. Mungkin kalau harus menunggu sekitar 15 menit lagi, ia benar-benar akan mendapat surat peringatan dari Ali karena lalai dalam mengerjakan tugas pertamanya.
Mau tidak mau, Prilly mengetuk pintu dengan pelan. Kemudian, ia dipersilakan masuk oleh Ali. Prilly tersenyum dan mengangguk kepada perempuan yang ada di dalam ruangan tersebut.
Ternyata, bukan hanya bagian belakang bajunya saja yang terbuka. Bahkan, bagian depan bajunya juga tidak kalah terbuka. Potongan belahan dada rendah serta bahan dari baju tersebut yang dapat menerawang tubuh si pemakai.
"Ini, Pak, laporan keuangan yang anda minta dua hari yang lalu," ujar Prilly sambil menyerahkan amplop coklat beserta flashdisk kantor.
"Baik, mungkin kamu bisa duduk dan menunggu sebentar, Prilly. Saya akan langsung memeriksanya," ujar Ali.
"Tam, mungkin kamu boleh pulang terlebih dahulu. Aku tidak suka diganggu saat bekerja," ujar Ali dengan dingin.
"Aku tunggu di apartemenmu ya?" Tawar Tamara.
"Terserah." Ujar Ali tidak ingin ambil pusing. Lagipula, Tamara tidak akan berhasil membuka kode apartemennya. Ia tidak menggunakan kode yang sama seperti kode rumah di Kanada.
Prilly yang tidak sengaja mendengar percakapan singkat antara Ali dan Tamara, meyakini bahwa memang kedua manusia itu memiliki hubungan yang cukup spesial.
"Prilly," panggil Ali sambil mengibaskan tangannya agar Prilly mendekat. Tamara telah keluar dari ruangan karena tidak ingin menganggu pekerjaan Ali.
Prilly sebenarnya cukup canggung untuk berdiri di sebelah Ali, tetapi Ali pasti sangat membutuhkan bimbingannya untuk mengetahui detail debit dan kredit perusahaan ini.
"Nominal 742 juta yang dikeluarkan pada tanggal 27 Agustus, kok tidak ada keterangannya?" Tanya Ali.
Prilly menunjuk ke arah berkas laporan di hadapan Ali, "Yang ini, Pak?"
Ali menunjuk angka di bawahnya, telunjuk mereka saling bersentuhan. Menyalurkan gelenyar aneh dalam hati Prilly. Sebenarnya, Prilly cukup tertarik dengan Alk mengingat karakter Ali yang cerdas serta tidak banyak omong.
Prilly berdeham canggung, "Maaf, Pak, akan saya perbaiki."
Ali adalah pria yang normal. Berada dengan jarak yang cukup intim dengan Prilly, tentu membuatnya sedikit hilang akal. Belum lagi, hari ini Prilly memakai kemeja putih yang cukup longgar dengan bawahan rok hitam ketat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUANA
Fanfiction"Kamu adalah pelangi dalam buana-ku. Tempat di mana seluruh warna bertitik temu." Aliando Johansa, Presiden Direktur PT. Amarta Buana. Seseorang yang kaku dan serius dalam menjalani kehidupannya. Hidupnya mewah dan keinginannya selalu terpenuhi, tet...