28. Public Kiss

2.2K 194 37
                                    

Lupakan tentang kencan pertama yang sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lupakan tentang kencan pertama yang sederhana. Karena kata 'sederhana' tidak pernah ada dalam kamus hidup seorang Aliando Johansa. Disinilah ia berada, duduk bersandar pada sofa private jet milik keluarga Johansa. Gadis di sampingnya sudah menatap takjub gumpalan awan biru bercampur putih di balik kaca pesawat itu.

"Bagaimana, Bie? Suka?" Tanya Ali sambil tersenyum. Prilly mengangguk antusias, "Banget!" Ali terkekeh kecil sambil mencubit pipi Prilly dengan gemas.

"Aku dengar kamu sedang menabung untuk membeli sebuah rumah?" Tanya Ali. Prilly mengangguk, "Iya, untuk investasi di masa tua."

"Kamu ingin rumah yang seperti apa?" Tanya Ali sambil menyandarkan kepalanya di bahu Prilly. Prilly menggenggam tangan Ali, "Tidak perlu rumah yang besar, yang penting nyaman. Ditempati bersama keluarga kecilku nanti."

"Keluarga kecil kita, Bie." Koreksi Ali.

Prilly menggeser duduknya dan menatap Ali dalam, "Li." Panggilnya. "Kenapa kamu begitu yakin denganku? Kita bahkan belum mengenal lebih dari setahun. Kamu juga belum tau kehidupanku yang sebenarnya. Apalagi aku, aku masih merasa sangat asing dengan duniamu."

"Tidak ada yang menarik dalam hidupku. Hanya ada hitam dan putih. Hanya menghabiskan waktu di dalam sebuah istana yang lebih cocok disebut penjara. Kedua orang tuaku sibuk berpergian, mereka telah merancang hidupku dengan sedemikian rupa. Mereka hanya menjadikanku robot untuk melanjutkan usaha keluarga ini." Terang Ali.

"Aku rasa banyak sekali gap diantara kita. Aku juga tidak ingin anak kita nanti menjadi robot penerus Amarta Buana, Li. Aku ingin dia bebas melakukan apa yang dia sukai. Apakah kamu bisa?" Tanya Prilly dan Ali mengangguk cepat.

"Aku juga berpikir seperti itu, Bie. Meskipun aku sadar ada jarak pembeda diantara kita, tetapi aku ingin mengenal duniamu. Aku juga akan mengenalkan duniaku padamu." Ucap Ali serius.

Prilly menghela napasnya, "Sepulang dari sini, aku akan mengenalkanmu pada mama dan papaku." Senyuman Ali mengembang sempurna, "Yes! Ayo katakan, Bie, apa yang disukai kedua orang tuamu? Tas Hermes, Gucci, Prada, atau mereka senang berinvestasi? Aku dapat memberikan mereka emas dan saham. Atau mereka suka jalan-jalan sepertimu? Aku bisa membawa mereka pergi ke Hongkong, Kanada, China, Brazil."

Bahu Prilly melemas, "Kamu akan membuat kedua orang tuaku terkejut, Pak Presdir."

"Terkejut?" Beo Ali.

"Orang tua mana yang tidak syok jika tiba-tiba ada seorang pria datang membawa barang-barang mahal seperti itu? Cukup datang dan bawa dirimu. Aku akan mengenalkan kamu sebagai Aliando Johansa bukan sebagai Presiden Direktur Amarta Buana." Cibir Prilly.

Tidak lama setelah itu, seorang pramugari datang dan mendorong troli kecil yang berisi berbagai jenis makanan. "Disini kami menyediakan chicken steak, beef teriyaki, mentai rice, spaghetti carbonara, fish burger, dan masih banyak lagi. Kalau anda ingin memesan yang lain, mungkin harus tunggu sebentar. Atau anda bisa mengganjal perut dengan makanan yang tersedia dulu?" Tanya pramugari itu dengan sopan.

BUANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang