36. Keraguan Prilly

1.4K 181 32
                                    

Napas Ali terengah-engah, ia menopang dagunya di tepi kolam. Prilly yang melihat hal itu tersenyum kecil, "Sudah mau naik?" Ali menggeleng sambil menyugar rambutnya yang berantakan.

"Kamu tidak ingin bergabung denganku?" Ali tersenyum menggoda. Prilly menutup wajahnya malu, "Tidak!"

"Ayolah, Bie." Bujuk Ali mengulurkan tangannya.

"Jarang-jarang kita bisa menghabiskan waktu berdua seperti ini," senyuman Ali berubah menjadi seringaian seduktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jarang-jarang kita bisa menghabiskan waktu berdua seperti ini," senyuman Ali berubah menjadi seringaian seduktif. Prilly bergidik ngeri, "Jangan menampilkan wajah khas om-om seperti itu, menyeramkan." Serunya.

Ali terbahak dan menaiki tangga kolam, ia mengambil handuk yang digantung di kursi sebelah Prilly. Mengelap tubuhnya sebentar lalu memasang jubah mandi. Prilly menarik tangan Ali untuk duduk di samping kolam rumah baru mereka. Rumah ini sudah bisa ditempati sejak minggu lalu, tetapi hari ini adalah hari pertama mereka akan menginap disini.

Prilly mengeringkan rambut Ali menggunakan handuk tadi, "Kamu sangat tampan hari ini." Ali menolehkan wajahnya menghadap ke arah Prilly, "Lebih tampan saat ini atau saat di ranjang?"

Prilly pura-pura berpikir, tangannya berhenti mengusap rambut Ali. Sekarang, gadis itu malah mengalungkan lengannya pada Ali yang sedang duduk. "Uhm, coba aku lihat sebentar." Prilly menatap dalam bola mata Ali sambil menjilat bibir bagian bawahnya.

Dengan lembut, ia mendudukkan dirinya pada pangkuan Ali. Tanpa aba-aba, gadis itu menyerang bibir Ali. Ali yang tidak siap terhuyung ke belakang dan bersandar pada kursi di belakangnya. Lidah mereka berdua saling bertaut, tubuh Prilly telah bertumpu di atas tubuh Ali.

Decakan lidah menggema di ruang terbuka itu, ciuman itu sangat lembut dan penuh cinta. Prilly menjauhkan dirinya karena sudah kehabisan oksigen, napasnya terdengar putus-putus. Bajunya juga sedikit basah karena terlalu menekan jubah mandi Ali. Ali menegakkan tubuhnya sambil tersenyum puas, "Bagaimana, Bie? Apakah observasimu sudah cukup jelas?"

Prilly merapikan rambutnya sebentar sambil membalas ucapan Ali, "Kamu berkali-kali lipat lebih tampan saat pasrah di bawahku." Gadis itu mengecup pipi Ali dengan kilat sambil terkikik geli melihat wajah terkejut Ali.

Setelah itu, mereka kembali ke dalam rumah dan menghabiskan makan siang bersama. Prilly terlihat menyendokkan nasi dan lauk di atas piring Ali, sedangkan pria itu hanya tersenyum kecil melihat sisi perhatian Prilly. Gadisnya itu memang paket komplit; cerdas dalam berkarir, telaten sebagai ibu rumah tangga, dan jangan lupakan kehebatannya saat di ranjang.

"Apakah kamu memiliki tema lamaran impian? Di atas kapal pesiar? Atau haruskah aku mengajakmu melihat aurora lalu memberikan cincin disana? Atau haruskah aku menyewa satu bioskop untukmu? Bagaimana, Bie?"

Prilly berdecak malas, "Itu terlalu berlebihan, Ali. Yang sederhana tapi berkesan saja. Sudah cukup."

Ali mengetuk-ngetuk jarinya di dagu sambil mengangguk paham, "Yang sederhana ya?"

BUANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang