05. Insiden Tengah Malam

1.7K 182 8
                                    

Keluarga Johansa memutuskan untuk menghabiskan hari pertama mereka dengan water sport. Pilihan pertama mereka jatuh kepada banana boat. Permainan ini memang sengaja keluarga Johansa sediakan karena mereka sangat mencintai segala sesuatu yang memacu adrenalin.

Prilly terlihat ragu di tempatnya, bukan tanpa alasan, Prilly memang tidak lihai dalam berenang. "Jangan cemas, saya ada di belakangmu." Bisik Ali yang entah sejak kapan berdiri di samping Prilly. Prilly mengangguk meskipun dalam hatinya tetap saja takut dan ragu.

Putaran pertama dimainkan oleh Alvis, Trisha, Adhara, Prilly, dan Ali. Pada tikungan pertama, tidak ada yang terjatuh. Tetapi saat menghadapi tikungan kedua, Alvis dan Trisha jatuh karena mereka duduk di paling depan. Dan, saat tikungan ketiga ban pisang itu terbalik.

Alvis membantu Trisha dan Adhara, sedangkan tubuh Prilly dibantu oleh Ali. Ali mengangkat sedikit tubuh Prilly agar gadis itu dapat menaiki ban dengan mudah, tetapi karena bannya bergerak tertiup angin tubuh Prilly kembali jatuh ke air. Ia refleks mengalungkan lengannya pada leher Ali. Meskipun di dalam air, Ali dapat merasakan kelembutan kulit Prilly.

Mencoba peruntungan sekali lagi, tangan Prilly berpegang pada tali yang ada di ban tersebut. Ali mendorong bokong Prilly dari dalam air. Ia sedikit hilang fokus saat bersentuhan dengan bokong Prilly yang tidak sepenuhnya ditutupi oleh bikini.

Sesaat setelah menaiki ban tersebut, wajah Prilly memerah mengingat tubuhnya dan Ali beberapa kali bersentuhan. Tetapi sebisa mungkin, Prilly menghalau pikiran kotor itu.

Kemudian, mereka melanjutkan dengan permainan jet ski. Anggi berpasangan dengan calon suaminya, Dastan. Polar sendiri karena tidak ingin berpasangan dengan siapapun. Keisha yang memilih Trisha untuk dijadikan pasangan.

"Kak Alvis, Kak Alvis! Adhara mau sama kakak!" Seru Adhara sambil bergelayutan manja di lengan Alvis. Alvis yang melihat hal itu tersenyum kecil, "Kenapa tidak memilih Kak Ali?"

"Dia galak!" Bisik Adhara yang membuat tawa Alvis pecah.

Alvis bertanya kepada Prilly, "Kalo lo sama Ali, gapapa kan?"

Sebenarnya Prilly sih mau-mau saja, tetapi ia takut Ali tidak terlalu suka berdekatan dengannya. "Eh, gapapa. Gue tunggu disini aja ya?" Ujar Prilly tidak enak hati.

"Aku akan berpasangan dengan Prilly, kamu fokus dengan Adhara. Jangan biarkan si bungsu itu terluka." Ujar Ali datar. Prilly membulatkan matanya, tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Ali.

Dengan kaku, ia mengikuti langkah Ali. Sebelum menaiki motor air itu, Ali bertanya kepadanya, "Apakah kamu pernah mengendarai ini?" Prilly menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau begitu, biar saya saja yang mengendarai." Ali mengambil posisi di depan sebagai pengendara dan diikuti Prilly yang duduk dengan kaku di belakang.

"Apakah ingin ngebut?" Dengan terbata Prilly menjawab, "Terserah kamu?"

Awalnya, Ali menjalankan jet ski itu dengan pelan karena ia takut gadis di belakangnya akan ketakutan. Melihat Prilly yang menutup matanya menikmati angin, Ali menambah kecepatan jet skinya. Prilly terkesiap dan refleks memeluk Ali.

"Ali, tolong pelankan lajunya! Saya takut!" Teriak Prilly. Sebenarnya, Ali mendengar teriakan Prilly tetapi ia seolah menulikan telinganya dan tidak berniat memelankan laju motor air yang sedang dikendarainya.

Mau tidak mau, Prilly tetap berpegangan pada Ali karena ia tidak ingin mati muda. Ali yang melihat hal itu mengulas garis tipis di bibirnya. Padahal ia tidak begitu menyukai skinship dengan orang lain, tetapi sepertinya Prilly pengecualian.

BUANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang