Lembar ke-6

218 21 8
                                    

Motor abu-abu itu memasuki halaman rumah yang terlihat sederhana, perempuan yang berada di belakang pengemudi melihat rumah yang tampak tidak asing, dia seperti pernah melihat rumah serupa tapi entah dimana.

"Udah sampe, lo mau terus peluk gue atau mau turun?" Mavi bertanya datar, pasalnya perempuan yang di boncengnya ini sedang melamun.

"Eh, iyaa sorry." Rhea yang baru sadar dari lamunannya langsung turun dari motor tersebut. Dia berusaha membuka pengait helmnya, melihat itu Mavi tersenyum geli, Rhea sepertinya sudah mulai kesal. Memang Mavi sengaja tidak ingin menawarkan bantuan, dia ingin Rhea yang melakukannya terlebih dahulu, dan juga ingin melihat wajah kesal Rhea yang masih saja terlihat imut sejak dulu.

Kesal karena pengait helmnya tidak mau lepas, akhirnya Rhea berbalik menghadap Mavi.

"Bisa tolong gue?"

Mavi langsung turun dari motornya dan menghampiri Rhea setelah sebelumnya dia melepas helmnya terlebih dahulu.

"Ini gampang banget, kenapa gak bisa?"

"Gak tau nyangkut kayanya." Rhea merapihkan rambutnya terlebih dahulu.

"Aneh deh."

"Apanya yang aneh?"

"Gue ngerasa gak asing sama rumah lo." Rhea menatap sekitar garasi dan melihat halaman.

"Perasaan lo aja kali. Ayo masuk! Yang lain udah nunggu." Mavi berjalan terlebih dulu.

"Tuhkan bener, gue beneran ngerasa kaya pernah kesini."

"Lo Deja vu kali, re."

"Iya kali ya?" Rhea menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Wesss udah dateng neng rhea." Abim berseru senang ketika melihat Rhea datang.

"Biasa aja lo, bikin kaget aja!" Kevin melempar bantal kepada abim.

Buggh

"Yee santai aja dong!"

"Berisik banget dah! Sini kak re duduk dulu." Xean menengahi perdebatan Abim dan Kevin, anak itu sebenarnya moodnya sedang tidak bagus.

Rhea mendapatkan tawaran dari Xean langsung melihat kearah Mavi. Mavi mengangguk dan menyuruhnya menghampiri teman temannya lewat gerak matanya.

Rhea duduk disamping Xean, anak itu benar benar tidak bisa menyembunyikan perasaannya.

"Kenapa, yan?" Rhea bertanya.

"Gak tau kak, gue lagi gak mood." Xean menjawab dengan acuh.

"Jangan kasar kasar sama Rhea, yan. Dipukul lo nanti sama Mavi." Abim memberi peringatan pada Xean, anak itu hanya mengangguk.

Sementara yang lainnya sedang mengobrol, Mavi pergi kekamarnya untuk mengambil laptop yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya.

Ketika mengambil laptopnya, matanya tanpa sengaja menatap dua bingkai foto yang ada disana, yang menggambarkan siluet seseorang gadis dan sepasang anak manusia yang menghadap kelaut

Ketika mengambil laptopnya, matanya tanpa sengaja menatap dua bingkai foto yang ada disana, yang menggambarkan siluet seseorang gadis dan sepasang anak manusia yang menghadap kelaut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Maviandra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang