Lembar Ke-25

191 19 0
                                    

Keani memandang putranya dengan sedih, baginya Mavi tetap anak kecil yang harus selalu dia rawat. Sejak hari dimana Mavi mengalami kecelakaan Keani semakin takut terjadi sesuatu pada putranya, terlebih ketika Dokter mendiagnosa putranya mengalami cedera parah pada kepalanya.

Keani menggenggam tangan itu, dingin. Dia mengusapnya, berusaha memberi kehangatan pada putranya. "Avi bangun, sayang. Jangan tidur terus. Avi kenapa gak bilang sama Ibu, kalau Avi pusing atau gak kuat?" Ujar Keani.

Walaupun komunikasi yang mereka lakukan satu arah, tapi setidaknya Keani mencoba.

Hanya pergerakan dada Mavi yang sekarang membuat Keani sedikit lebih tenang, walaupun Mavi terlihat kelelahan sekali menahan sakitnya. Setidaknya putranya masih bersamanya.

Kreekk...

Deritan pintu terdengar, Keani langsung menoleh. Dihadapannya kini adalah teman dari putranya, Abim. "Tante." Sapa Abim, anak laki-laki itu mencium punggung tangan Keani dan melihat kondisi sahabatnya.

"Abim, maaf ya harus repotin kamu pagi-pagi begini." Ujar Keani, Abimantrana memang teman Mavi sejak kecil. Anak laki-laki yang tumbuh besar bersama putranya, yang sudah dia anggap sebagai putranya juga.

"Gak apa-apa, Tante. Gimana kondisinya, Tante?" Tanya Abim.

Keani menghela nafas dan menggeleng, dia juga belum tau secara pasti bagaimana kondisi Mavi, yang jelas kondisi putranya pasti semakin menurun. "Tante belum tau, Om sama Kala belum kembali."

Abim melepaskan jaketnya, menaruhnya di sofa ruangan itu.

Untungnya pintu itu kembali terbuka, Afzam dan Kalandra datang. Keani dan Abim langsung menaruh perhatian mereka pada kehadiran keduanya.

"Gimana kondisi Mavi?" Tanya Keani to the point.

"Nanti sore harus CT Scan lagi. Kondisinya menurun, dokter bilang harus segera operasi." Jelas Kalandra.

Abim melihat temannya, semua di luar dari rencana awal. Rasanya tidak adil jika seperti ini, Mavi baru saja mendapatkan kembali Aurhea. Tapi, mereka harus kembali pada masalah yang sebenarnya, kenyataan pahit tentang ketidak pastian. Hidup atau mati.

"Bim, kemarin ada masalah apa?" Tanya Kalandra dengan serius, mengingat perkataan Abim sebelumnya.

"Kemarin dia mimisan, banyak. Sebelumnya gue udah minta Mavi buat istirahat, dia gak mau karena tanggung jawab. Tapi, waktu dia mimisan akhirnya ngalah buat istirahat, gue kasih obatnya juga kok, Mas." Jelas Abim.

Kalandra menghela nafas, sudah dia duga adiknya pasti akan seperti ini. Mavi dan rasa tanggung jawabnya yang tinggi.

📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖

Keani dan Afzam sedang keluar untuk makan dan mengurus beberapa keperluan Mavi selama di rumah sakit, sementara Kalandra harus pergi karena ada jadwal beberapa operasi hari ini.

Di ruangan itu hanya ada Abim, Xean dan Richie. Dia sempat memberi tahu kedua adik kelasnya untuk datang menemaninya, tadinya Bintang, Vano, Kevin dan Kavin ingin datang tapi Abim meminta mereka untuk datang nanti.

"Kak Rhea gak dateng, Bang?" Tanya Xean yang sudah duduk dan bermain ponsel di sofa ruangan itu bersama Richie. Sepertinya Xean dan Richie sudah mulai terbiasa dengan kondisi Mavi, terlihat dari wajah mereka yang sepertinya sudah tidak diterlalu terkejut saat datang kerumah sakit ini.

"Bentar lagi paling. Kenapa?" Kata Abim.

"Gue nanya aja, gue kira dia belum di kasih tau." Ujar Xean yang sekarang sudah memainkan ponselnya.

Maviandra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang