Dini hari ini Afzam di kejutkan dengan guncangan yang di sebabkan oleh Keani, istrinya itu membangunkan dirinya dengan sedikit kasar.
"Ada apa?" Tanya Afzam.
"Mavi kejang." Jawab Keani.
Hanya dua kata, tapi mampu mengembalikan fungsi tubuh Afzam se-utuhnya. Dia langsung bangkit dan berlari ke kamar Mavi. Dibelakang, Keani memanggil supirnya untuk bersiap mengantar Mavi, setelah itu Keani memberitahu keadaan Mavi pada Rhea. Kedua perempuan itu menangis selama perjalanan.
Disinilah mereka bertiga, di depan pintu ruang IGD. Keani dan Aurhea duduk didepan ruang tunggu sementara Afzam pergi mengurus administrasi. Kedua perempuan itu hanya diam dan sesekali menoleh kearah pintu, menunggu dokter keluar untuk memberitahu keadaan Mavi.
"Tadi masih gak kenapa-kenapa, Tan. Sebelum aku tidur dia masih sempet ngobrol sama aku. Kenapa sekarang malah drop?" Tanya Rhea dengan suara pelan.
Keani hanya mampu mengusap lengan anak perempuan itu, dia sendiri tidak tau kenapa kondisi Mavi bisa drop separah ini. Meskipun tadi Mavi memang sangat pucat, dan sedikit kehilangan kesadaran, tapi dia tidak menyangka putranya bisa separah ini.
Afzam kembali dengan beberapa berkas rumah sakit, dia duduk di samping Aurhea. Dia melihat istrinya berusaha menenangkan anak perempuan di sampingnya.
Untungnya tidak berselang lama, seorang dokter keluar dari IGD menemui mereka.
"Keluarga Maviandra?" Tanya dokter tersebut.
"Iya, Dok." Jawab Afzam.
"Kondisinya semakin menurun, saya harap Maviandra bisa segera di operasi. Ini menyangkut keselamatannya. Besok sudah saya jadwalkan MRI agar bisa kita lihat lebih detail bagaimana kondisi kepalanya saat ini." Jelas dokter tersebut.
"Baik, Dok. Akan kami bicarakan dengan Mavi." Ucap Afzam.
"Kalau begitu, pasien akan di pindahkan ke kamar rawat. Saya permisi." Pamit dokter itu.
Beberapa menit setelah dokter itu pergi, sebuah brankar keluar dari IGD. Mavi terbaring di atasnya, ketiga orang itu mengikuti langkah para perawat yang membawa brankar Mavi kesebuah kamar pasien.
Kamar itu yang beberapa hari lalu Mavi tempati, Rhea duduk di sofa panjang yang tersedia. Sementara Afzam ayah Mavi duduk di sofa yang menghadap ke meja makan, serta Keani duduk di kursi dekat ranjang pasien Mavi.
Ketiga orang itu sibuk dengan kegiatan masing-masing, Keani memperhatikan anaknya, Afzam membuka ponsel (mungkin untuk menghubungi Kalandra), serta Rhea yang sepertinya larut dalam pikirannya sendiri.
"Rere tidur aja, malam ini biar om yang jaga. Kamu juga, Bu. Tidur dulu." Ucap Afzam setelah meletakkan ponselnya di meja makan.
"Aku masih mau nunggu Mavi sadar." Kata Keani sambil memandang wajah pucat anak bungsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maviandra ✓
Teen Fictionkertas kertas itu bukan hanya penampung aksara, lebih daripada itu. tentang kata yang tak mampu terucap, tentang suara yang tak mampu terdengar. tentang kita, yang tak juga tergapai. 📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖 Maviandra berpacu dengan waktu dan dirinya se...