Lembar ke-34

178 15 0
                                    

Ujian akhir masih tersisa beberapa hari lagi, akhirnya dengan paksaan orang tuanya Mavi melakukan ujian di rumah sakit. Meskipun begitu teman-temannya selalu datang berkunjung untuk menjenguknya, termasuk kedua adik kelasnya.

"Lama banget lo ngerjain ujian, bang." Kata Richie begitu sudah diizinkan masuk ke kamar rawat Mavi setelah guru pengawas ujian sudah pergi kembali ke sekolah.

"Udah selesai sepuluh menit sebelum waktunya, tapi gue keasikan ngobrol sama pengawas." Jelas Mavi.

Richie langsung saja melemparkan tubuhnya pada sofa panjang di kamar rawat Mavi, sedangkan Xean langsung duduk di single sofa ruangan itu.

"Yang lain bakal dateng sore kayanya. Kita juga gak bisa lama. Siang ini ada pemantapan materi." Ucap Xean.

"Ya gak apa-apa. Kalian mau olimpiade, wajar aja kalau harus ikut pemantapan. Lagian, gue juga gak masalah di tinggal sendiri disini. Nanti gue telpon nyokap buat kesini, atau paling nanti ada Mas Kala sama bang Kidoy." Ungkap Mavi.

"Gue masa tiba-tiba kepo," ucap Richie yang tiba-tiba mengubah posisinya menjadi duduk.

"Apa?" Tanya Mavi.

"Bang Kidoy kenapa di panggil Kidoy? Padahal namanya Donny." Ungkap Richie.

"Oh... Itu nama panggilan dari mamanya, katanya sih nama kecilnya. Soalnya Kidoy kedengeran lebih imut daripada Donny." Tutur Mavi menjelaskan.

"Lah? Gue kira ada something special gitu, yang bikin dia punya nama panggilan itu. Kaya, mungkin nama Kidoy itu dari his first love." Kata Richie.

"Terlalu drama, lo. Dia aja sama kaya Mas Kala. Ngang ngong ngang ngong kalau diajakin ngobrol soal pasangan." Celetuk Xean tiba-tiba.

"Nah, bener tuh kata Xean. Jangan ngomongin masalah percintaan dia, ditanya ibu soal pasangan aja langsung ngelak pake seribu alasan." Ungkap Mavi. Iya, nyonya Keani memang sudah ingin memiliki cucu, karena teman-temannya sudah banyak membawa cucu mereka saat bertemu.

"Tapi ya, Bang. Gue pernah ketemu Mas Kala di cafe & eatery lagi makan siang sama cewe." Ungkap Richie, berusaha mengingat kejadian sebulan yang lalu.

"Hah? Kapan?" Kata Mavi dengan penasaran.

"Sebulan yang lalu kalau gak salah inget." Ucap Richie.

"Rekan kerjanya, kali." Kata Xean yang sedari tadi hanya memperhatikan percakapan keduanya.

"Gak mungkin rekan kerja, cewenya gak keliatan kaya dokter atau staff rumah sakit. Sederhana gitu penampilannya, tapi gue akuin cantik banget." Kata Richie.

"Ya gebetannya kali, dia jarang cerita sama gue. Bagus deh kalau emang udah punya gebetan, mau sampe kapan coba dia pacaran sama buku sama peralatan dokter?" Ungkap Mavi.

Ketiganya sibuk membicarakan kisah cinta Kalandra, padahal daripada Kalandra ada beberapa Kisah yang mungkin lebih menarik dari itu.

Tok...tok...tok...

Xean menoleh kearah pintu dan melihat seseorang sedang mengintip, dia akhirnya beranjak dari sofa dan membuka kan pintu.

"Halo, Xean." Sapa orang tersebut.

"Eh, kak Rere. Masuk, kak!" Suruh Xean. Dia mengambil sekantung plastik makanan yang Rhea bawa. Sebenarnya dia juga heran, hampir setiap kali menjenguk Mavi ada saja orang yang membawa makanan, camilan dan minuman berbagai varian, rasanya seperti piknik di rumah sakit.

"Halo, duduk sini!" Kata Mavi sambil menarik sebuah kursi di dekat ranjang pasiennya.

"Lo udah makan, Chie?" Tanya Rhea pada adik kelasnya yang sedang memainkan ponsel.

Maviandra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang