Lembar ke-18

179 21 6
                                    

Beberapa minggu terakhir sebelum acara Mavi benar benar tidak terlihat, jikapun ada di sekolah dia selalu sulit di temukan, bukan berarti dia mangkir dari tanggung jawabnya, dia hanya harus segera pergi kerumah sakit untuk mengecek kesehatannya, dan memang hanya boleh pergi ke sekolah. Teman-temannya sudah tau, tapi tidak dengan Rhea, perempuan itu selalu menanyai Abim dan yang lainnya, bahkan bertanya pada teman-teman perempuannya. Hanya saja mereka tidak memberitahu apapun pada Rhea karena pesan Mavi, dia akan kembali saat kondisinya sudah memungkinkan.

"Lo masih mau menghindar?" Tanya Kevin. Sekarang dirumah Mavi hanya ada Kevin dan Kavin, Abim sudah pulang kerumah eyangnya.

"Itu cewe nyariin lo mulu, Vi." Tambah Kavin.

"Bukan gitu, gue takut aja dia nanya yang enggak-enggak." Mavi duduk di sofa kamar membiarkan kedua temannya ini bermain game di depannya.

"Kondisi lo aslinya gimana sih? Aneh banget masa." Kavin masih penasaran, mungkin di banding Kevin Kavinlah yang lebih peka pada kondisi sekitarnya. Termasuk hal yang di sembunyikan Mavi.

"Gak gimana-gimana." Jawab Mavi singkat.

"Lo gak gegar otak kan?" Kavin benar-benar penasaran, pertanyaan Kavin bahkan membuat Mavi terkejut.

"Bahkan lebih parah dari itu, Kav." Jawab Mavi dalam hatinya.

"Engga, lah. Ngaco! Buktinya gue baik-baik aja sampe sekarang." Sanggah Mavi. Sebenernya Kavin sangat curiga karena Mavi menjawabnya dengan canggung.

"Udah deh, nanti lo berdua ribut mulu. Gue kesini sebenarnya mau kasih tau, lo besok harus ketemu kepala sekolah sama ketua yayasan." Ujar Kevin sambil mengambil sebotol minuman dari kulkas.

Mavi menghela nafas, sepertinya besok akan jadi hari yang panjang. Dia sebenarnya ingin istirahat sebelum hari H acara, tapi tidak bisa.

"Oke, jam berapa?" Tanya Mavi.

"Jam 10, sih."

"Eh, temen gue kesini gak masalah kan?" Kavin bertanya setelah mengecek ponselnya.

"Santai, rumah gue terbuka."

"Orang tua lo?" Kavin agak khawatir sebenarnya, takut mengganggu orang tua Mavi.

Iya mereka memang sedang di rumah orang tua Mavi. Setelah meninggalkan rumah sakit, Mavi memang di haruskan tinggal di rumah orang tuanya agar lebih mudah di awasi, tidak hanya Mavi bahkan Kalandra juga harus ikut pulang ke rumah. Alhasil rumah Kalandra kosong dan hanya akan dibersihkan oleh orang orang suruhan ibu mereka.

"Ada urusan ke Singapura, kemungkinan penerbangan terakhir pulangnya." Jelas Mavi.

📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖

"Kasih tau gue, Mavi kemana bim? Kenapa dia ngehindar dari gue?!" Rhea menahan langkah Abim, keduanya memang bertemu karena Rhea yang memintanya.

"Bukan hak gue buat kasih tau, re. Tolong banget lo ikutin aja apa yang Mavi mau." Abim sebenarnya tidak tega dengan perempuan di hadapannya ini, dia ingin sekali memberitahu kondisi Mavi yang sebenarnya. Anak itu membutuhkan semangat dan dukungan dari orang-orang terdekatnya, tapi Abim tidak bisa. Ah, ralat bukan tidak bisa, dia hanya belum bisa karena janjinya pada Mavi.

"Bim, Mavi nyerah ya sama gue?" Rhea melepaskan cekalannya pada tangan Abim, dia rasanya ingin menangis sekarang.

"Gila kali! Hilangin tuh pikiran jahat lo soal temen gue!! Mavi mana mau nyerah kalau itu soal lo, jahat banget pikiran lo!!" Abim shock, dia hanya menertawakan hal itu dalam pikirannya, jika itu terjadi mungkin itu adalah hari terakhir Mavi ada di dunia.

Maviandra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang