Langkah kaki Rhea pagi ini cukup berat, ini baru pelajaran pertama tapi dirinya sudah harus pasrah diminta untuk membawa banyak ensiklopedia dari perpustakaan sebagai bentuk hukuman karena tertidur di kelas. Gadis itu merutuki keteledorannya sampai tidak sadar tertidur dikelas, sekarang dia harus kerepotan sendiri. Karena sekarang masih jam pelajaran, koridor tampak lengang dan otomatis tidak ada yang bisa membantunya. Rhea menghela nafas dan berhenti sejenak, rasanya lengannya ingin lepas sekarang juga.
"Eh...eh... Siapa nih?" Tanya Rhea panik, takut jika yang mengambil buku tersebut adalah gurunya karena dia terlalu lama sampai ke kelas.
"Ini aku." Mavi mengambil setengah dari buku-buku itu untuk dia bawa juga.
"Kamu ngapain diluar kelas?" Tanya Rhea.
"Tadi habis dari koperasi, liat kamu dari jauh kayanya udah gak kuat. Jadi, aku kesini buat bantu." Jelas Mavi.
Rhea mencebikkan bibirnya, ingin mengeluh tapi Mavi sudah tersenyum dan melangkah meninggalkannya.
"Ih! Ditinggalin lagi. Ini kamu gak apa apa bantu aku anterin buku ini ke kelas?" Tanya Rhea.
"Liat jalan, Re. Nanti kamu jat..."
Brukk..
Belum sempat Mavi menyelesaikan kalimatnya, sepertinya kalimatnya sudah menjadi kenyataan. Dia menghembuskan nafasnya perlahan dan menoleh kearah Rhea, membantunya mengumpulkan ensiklopedia yang berserakan, semoga saja buku mahal itu tidak rusak.
"Mulut aku belum selesai bicara, udah kejadian aja." Ujar Mavi.
Rhea tidak mengindahkan ucapan Mavi, gadis itu mengusap lututnya yang terasa perih. Rupanya tali sepatunya terlepas tanpa sadar, itulah yang membuatnya terjatuh. Mavi melihat itu dan membantunya berdiri, lalu melihat lutut Rhea yang terlihat merah.
"Pergelangannya gak apa, kan?" Tanya Mavi memastikan.
Rhea memutar sedikit pergelangan kaki kanannya dan mengernyitkan dahinya, "kayanya terkilir sedikit, deh."
"Kamu masih bisa jalan kan?"
"Bisa, Vi."
"Ke UKS duluan, ya? Aku mau taruh ini ke kelas kamu. Nanti aku ke UKS." Ujar Mavi.
"Loh? Nanti kelas kamu?"
"Nanti aku chat Abim buat minta izin ke gurunya. Atau nanti habis anter bukunya aku ke kelas buat izin. Kamu gak apa, kan? Sendirian dulu."
Rhea mengangguk, dia berjalan dengan tertatih kearah lain, sementara Mavi mengangkat kembali seluruh buku yang harus di bawanya. Mavi berjalan dengan sedikit cepat, untungnya ruang kelas Rhea tidak jauh lagi.
"Permisi.." sapa Mavi. Seluruh perhatian kelas itu tertuju padanya, Mavi masuk dengan santai dan menaruh tumpukan ensiklopedia itu di meja guru.
"Loh? Mavi? Kok kamu yang anter? Saya suruh Aurhea tadi yang ambil." Tanya Bu Dyah, guru sains yang mengajar dikelas Rhea.
"Duh, maaf Bu. Ini, tadi Aurhea jatuh, terus kakinya terkilir. Saya cuma inisiatif bantu." Ujar Mavi.
"Ada ada aja, bener dia terkilir?"
"Bener, Bu. Dia di UKS sekarang kalau ibu gak percaya."
"Ya sudah, terimakasih sudah membantu, Mavi. Kamu bisa kembali ke kelas."
Mavi mengangguk, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Abim. Langkah kakinya membawanya ke arah UKS alih-alih kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maviandra ✓
Teen Fictionkertas kertas itu bukan hanya penampung aksara, lebih daripada itu. tentang kata yang tak mampu terucap, tentang suara yang tak mampu terdengar. tentang kita, yang tak juga tergapai. 📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖 Maviandra berpacu dengan waktu dan dirinya se...