Harusnya sekarang Rhea berada di dalam kelasnya dan mengikuti pelajaran, tapi nyatanya disinilah dia sekarang. Di perpustakaan dan hanya berdua dengan Mavi, saling berhadapan dengan banyak kertas serta pad yang menampilkan dokumen perencanaan acara yang mereka pegang."Pusing, vi. Gak bisa istirahat dulu?" Ujar Rhea sambil menelungkup kan kepalanya.
Mavi yang sebenernya sedari tadi hanya sibuk dengan buku catatan coklatnya hanya menatap Rhea dengan sebelah alis terangkat.
"Vi, sumpah deh mumet gue." Rhea menatap Mavi dengan pandangan memelas. Perempuan itu benar benar stress dengan berbagai kertas di hadapannya, bahkan matanya sudah berkaca-kaca nyaris menangis.
Melihat mata Rhea yang sudah berkaca-kaca, Mavi langsung menyingkirkan pad dan beberapa kertas, Mavi berpindah tempat duduk di samping Rhea.
"Sini deketan." Mavi menarik pelan kursi Rhea, tangannya bergerak memijat pelipis gadis itu.
"Lo belum minum obat?" Tanya Mavi khawatir.
"Tau dari mana gue harus minum obat?" Bukannya menjawab pertanyaan Mavi, Rhea justru bertanya balik.
"Bang Kidoy. Dia bilang waktu pertama kali gue jemput lo di rumah." Mendengar jawaban Mavi, Rhea hanya ber-O ria sambil menikmati pijatan di pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maviandra ✓
Teen Fictionkertas kertas itu bukan hanya penampung aksara, lebih daripada itu. tentang kata yang tak mampu terucap, tentang suara yang tak mampu terdengar. tentang kita, yang tak juga tergapai. 📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖 Maviandra berpacu dengan waktu dan dirinya se...