Lembar Ke-17

154 16 4
                                    

Rhea terbaring lemas di bed rumah sakit, tidak terlalu parah memang kondisinya. Dia sudah sadar dan masih mengingat keluarganya. Hanya saja yang mereka tidak tau adalah Rhea yang sudah mengingat setengah dari kehidupan masa lalunya. Benturan pada kecelakaan itu membuat memori-memori yang tadinya tidak jelas kini semakin jelas. Bahkan Rhea mengingat siapa Mavi, walaupun belum sepenuhnya. Ternyata yang selama ini Mavi katakan benar, mereka memiliki hubungan di masa lalu.

"Adek? Adek kenapa? Ada yang sakit?" Tanya seorang pria paruh baya.

"Engga, pa. Adek gak kenapa-kenapa." Jawab Rhea. Di ruangan itu hanya ada ayahnya yang menemani. Ibunya sedang ke ruangan dokter sementara Dony pulang untuk mengambil keperluan Rhea selama dirawat.

"Adek gak bisa bohong sama papa. Tapi, kalau adek gak mau cerita sama papa gak apa. Nanti aja kalau adek udah siap." Kata pria paruh baya itu.

Mendengar ucapan ayahnya Rhea tidak bisa menahan air matanya. Dia merentangkan tangannya meminta pelukan dari pria yang paling dia cintai di dunia itu.

"Adek, jangan nangis sayang. Nanti kepalanya sakit lagi kalau kebanyakan nangis. Adek mau apa, hm? Nanti papa beliin eskrim kesukaan adek, ya? Jangan nangis sayang. Ssstttt!" Aldrean kusuma memeluk anak bungsunya dengan lembut, di usapnya punggung gadis kecilnya.

"Papa... Adek inget, Pa." Dengan terisak Rhea mengatakannya. Hal itu membuat Aldrean terkejut, dia melepaskan pelukan itu dan menatap putrinya.

"Adek inget? Inget semua?" Tanya Aldrean.

"Sebagian, adek inget Mavi, adek inget kalau kita punya hubungan."

Aldrean tersenyum melihat itu, dia memeluk putrinya kembali.

"Jangan bilang abang, sama Mavi." Ucap Rhea.

"Kenapa?"

"Adek gak mau mereka tau dulu. Mavi mana, Pa? Dia gak kenapa kenapa kan?" Pernyataan itu datang untuk yang kesekian kali, dan Aldrean masih tidak bisa menjawabnya. Kondisi remaja laki-laki itu tidak bisa dikatakan baik, Kala sempat berpesan untuk tidak memberi tau kondisi adiknya pada Rhea agar kondisi perempuan itu bisa lebih cepat membaik.

"Mavi ada, nanti kita jenguk, ya? Tapi adek harus stabil dulu kondisinya. Bentar lagi waktunya minum obat." Ucap Aldrean dia menggenggam tangan putrinya, berpikir bahwa hidup putrinya sudah cukup berat selama ini.

📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖

"Lah, ada Kavin. Kapan dateng, Kav?" Tanya Vano.

"Tadi, baru aja. Pas dapet kabar dari Kevin kebetulan gue deket sini. Di anter sama temen gue." Jawab Kavin.

(Ini kembar gak identiknya Kevin, kalau kalian lupa bisa baca Lembar Ke-11)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ini kembar gak identiknya Kevin, kalau kalian lupa bisa baca Lembar Ke-11)

Abim mengambil tempat di samping Kavin, dia baru saja membersihkan diri. Kavin memang dekat dengan mereka walaupun jarang bermain bersama.

Maviandra ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang