43

131 85 145
                                    

Kalo bukan diri kita sendiri yang menguatkan lalu siapa lagi? Kadang orang orang hanya penasaran tanpa peduli dengan apa yang kita rasakan.

























Pagi ini gizca bangun awal seperti biasanya. Namun pagi ini gizca terlihat seperti tidak memiliki semangat hidup. Ia banyak melamun, bahkan dipanggil berkali kali pun gizca hanya menyahut dengan menatap tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Non ga sarapan dulu?." ucap bi inah pada gizca yang tengah membetulkan sepatunya. Gizca hanya menggeleng.

"Aku berangkat dulu." gizca pun keluar dari rumah nya dengan langkah gontai, ditambah dengan muka nya yang pucat terlihat seperti mayat hidup.

"Kayak nya non gizca lagi ada masalah." ucap bi inah lalu pergi menuju dapur.

Gizca langsung masuk begitu saja ke dalam mobil. Sang supir pun heran karena biasanya gizca akan menyapa siapa saja orang yang ia temui. Supir pun langsung masuk ke dalam mobil.

"Non berangkat sekarang?." gizca pun hanya mengangguk. Tak lama mobil pun melaju menuju sekolah gizca.

Perjalanan yang ditempuh lebih lama dari biasanya karena entah kenapa hari ini jalanan begitu padat. 25 menit berlalu gizca pun sampai disekolah.

"Makasih ya pak." ucap gizca lalu segera keluar dari mobil. Gizca berjalan menuju kelas nya. Saat sampai, ternyata dikelas sudah ada dera, namun gizca tak melihat liana bersama dera. Gizca pun menghampiri dera.

"Ra, liana mana?." tanya gizca.

"Dia lagi di kantin."

"Pasti liana masih marah sama aku."

"Dia pasti butuh waktu. Apalagi kemarin pas tau tentang kak jefran tuh anak keliatan marah banget."

"GIZCA !." ucap liana berteriak dari ambang pintu. Gizca pun menoleh dan melihat liana yang tengah berdiri sambil menatap gizca tidak suka. Liana pun menghampiri gizca.

Plak.

Liana menampar gizca.
"Lo tuh emang beneran pembawa sial ya. Kak jefran celaka gara gara lo. Coba aja lo ga dateng di kehidupan kak jefran mungkin ini semua ga bakal terjadi."

"Aku ga tau kalo hal ini akan terjadi. Aku ga mungkin biarin kak jefran celaka."

"Dari awal harusnya lo ga usah deket deket sama kak jefran."

"Li lo jangan terus terusan salahin gizca. Ini semua bukan salah dia, ini murni kecelakaan." bela dera.

"Lo pasti udah kemakan omongan dia kan?."

"Gue cuma bicara kebenaran disini."

"Lo berubah ra. Semenjak kenal sama dia, lo bukan dera yang gue kenal lagi."

"Justru lo liana. Lo bukan liana yang gue kenal lagi sekarang. Mana liana yang gue kenal yang baik sama semua orang?." ucap dera sambil berusaha menahan emosinya.

"Gue ga bakal kayak gini kalo dia ga melewati batas."

"Melewati batas apa? Kak jefran bukan siapa siapa lo. Lo ga berhak buat ngelarang siapapun deket sama kak jefran."

"Wah hebat ya lo. Udah bikin kak jefran celaka, bikin kak putra jatuh cinta sama lo dan sekarang lo ngehasut temen gue. Hebat, hebat. Dasar cewe ga tau diri, ga tau malu, murahan."

"LIANA !."

"Udah jangan berantem. Aku ga mau kalian berantem gara gara aku."

"Ga usah sok polos lo. Gue muak liat nya."

ʀɪɢᴜᴀʀᴅᴏ ᴀ ᴍᴇ [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang