ke-2

2.3K 314 27
                                    


Disuatu ruangan terlihat satu wanita berumur tiga puluh tahun keatas namun masih sangat cantik dan anggun diwaktu bersamaan tengah sibuk mengecek berkas-berkas penting sekaligus memperbaiki. Bagian ini bukanlah pekerjaannya melainkan ia hanya menandatangani setelah membaca sejenak tapi kali ini ia harus dibuat berpikir keras dikarenakan dua rekan kerjanya belum juga menampakkan batang hidung mereka.

Irene meminum kopi yang telah tersedia dia atas mejanya, sesekali ia memijat pelipisnya merasa sedikit pusing lalu kembali melanjutkan pekerjaan.

Bruk..

Pintu dibuka kasar oleh seseorang dari luar. Irene yang kaget langsung melihat kedepan untuk melihat siapa gerangan yang tidak sopan masuk keruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Begitu mengetahui siapa pelakunya segera mungkin ia memasang muka galaknya.

Jisoo mengabaikan tatapan menusuk Irene malahan ia duduk di sofa dengan muka masamnya. Irene merasa heran dan menatap Lisa untuk meminta jawaban. Lisa tak  langsung menjawab malah ia hanya menyengir sembari meracik kopi.

"Ini kalian kenapa?" Tanya Irene melepaskan kacamata yang sedari tadi bertengger manis di hidungnya.

"Nggak ada yang mau kasih tahu?" Tambahnya tak melihat respon dari dua orang tak beradab itu.

Irene menghela nafasnya sejenak. Lisa sudah selesai dengan kopinya malah ia bersandar di lemari sambil meminum kopi. Jisoo masih bungkam enggan berbicara, kejadian yang dialaminya tadi benar-benar hal terburuk dalam hidupnya.

"Apapun masalah kalian, nggak lupakan kalian telat bikin saya stres ngerjain bagian kalian dan sekarang kalian kerjakan hukuman seperti biasa sebelum saya berceloteh panjang lebar tentang bagaimana tidak profesionalnya kalian dalam bekerja." Irene berucap tegas dalam satu tarikan nafas. Mereka tahu ini akan terjadi hukuman sudah menanti mereka terlebih Irene memakai kata formal.

"Kak lo tau nggak sih alasan kita telat, kali ini lo harus denger soalnya ini penting buat masa depannya Jisoo." Lisa antusias mendekati Irene .

Tahtah tertinggi disini dipegang oleh wanita bernama Irene ini. Selain karena Irene itu tegas dia juga paling tua diantara mereka berempat. Ibaratnya disini Irene adalah Ibu mereka, Irene orangnya pengertian kok tidak melulu galak ataupun selalu serius dia juga bisa bucin seperti kebanyakan orang jatuh cinta pada umumnya.

"Masa depannya Jisoo? Keknya serius, ada apa Lis?" Irene tertarik untuk tahu dan mengesampingkan marahnya dulu.

Jisoo menutup mukanya menggunakan bantal kecil, ia sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan Lisa kepada Irene.

"Ada bule cantik ngotot minta dinikahin sama Jisoo. Karena jisoo nyentuh..."

"Hah? Minta dinikahin?" Irene kaget spontan memotong perkataan Lisa.

"Iya kak, malah maksa banget kalau nggak Jisoo bakal dilaporin."

"Yaampun Ji lo apaan anak orang." Kata Irene prihatin. Ia berdiri dari kursinya dan mendekati Jisoo.

"Lo perkosa anak orang ya astaga lo mabuk semalam trus lakuin hal bejat itu dan lo baru sadar tadi pagi." Irene beropini merasa tebakannya benar. Jisoo tidak mau menatap Irene, Lisa tertawa dalam hati.

"Lis lo kan tahu Jisoo nggak kuat minum, kenapa nggak lo jagain."

Lisa meneguk ludah melihat tatapan tajam Irene. Sudah pasti Irene akan menyalahkannya kalau urusan minum. Kenapa tidak menyalahkan Seulgi saja, beruang kesasar itu kan juga ikut serta di setiap mereka pergi minum.

"Ji lo ngomong kek, kenapa jadi gue yang salah." Runtuk Lisa saat itu juga Jisoo berdiri membamting bantal tak berdosa tersebut ke lantai.

"Cewek sialan, kenapa sih gue malah ketemu dia." Perilaku Jisoo ditambah ucapannya semakin membuat Irene bingung.

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang