Semua karyawan di perusahaan Irene menjadi sedih setelah mendengar berita mengenai penceraian bosnya. Tidak hanya sedih karena gaji mereka akan terancam melainkan juga sedih melihat pasangan favorit mereka berpisah.Raut muka dingin Irene semakin terlihat dingin, ia jadi tidak banyak bicara bahkan tidak menyempatkan diri hanya untuk membalas sapaan dari karyawannya. Irene bersikap tegar dan tidak ingin di kasihani, dia juga menebalkan telinganya supaya tidak mendengar bisik-bisik orang yang tengah membicarakannya.
Gadis itu tidak masalah dengan penceraianya dengan Seulgi dan itu atas kemauan dari hatinya sendiri. Yang menjadi masalah adalah tatapan kasihan orang-orang di sekitarnya membuat ia tidak nyaman. Ada yang lebih begitu penting ia urusi daripada meluruskan kesalahpahaman penilaian mereka padanya.
Pendapatan perusahaan penurun dratis dan beberapa relasi menarik kembali atau berhenti bekerjasama dengan perusahaan yang di naungi Irene. Ini cukup membuat Irene stres memikirkan jalan keluarnya, dia sudah mencoba bernegosiasi dengan perusahaan lain. Semoga saja perusahan tersebut mau bekerjasama dengannya.
"Kau sudah coba bicara dengannya?" Tanya Lisa menghampiri Jisoo.
Jisoo menggelengkan kepalanya menandakan ia belum sempat bicara dengan bos mereka. Lisa menyodorkan segelas kopi kepada Jisoo.
"Keadaan kak Irene terlihat buruk." Kata Lisa terdengar sedih.
"Dari kita tahu kak Irene dingin hanya saja kali ini berbeda. Seluruh karyawan mengasihinya tanpa tahu kebenarannya bagaimana." Lanjutnya menatap Jisoo.
"Ji apa ini baik-baik saja untuk kak Irene?"
Gadis rambut gelap itu meletakkan kopi diatas meja sebelum menjawab pertanyaan si gadis poni.
"Menurutmu apa dia terlihat baik-baik saja?"
Lisa spontan menggeleng polos menjawab pertanyaan Jisoo.
"Selama dia masih diam biarkan saja." Jawab Jisoo terdengar cuek namun di lubuk hati terdalamnya ia mencemaskan Irene.
"Kim Jisoo, kau menjadi manusia tidak berperasaan." Cemooh Lisa mengenai sikap enteng Jisoo.
"Dia akan mendatangi kita kalau dia butuh bantuan." Jisoo menyeruput kopi yang belum sempat ia minum.
Mengenal Irene lebih lama membuat Jisoo tahu bagaimana karakter Irene. Bila memaksakan diri untuk tetap bertanya ataupun mencoba menghiburnya tanpa ia minta, perempuan dingin itu akan menganggap kalau ia sedang di kasihani dan itu tidak akan membuatnya senang.
"Lakukan sesuatu, kita tidak bisa diam begini saja. Kak Irene sudah banyak membantu kita terutama kamu Ji." Rupanya Lisa ini terpikal tidak akan mudah melupakan kebaikan orang padanya.
"Memangnya kau ada solusi? Kecuali bila kau merengek pada orangtuamu untuk membantu perusahaan ini." Ucap Jisoo ngasal.
"Aku akan melakukannya." Jawab Lisa cepat menganggap serius perkataan Jisoo.
"Lisa kau ini bodoh atau apa?" Jisoo menatap Lisa jengah.
"Menurutmu dia mau menerima kebaikanmu? Kita tunggu saja dia akan menyelesaikannya." Jisoo berdiri dari duduknya hendak pergi.
"Apa-apaan sikapmu ini Jisoo? Aku tahu kau sudah bahagia dengan pertunanganmu bersama Rose. Apa harus kau bersikap tidak peduli pada kak Irene?" Marah Lisa seolah-olah Jisoo melupakan semua kebaikan Irene.
"Dia tidak sepayah itu. Jangan lupakan keluarganya kaya raya jika dia mau, dia bisa saja meminta bantuan pada mereka tapi tidak ia lakukan. Lisa, kamu tahu kenapa? Itu karena dia merasa memiliki tanggungjawab besar pada perusahaan ini dan memilih untuk dia selesaikan dengan usahanya sendiri." Jisoo menjelaskan supaya Lisa tidak salah paham mengenai sikapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You
Teen FictionBerceritakan kisah cinta rumit yang tidak tahu endingnya akan seperti apa dan bersama siapa. Kim Jisoo, berada dalam situasi sulit. Keputusan apa yang akan ia ambil dengan dua pilihan mungkin menjadi tiga pilihan sebab hubungan masa lalu mereka masi...