ke-27

742 129 44
                                    

- Kejadian sehari sebelum diadakan rapat antara Irene, Jisoo dan juga Lisa.

Terlihat seorang gadis menuangkan soju kedalam gelas kecil lalu meneguknya hingga habis dan kembali melakukan hal yang sama sampai botol itu kosong. Kemudian memesan satu botol soju lagi karena merasa masih kurang.

"Ternyata kau masih saja doyan minum ditenda pinggir jalan." Ujar seorang datang dan duduk dihadapan gadis yang setengah mabuk itu.

"Disini tidak akan ada yang mengenaliku." Jawabnya dan kembali menuangkan minuman kedalam gelas.

"Mau sampai kapan kau mabukan begini? Seul di luar citramu sangat bagus sebagai seorang dokter, siapa yang tahu didalam kau begitu tersiksa dengan perasaan sepihakmu." Ucap Wendy yang mengetahui seluk beluk Seulgi.

"Aku terlihat menyedihkan ya?" Seulgi terkekeh menatap gelas yang berisi minuman dengan sorotan mata terluka.

"Ya, aku memang menyedihkan." Lanjutnya meneguk minuman dengan sekali teguk.

"Ini tidak adil untukmu. Setelah penceraian kalian dia terlihat baik-baik saja sementara kau di sepanjang malam merasakan sakit seorang diri." Kata Wendy merasa prihatin dengan kondisi sahabatnya.

Pagi hingga sore hari, Seulgi memang menjalankan perannya sebagai dokter yang profesional namun dimalam harinya ia menghabiskan waktunya dengan minuman beralkohol seperti ini. Kadang juga Wendy menemukan Seulgi menangis dalam tidurnya dan menyebutkan nama mantan istrinya.

"Kata siapa aku sakit seorang diri? Ada kau Wen yang menemaniku." Seulgi nyengir kuda yang dibalas hembusan nafas panjang Wendy.

"Aku merasakan sakit karena aku masih mencintainya, dia tidak sepenuhnya baik-baik saja. Dia sedang kesusahan memikirkan perusahaannya. Aku dengan emosional menarik sahamku, hingga sekarang aku merasa bersalah telah menyulitkannya." Ucap Seulgi menyesal tidak bisa berpikir dewasa saat mengambil keputusan.

"Mengapa kau merasa bersalah? Dia pantas mendapatkannya. Mantan istrimu itu tidak tahu caranya bersyukur. Seul kau sudah melakukan yang terbaik untuknya tapi dia membalasmu dengan amat kejam." Kata Wendy mulai meneguk minuman yang di suguhi Seulgi.

"Penceraian? Gampang sekali mulutnya mengatakan hal itu." Lanjut Wendy meletakan gelas di atas meja dengan cukup keras sehingga menimbulkan suara.

Seulgi tahu, Wendy membenci Irene karena sudah berlaku tidak adil padanya. Namun ini semua tidak sepenuhnya salah Irene, coba saja dia tidak melakukan hal keji itu dan tetap bersabar. Penceraian ini tidak akan terjadi dan hubungannya bersama Irene akan baik-baik saja seperti semula.

"Sekretarisku mengatakan Irene mengajukan kerjasama dengan perusahaanku." Ucap Wendy memberitahu Seulgi.

Seulgi menatap Wendy, ia tertarik juga penasaran mengenai kabar Irene beserta perusahaan yang dikelola mantan istrinya itu.

"Aku akan menolaknya besok." Jawabannya ini menghentikan pergerakan Seulgi meneguk minuman.

"Wen, tidak seharusnya kau menolak. Aku terlalu malu membantunya meskipun aku ingin, bila kau bersedia membantunya aku akan sangat berterimakasih padamu." Akui Seulgi serius menatap Wendy.

"Ckckck kau masih saja peduli pada orang yang telah mencampakkanmu. Kenapa kau sampai harus merepotkan dirimu Seul untuk orang seperti dia? Irene, wanita itu dia juga tidak akan melihat keberadaanmu." Wendy menekan-nekan pelan bahu Seulgi dengan jarinya.

"Meskipun hubunganku dengannya sudah berakhir tapi cintaku padanya masih terus mengalir. Jelas aku sangat peduli padanya Wen." Lirih Seulgi meletakan kepalanya diatas meja.

"Maafkan aku Seul. Aku tidak bisa berbuat baik pada mantan istrimu.
Dia akan membayar mahal karena sudah mencampakkanmu." Perkataan Wendy ini tidak sepenuhnya bisa didengar oleh Seulgi.

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang