ke-4

1.9K 291 58
                                    


Seulgi mendekati Jisoo yang terlihat tertekan atas apa yang menimpanya, ini jelas membuatnya syok tidak ingin mempercayai namun inilah nyatanya. Apa iya dia harus menikah dengan situasi begini, pertemuan yang tidak elit dan mengalamin kejadian yang memalukan. Benar-benar penuh ketidaksengajaan, bila begini jadinya bukankah terkesan paksaan menikahi gadis asing.

"Pipi lo perlu diobatin." Ucap Seulgi memegang saputangan bersih beserta pecahan batu es dengan panci kecil.

"Atau gue aja yang obatin." Seulgi duduk disebelahnya biar proses pengobatannya mudah.

"Nggak usah." Tolak Jisoo ketus merebut dua benda itu dari tangan Seulgi.

Seulgi menghela nafasnya kemudian bersandar dipunggung kursi. Jisoo hanya memegang sapu tangan tersebut tanpa berniat ingin menggunakannya dan panci batu es itu diletakan disebelahnya.

"Gue tahu ini berat buat lo Ji." Seulgi melirik Jisoo yang masih tidak mau melihatnya.

"Nggak ada salahnyakan lo jalanin ini, Cepat atau lambat lo akan nikah juga. Mungkin sekarang Ji adalah waktunya." Kata Seulgi mencoba meyakinkan Jisoo kalau pernikahan bukanlah hal yang menakutkan.

"Gue belum siap bahkan belum ada kepikiran kesana." Ujar Jisoo menatap Seulgi sekilas.

"Kalau udah tiba saatnya naluri lo berumahtangga bakal keluar sampai lo terbiasa ngelakuiinya dan ngerasain kebahagiaan. Lo emang nggak tahu Rose itu siapa, dia orangnya gimana, bawa pengaruh buruk buat lo atau malah bawa perubahan yang baik dalam hidup lo nanti. Ya wajar aja sih lo masih belum bisa nerima dia di kehidupan lo apalagi nyangkut masadepan. Gue maklumi Ji." Seulgi menepuk pelan bahu Jisoo.

"Tapi yang jelas gua sama Irene kenal baik Rose kek apa Ji, dan kita nggak akan biarin lo nikah sama orang yang salah. Pas tau orangnya Rose kita tanpa banyak omong kita dukung hubungan kalian. Gue bisa jamin lo nggak bakal nyesal malah kalau lo tolak sekarang dan lo bebas dari masalah ini, yang ada lo kepikiran ujungnya nyesel karena udah lewatin kesempatan bersanding sama permata." Perkataan Seulgi membuat Jisoo terdiam memikirkan.

Dari mereka memang Seulgi lebih tahu dan lebih berpengalaman buktinya sampai sekarang rumah tangganya bersama Irene baik-baik saja. Sebenarnya yang ditakutkan Jisoo adalah kehidupan setelah menikah, dia takut tidak bisa membangun rumah tangga seperti yang diidamkan oleh banyak orang dan dia takut tidak bisa membahagiakan pasangannya.

"Kalau menikah masih terlalu dini buat lo Ji, lo bisa memulainya dari berteman dengan Rose. Coba buka hati lo buat nerima dia." Usai mengatakan itu Seulgi beranjak dari duduknya meninggalkan Jisoo yang terdiam membisu.

"Kelihatan stres banget." Ujar Rose tiba dihadapan Jisoo.

"Lo mau ngapain?" Tanya Jisoo begitu melihat Rose.

"Mau lakuin hal yang seharusnya gue lakuin." Rose duduk disebelah Jisoo menepati tempat yang diduduki Seulgi tadi. Mengambil paksa sapu tangan ditangan Jisoo.

"Siniin batu esnya." Pinta Rose mengabaikan keterkejutan Jisoo karena tindakannya.

Jisoo menurut setelah melihat tatapan hangat Rose padanya. Tanpa komentar Jisoo hanya diam memperhatikan apa yang akan dilakukan gadis blonde.

"Nggak diobati muka nyebelin lo ini jelek nanti." Ucapnya mulai mengompres pipi Jisoo.

"Kalau lo nggak peduli gimanapun sama muka lo tapi gue peduli." Rose mengatakan itu tanpa berani menatap mata Jisoo. Sementara Jisoo merasa aneh dengan perkataan Rose namun dia mengabaikannya.

Pandangan Rose terfokus pada pipi Jisoo yang merah agak bengkak. Dia menggigit bibirnya melihat Jisoo meringis kesakitan. Dalam hatinya Rose berdoa semoga Jisoo tidak mendengar degupan jantungnya.

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang