Jisoo membasuh muka nya di toilet kantor setelah kejadian menangis tadi bersama Irene. Sebelumnya Jisoo mengantarkan Irene ke ruangan bosnya dikarenakan kondisi Irene masih belum baik. Tidak seperti dirinya yang mudah mengontrol kembali dirinya ke mode biasa.Dia memang terlihat kuat dan tangguh namun sebenarnya Jisoo lah yang paling rapuh dan menderita. Ditinggal orangtuanya membuat dia menjadi pribadi yang kuat dan juga mandiri. Setidaknya bisa melindungi diri sendiri dan tidak menyusahkan orang sekitar.
Terlihat Jisoo menghela nafas berat, tangannya bertumpu pada wastafel. Jika diperhatikan lebih teliti dapat dilihat diarut muka serta sorotan matanya kalau dia tengah menyimpan banyak beban.
Ponselnya berdering menyadarkan Jisoo dari lamunan, segera saja Jisoo mengeluarkan ponsel didalam saku blazer kerjanya. Bibirnya seketika tersenyum melihat nama yang tertera disana. Sebuah panggilan masuk dari istri tercintanya, dia ingin segera pulang dan bertemu Rose.
"Hallo sayang.. Aku merindukanmu."
Itulah kalimat pertama yang dikatakan Jisoo setelah mengangkat telepon dari Rose.
"Hallo aunty Jisoo. Maaf ini Lia."
Kening Jisoo berkerut begitu mendengar suara asing yang ia dengar ditelepon. Kemudian dia teringat kalau dia dan Rose semalam membawa bocah berumur lima tahun pulang ke rumah mereka.
"Iya Lia ada apa? Aunty Rose nya dimana?"
Tampaknya Jisoo benar-benar sangat merindukan istrinya, begitu ingin mendengar suara Rose kalau bisa juga ingin melihat wajah cantik Rose.
"Aunty Rose sedang sakit aunty. Tidak demam tapi aunty Rose muntah-muntah dan mengeluh sakit dibagian perut. Maafkan Lia aunty, ini salah Lia yang tanpa sengaja menumpahkan minyak kayu putih ke lantai."
Jelas Jisoo terkejut mendengar pernyataan Lia yang mengatakan Rose sakit. Ditambah suara Lia yang panik dan juga cemas bahkan seperti orang menangis.
"Apa yang harus Lia lakukan aunty? Lia sangat cemas melihat kondisi aunty Rose. Apa aunty Rose alergi pada minyak angin?"
Didalam kecemasannya Jisoo juga bingung apa yang terjadi pada Rose. Apa minyak kayu putih seberbahaya itu? Setahu Jisoo, istrinya baik-baik saja dengan minyak angin tidak ada masalah selama ini.
"Lia harap tenang ya, aunty akan segera pulang. Tolong jaga aunty Rose untuk aunty. Jangan panik dan tolong tetap berada disamping aunty Rose."
"Baiklah aunty. Hati-hati dijalan aunty."
Panggil telepon berakhir, langsung saja Jisoo keluar dari toilet dengan sedikit berlari. Sebisa mungkin Jisoo tidak ingin mengundang perhatian orang kantor tapi wajah khawatirnya susah untuk ia sembunyikan.
"Sayang aku akan segera datang." Batin Jisoo mencemaskan Rose terlebih disana hanya ada Lia tidak ada orang dewasa lainnya.
Langkah buru-burunya terhenti, dihentikan seseorang yang menarik tangan Jisoo begitu saja. Jisoo terkejut terkesan kesal akan perlakuan orang tersebut, dia sedang terburu-buru dan ingin segera sampai dirumah tapi saat melihat siapa seseorang itu membuat Jisoo mengurungkan niat untuk membentaknya.
"Jennie.."
Jisoo tidak tahu kalau Jennie ada disini lebih tepatnya Jisoo yang tidak melihat kehadiran Jennie sedari tadi. Jennie sudah melihat Jisoo dari jauh bahkan dia juga tersenyum melambaikan tangan pada Jisoo namun Jisoo seakan buta terhadap situasi.
"Iya ini aku. Jisoo kamu tidak melihatku?" Tanya Jennie meminta kejelasan.
"Jennie maafkan aku tidak melihatmu, aku sedang terburu-buru." Akui Jisoo. Satu-satunya fokusnya saat ini hanyalah pada Rose yang berada dirumah dalam kondisi yang mengkuatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You
Teen FictionBerceritakan kisah cinta rumit yang tidak tahu endingnya akan seperti apa dan bersama siapa. Kim Jisoo, berada dalam situasi sulit. Keputusan apa yang akan ia ambil dengan dua pilihan mungkin menjadi tiga pilihan sebab hubungan masa lalu mereka masi...