Jisoo membuka pintu rumah mereka dengan pelan. Keadaan rumah terlihat gelap seakan tidak berpenghuni, ia melangkah hati-hati takut menabrak. Bila dilihat dari kondisi rumah sepertinya Rose sudah tidur atau mungkin saja masih belum pulang.Gadis bermarga Kim itu sama sekali tidak ada niatan untuk menyalakan lampu. Lebih memilih langsung masuk kamar tanpa banyak berpikir dahulu. Sebab hanya lampu di kamar mereka saja yang menyala.
Begitu pintu kamar dibuka, indra penglihatannya melihat seorang gadis sedang meringkuk di atas kasur tanpa berselimut. Jisoo mendekati sosok yang ia yakinin istrinya itu dan langsung memeluknya dengan erat.
"Ji, kau sudah pulang?"
Pergerakan tiba-tiba Jisoo membuat Rose terbangun namun ia tidak merasa terusik dengan perlakuan Jisoo ini.
"Aku ingin memelukmu." Kata Jisoo terdengar sedih.
"Hei, kamu kenapa? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Rose cemas membalikkan badannya supaya bisa melihat wajah Jisoo.
Jisoo tidak menjawab melainkan ia menangis didepan Rose. Mengetahui Jisoo sedang menangis semakin membuat Rose khawatir. Kemudian Rose memegang muka Jisoo dan tersenyum untuk menenangkan istrinya.
"Sepertinya memang benar kamu mengalami hari yang sulit hari ini." Rose memeluk Jisoo yang masih saja menangis dengan alasan yang masih belum ia ketahui.
"Tidak apa-apa, semuanya akan berlalu." Rose mengusap lembut rambut Jisoo.
Air mata Jisoo semakin berderai menerima perlakuan hangat Rose. Jisoo menangis bukan tanpa sebab, ia merasa bersalah pada istrinya. Hari ini ia banyak menghabiskan waktu bersama Jennie dan juga Irene, mungkin dengan Irene masih hal wajar karena mereka membahas pekerjaan.
Tetapi dengan Jennie? Jisoo tidak tahu mengapa ia sampai melakukan itu. Semenjak putusnya hubungan mereka dulu, Jisoo sangat jarang berkomunikasi dengan Jennie ataupun bertemu kecuali dalam keadaan penting saja. Namun hari ini kenapa berbeda tidak seperti hari-hari biasanya.
"Ji apa kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya Rose memastikan. Jisoo menggeleng dalam pelukan Rose.
Jisoo seakan-akan tidak punya muka bila berhadapan dengan Rose. Setiap kali melihat wajah Rose yang tersenyum, rasa bersalah itu kembali membebaninya membuat ia gelisah dan tidak nyaman.
"Bagaimana kalau kita makan dulu Ji, aku tadi beli makanan tapi sekarang sudah dingin. Akan aku panaskan." Rose melepaskan pelukannya, ia tidak ingin melalaikan tugasnya sebagai seorang istri untuk Jisoo.
"Kamu belum makan?" Jisoo memegang tangan Rose ketika gadis blonde itu akan bangkit dari kasur.
"Tadinya aku ingin makan bersamamu, aku menunggu kau pulang Ji sampai akhirnya aku ketiduran." Rose terkekeh kecil di akhir kalimatnya.
"Maafkan aku." Ucap Jisoo penuh sesal.
"Tidak perlu meminta maaf." Rose mengelus-elus pipi Jisoo.
"Kamu bersih-bersih dulu ya sambil menunggu makanannya siap." Lanjut Rose tersenyum mengecup pipi Jisoo.
"Baiklah, aku charger dulu. Ponselku mati." Kata Jisoo mengecup kening Rose.
"Tunggu aku di meja makan sayang." Bisik Jisoo lalu mengacak-acak rambut Rose dan tersenyum.
Rose tersenyum senang melihat punggung Jisoo yang masuk ke kamar mandi. Ia merasakan kelegaan mengetahui alasan Jisoo tidak bisa dihubungi dan kenapa Jisoo lupa untuk menjemputnya. Ternyata Jisoo sibuk sampai mengalami hari yang buruk bahkan mencharger ponselnya saja tidak dapat ia lakukan. Untung saja pikiran buruk Rose yang sempat menganggu pikirannya mengenai Jisoo tidak terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You
Teen FictionBerceritakan kisah cinta rumit yang tidak tahu endingnya akan seperti apa dan bersama siapa. Kim Jisoo, berada dalam situasi sulit. Keputusan apa yang akan ia ambil dengan dua pilihan mungkin menjadi tiga pilihan sebab hubungan masa lalu mereka masi...