ke-33

768 144 37
                                    


Orang akan memberikan ucapan selamat pada pasangan yang sudah memiliki anak. Keluarga akan menjadi lengkap dengan kehadiran seorang anak terlebih dari darah daging kita sendiri. Semua orang terdekat akan bersorak gembira menyambut kelahiran bayi dari teman dekat mereka. Kebahagiaan yang luar biasa juga dirasakan oleh pasangan tersebut atas lahirnya anak mereka kedunia.

Namun dalam situasi saat ini tidak mengijinkan mereka untuk bisa melakukan ataupun merasakan hal berbahagia itu. Kondisi dimana Jennie masih belum sadarkan diri dan anak mereka harus menggunakan selang sebagai alat bantu pernapasan.

Jisoo dan Rose segera bergegas ke rumah sakit setelah mendengar kabar sedih dari Lisa. Keduanya tidak sempat istirahat sejenak dan tidak makan juga terutama Jisoo. Bahkan untuk bersih-bersih saja tidak sempat ia lakukan karena rasa takutnya.

"Lisa."

Begitu sampai disana, mereka turut prihatin melihat kondisi Lisa yang berantakan dengan mata bengkak akibat terlalu lama menangis. Mengingat keadaan Lisa yang hancur membuat keduanya ikut bisa merasakan ketakutan mendalam Lisa untuk istri beserta anaknya.

"Jisoo.. Rose.." Lisa bangkit dari duduknya setelah melihat kedatangan keduanya.

"Kenapa bisa terjadi?" Tanya Jisoo to the point.

"Ji. Aku tidak tahu.." Lisa tidak bisa menjelaskan kronologisnya karena ia juga tidak tahu mengapa ini semua menimpa keluarga kecilnya.

"Jawaban macam apa itu Lisa?! Kau istrinya bagaimana bisa kau tidak tahu." Bentak Jisoo marah dengan jawaban tidak berguna Lisa.

"Sayang sabar." Rose mengelus pundak Jisoo. "Sekarang ini Lisa sedang kalut. Dia ketakutan dan dilanda kecemasan. Kamu harus mengerti Ji." Lanjutnya memberikan pengertian pada Jisoo.

Jisoo menghela nafasnya dan menatap Lisa yang memang dalam kondisi tidak baik-baik saja.

"Maafkan aku." Sesal Jisoo mengusap mukanya. Rasa takutnya membuat dia mudah tersulut emosi.

"Lisa, apa yang dikatakan dokter?" Tanya Rose ingin mengetahui kondisi Jennie dan bayinya.

"Dokter mengatakan selama hamil Jennie mengalami stress berat dan kehilangan berat tubuhnya. Anak kami prematur juga disebabkan oleh faktor itu." Saat menjelaskan air mata Lisa kembali menetes.

Dia merasa gagal menjadi istri yang baik, tidak bisa menjaga Jennie dengan benar. Rasa bersalahnya membuat ia merasa menjadi orang yang tidak berguna bagi keluarganya.

"Aku sudah bilang padamu Lisa jangan terlalu lunak pada Jennie! Kau selalu memanjakannya dan lihatlah.. lihat Lisa hasil dari kasih sayangmu yang selalu menuruti permintaan Jennie ikut berdampak juga pada bayi kalian." Marah Jisoo karena Lisa menyepelekan peringatan yang katakan dulu.

Lisa terdiam membisu mendengar perkataan Jisoo. Dia menyadari kalau dibandingkan dengannya, Jisoo lah yang lebih mengetahui tentang Jennie dan hanya Jisoo juga yang bisa membuat Jennie patuh mengikuti perkataannya. Namun dikarenakan rasa cintanya membuat Lisa tidak bisa bersikap keras pada Jennie.

"Jisoo apa itu penting sekarang untuk dipermasalahkan?" Rose menaikkan nada suaranya merasa geram dengan kelakuan Jisoo tidak tahu situasi.

"Sikap berlebihanmu pada Jennie terkadang membuatku gelisah dan menaruh curiga." Ungkap Rose menatap Jisoo yang saat itu bungkam ditempat.

Jisoo sendiri juga tidak mengerti, mengapa ia menjadi begitu sensitif pada Jennie. Yang Jisoo ingat ia bersikap begini dimulai sewaktu Jennie mengandung. Disaat itu dia sangat ingin menjaga Jennie dan selalu ada didekat Jennie. Seperti ada sebuah tali pengikat yang membuatnya untuk tetap bertahan disisi Jennie.

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang