ke-44

708 146 38
                                    


Jisoo menutup pintu mobilnya, ia baru pulang dari pertemuan rahasianya bersama Jennie dan juga Younghoon. Perasaan Jisoo menjadi hangat dikala berbincang-bincang dengan mereka, ia sendiripun juga tidak tahu mengapa begitu.

Ketika sudah membuka pintu utama, Jisoo telah disambut oleh istrinya. Rose berdiri memandangi Jisoo horor, sontak membuat Jisoo merinding serta meneguk kasar salivanya. Dia sangat menyadari kalau Rose tengah marah padanya, karena ia pergi tanpa memberitahu dahulu.

"Rrosee.." Kikuknya menyapa sang istri yang masih setia menatapnya.

"Tetap diam disana!" Titah Rose tegas, tadinya Jisoo yang hendak melangkah langsung mengurungkan niatnya.

"Maafkan aku.."

"Bukan kata itu yang ingin aku dengar saat ini melainkan penjelasanmu." Potong Rose cepat tak ingin mendengar kata maaf dari Jisoo.

"Baiklah. Aku mengakui kesalahanku pergi tanpa memberitahumu dahulu. Ada kejadian mendesak terjadi, aku tidak sempat bilang padamu maafkan aku." Ungkap Jisoo memilih untuk tidak mengatakan perihal pertemuannya tadi.

"Kejadian mendesak apa sampai kamu meninggalkan istrimu yang sedang sakit?" Tukas Rose merasa Jisoo tidak peduli padanya.

"Saat aku akan pergi kamu tertidur aku tidak ingin membangunkanmu. Kamu butuh istirahat." Kata Jisoo tidak sepenuhnya berbohong.

Memang saat itu Rose tengah tidur lelap namun hal itu pula yang memberinya kesempatan untuk ketemu dengan Jennie dan Younghoon.

"Aku tanya padamu Jisoo, hal mendesak apa? Aku ingin tahu sesuatu apa yang membuatmu sampai hati meninggalkanku sendirian disini dalam kondisi sakit." Tutut Rose diselimuti rasa penasaran.

Jisoo tampak berpikir akan mengatakan yang sebenarnya apa tidak dan itu tidak lepas dari pandangan mata Rose yang tengah mengamati.

"Jisoo, jika tidak ada hal yang kamu sembunyikan, bukankah bisa dengan mudah untukmu mengatakannya?" Terang Rose menyudutkan Jisoo seakan memaksa Jisoo untuk berkata jujur.

"Aku akan mengatakannya, ku harap kamu tidak salah paham Rose." Ujar Jisoo menatap lurus istrinya yang tidak bisa dibantah itu.

Rose masih menunggu kejujuran dari mulut Jisoo sementara Jisoo sendiri mengambil nafas dahulu untuk memulai penjelasan.

"Younghoon berkelahi dengan teman sekelasnya, aku menemuinya untuk bertanya mengapa dia berkelahi dan sedikit memberi dia nasehat." Akui Jisoo memberitahu apa yang terjadi pada anak sahabat mereka.

"Berkelahi? Apa penyebab Younghoon berkelahi Ji?" Heran Rose mengingat Younghoon bukanlah anak nakal.

"Sayang, kamu akan tertawa gemas bila mengetahui alasannya." Jisoo terkekeh semakin mendatangkan rasa penasaran dalam diri Rose.

"Memangnya apa? Katakan padaku Ji." Paksa Rose tidak sabaran.

"Melindungi gadis yang ia sayang dari pembullyan teman sekelas. Ku rasa sikap manisnya itu turunan dari Lisa." Kata Jisoo menyimpulkan kalau Younghoon mirip dengan Lisa tanpa ia sadari jikalau Younghoon adalah anak kandungnya bersama Jennie.

"Astaga benarkah? Aduh kenapa anak seumuran Younghoon sudah tahu dengan bullying." Rose terlihat tidak percaya anak kecil sudah pandai melakukan kekerasan.

"Bagaimana keadaan Younghoon, apa dia baik-baik saja?" Jisoo dapat melihat ada kecemasan dalam diri istrinya kemudian Jisoo tersenyum.

"Younghoon baik-baik saja, dia anak yang kuat."

"Syukurlah, aku sangat cemas tadi."

"Hmm.. Bagaimana denganmu sayang apa sudah merasa baikan?" Tak lupa juga Jisoo bertanya tentang kondisi istrinya.

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang