"Seulgi, hentikan ini semua sekarang."Wendy mendatangi Seulgi ke ruangannya, karena ada keperluan dengan sahabatnya itu.
"Kau tidak bisa lagi mendesak Irene untuk kembali bersamamu. Jisoo sudah tahu perbuatanmu, Seul." Jelas Wendy. Jika Seulgi masih saja tetap mengusik Irene, dia akan berada dalam masalah.
"Mengapa memang bila dia tahu? Dia tidak punya hak untuk ikut campur." Tukas Seulgi menatap Wendy yang masih menatapnya lekat.
"Sepertinya kau menolak ingat mengenai kedekatan mereka berdua. Jelas kau yang lebih tahu tentang hubungan mereka." Wendy mengingatkan dan itu sukses membuat Seulgi terdiam.
"Aku ingat dan sangat tahu Wen." Kata Seulgi berdiri dari duduknya.
"Kali ini aku akan menghadapinya. Jisoo bukanlah apa-apa, dia sama sekali tidak mempunyai kekuasaan. Sebelumnya dia menumpang hidup dengan kekayaan Irene dan sekarang bergantungan hidup pada istri kaya rayanya."
Seulgi meremehkan Jisoo yang memang tidak punya pengaruh apapun dinegara ini. Sangat berbeda dengannya yang memang sudah terlahir dari keluarga berduit.
"Apa yang harus aku takutkan dari dia Wen? Tidak ada." Lanjutnya melirik Wendy.
"Jisoo memang tidak seperti kita, tidak mempunyai kekayaan atupun kekuasaan. Maka dari itu dia berbahaya, dia bisa membunuh tanpa harus memikirkan nama baik keluarga besar. Dia tidak punya tanggung jawab berat dipunggungnya, tidak sama seperti kita Seul. Dimana harus memikirkan segalanya dan punya kewajiban menjaga nama baik keluarga kita." Wendy memegang pundak Seulgi meyakinkan temannya untuk tidak mencari perkara dengan Jisoo.
"Aku tidak bisa mengalah dan membiarkan Jisoo menyita seluruh perhatian Irene. Bahkan hati Irene masih ada padanya sampai sekarang, apa ini adil untukku Wen?"
Wendy menatap iba Seulgi, dia paham betul bagaimana terluka dan hancurnya hati Seulgi. Mencintai seorang diri itu sangat melelahkan dan juga menyakitkan.
"Seul, ada saatnya kita melupakan dan mengikhlaskan orang yang kita cintai. Tanpa aku beritahu, kau pun pasti sudah tahu kalau cinta tidak harus memiliki." Dengan hati-hati Wendy berucap supaya Seulgi tidak merasa tersinggung.
"Sama halnya yang dilakukan Irene pada Jisoo. Meski dia tahu Jisoo sudah berumah tangga bersama orang lain tapi dia tetap mencintai Jisoo dengan caranya sendiri. Ya dengan tidak membuat Jisoo ataupun Rose merasa terbebani dan juga merasa risih atas perasaannya." Kembali Wendy menasehati Seulgi berharap Seulgi akan mengerti.
"Perasaannya terhadap Jisoo memang amat besar, dia sampai merelakan mimpinya demi menjaga Jisoo." Perkataan Seulgi ini membuat Wendy menatapnya penuh tanya.
Mimpi apa yang direlakan oleh Irene untuk menjaga Jisoo? Itulah arti tatapan mata Wendy yang dapat Seulgi baca.
"Menjadi CEO perusahaan Bae bukanlah tujuan Irene. Itu bukan mimpinya, ada cita-cita yang sangat ingin Irene capai." Ucap Seulgi memandangi permandangan diluar sana dengan pikiran kembali ke masa lalu.
"Cita-cita Irene apa? Selama ini kau tidak pernah menyinggung perihal ini." Tanya Wendy penuh keingintahuan.
"Jadi ilmuwan. Irene sangat ingin menjadi seorang ilmuwan. Tapi keterpurukan Jisoo setelah kematian ibunya serta ayahnya dipenjara, keluarga Jisoo jatuh miskin. Jisoo tidak memiliki apapun, rumah mereka disita dan terlilit hutang dalam jumlah besar." Seulgi memberitahu Wendy. Dimana sebelumnya, dia dan dan Irene sudah bersepakat untuk tidak mengatakan apa-apa mengenai hal ini.
"Melihat semua itu, Irene menolak menjadi ilmuwan padahal dia sudah diterima bekerja diluar negeri. Dan memilih menetap disini dengan mengelola salah satu perusahaan keluarganya supaya bisa memperkerjakan Jisoo yang pengangguran. Tidak ada satupun tempat yang sudi memperkerjakan anak dari seorang pembunuh sekaligus kdrt."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You
Teen FictionBerceritakan kisah cinta rumit yang tidak tahu endingnya akan seperti apa dan bersama siapa. Kim Jisoo, berada dalam situasi sulit. Keputusan apa yang akan ia ambil dengan dua pilihan mungkin menjadi tiga pilihan sebab hubungan masa lalu mereka masi...