Tiga tahun telah berlalu, tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Selama tiga tahun belakangan ini, Rose mengalami hari-hari paling sulit didalam hidupnya. Dia belum juga mengandung sampai detik ini. Padahal mereka sudah melakukan semaunya sesuai prosedur, tetapi Tuhan ternyata masih enggan memberikan kepercayaan berupa seorang anak untuk mereka.Dengan sabarnya, Jisoo menenangkan istrinya yang bersedih hampir setiap harinya. Dia juga merasa sedih mengapa Tuhan tidak menghadiahkannya anak bersama Rose.
Apa yang salah dari mereka? Mereka telah melakukan semuanya, berupa perawatan dan segala macamnya yang sekira bisa membantu kehamilan Rose.
Apa mereka masih belum pantas menjadi ibu? Sampai kapankah?
Pertanyaan itulah yang membuat dada mereka terasa sesak ditiap kali memikirkannya. Kenyataan hingga sekarang ini rumah tangga mereka masih belum dikaruniai anak cukup membuat mereka putus asa.
"Sayang, sudah ya kita segera akan memiliki anak jika waktunya telah tiba." Jisoo duduk disebelah istrinya. Rose hanya diam dengan muka sedihnya.
"Ini baru tiga tahun, kita bisa mencobanya kembali." Ucap Jisoo membawa kepala Rose bersandar pada dadanya.
Rose meneteskan air matanya, sungguh dia sangat ingin memiliki anak bersama Jisoo lalu mereka hidup bahagia dengan keluarga kecil mereka. Rasa takut, rasa sedih dan rasa sakit bercampur menjadi satu dalam perasaannya.
Sebagaimana dia takut Jisoo pergi meninggalkannya, dia sedih telah mengecewakan Jisoo. Dikarenakan tidak bisa memberikannya keturunan dan rasa sakit yang sangat dalam mengetahui kalau dia masih belum bisa mengandung, belum pantas menjadi seorang ibu.
"Maafkan aku, aku belum bisa memberikanmu keturunan." Tangisan Rose cukup memberikan hantaman di hati Jisoo.
"Kau sangat ingin memiliki anak, sampai sekarang aku masih belum bisa memberikannya. Maafkan aku Ji." Mohonnya terisak dipelukan Jisoo. Dia merasa telah gagal menjadi istri yang baik untuk Jisoo.
"Sayang, no problem. Kita sudah membahas ini, tanpa anak disisi kita. Kita masih bisa bahagia." Kata Jisoo mengelus rambut istrinya memberikan ketenangan disana.
"Aku tahu Ji, tiap kali kamu melihat anak kecil. Rasa ingin memiliki anak dalam dirimu semakin besar. Aku melihat tatapan penuh harapan di bola matamu. Aku juga sudah berjanji padamu akan memberikanmu anak setelah kita menikah tapi.. aku gagal..." Ungkap Rose merasa bersalah, selayaknya dia hanya memberi Jisoo harapan kosong.
Jisoo memejamkan matanya sesaat mendengar pernyataan Rose yang memang ada benarnya. Tidak bohong bila dia sangat begitu menginginkan anak tetapi itu bukanlah sebuah patokan dengan Rose menganggap dirinya sudah gagal menjadi istri yang baik.
"Rose dengerkan aku dan ingat ini baik-baik." Jisoo memegang wajah Rose dengan lembut tetapi sorotan matanya sangat dalam.
"Aku memang ingin mempunyai anak, tapi kamu harus tahu aku menikahimu bukan hanya berdasarkan menginginkan anak darimu saja. Rose, aku menikahimu karena aku mencintaimu ingin hidup selamanya bersamamu dan menciptakan banyak moment manis." Akui jujur Jisoo mengutarakan perasaannya. Dia tidak ingin menuntut Rose atupun membuat Rose terbebani dengan ini semua.
Rose terdiam mendengar pengakuan Jisoo, dia menatap tepat dibola mata Jisoo. Tidak ia temukan sedikitpun ada kebohongan disana, Jisoo menghapus air mata Rose seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. Seolah-olah memberitahu Rose kalau dia tidak masalah dalam keluarga mereka tanpa adanya anak.
Kembali air mata Rose menetes melihat ketulusan kasih sayang Jisoo padanya. Kemudian Rose memeluk tubuh Jisoo, mencurahkan tangisannya disana. Dia sangat membutuhkan Jisoo disisinya untuk selama-lamanya. Rose tidak bisa membayangkan kalau jodohnya bukanlah Jisoo, kemungkinan dia tidak biasa melewatkan ini semua terlalu menyesakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You
Teen FictionBerceritakan kisah cinta rumit yang tidak tahu endingnya akan seperti apa dan bersama siapa. Kim Jisoo, berada dalam situasi sulit. Keputusan apa yang akan ia ambil dengan dua pilihan mungkin menjadi tiga pilihan sebab hubungan masa lalu mereka masi...