* * *
Beralih saat jam istirahat berlangsung Nina terburu-buru mendesak Melody menceritakan hal apa yang terjadi di antara dirinya dan Haru, Melody yang tak merasa ada apa-apa di antara mereka pun membantah.
"Gue sama Haru, nggak ada hubungan apa-apa." Kata Melody.
"Tapi kata anak kelas lo pacaran sama Haru." Ucap Nina sambil mengunyah keripik.
Melody menghela, "Gini ceritanya." Dia mulai menceritakan kejadian sebenarnya, tentang Melody melarang Haru yang ingin bertengkar dengan Dimas, sebagai seorang teman tentu Melody harus mencampuri masalah itu demi mengingatkannya.
"Okey. Berarti disini terjadi kesalahpahaman. Ngapain juga Haru ngomong gitu? Jangan-jangan dia naksir Lo lagi." Seru Nina.
"Ngimpi Lo. Mana mungkin, Haru kan memang agak rada-rada." Kesel Melody.
"Tapi kalo di pikir-pikir Lo tuh cocok banget tau sama Haru." Simpul Nina.
"Lo juga cocok kok sama Dika." Sambung Melody.
"OGAH!" Nina langsung membantahnya.
Melody tertawa saat mereka sedang berbincang tiba-tiba rombongan murid perempuan dari kelas lain datang menghampiri Melody yang tak lain adalah Citra, saat itu dia hendak menjambak rambut Melody namun ketika melihat wajah Nina ia menjadi enggan untuk melanjutkannya.
"Citra Lo sekolah disini?" Nina kaget.
"Hai. Iya gak nyangka ya kalo kita sebenarnya satu sekolah." Kekeh Citra.
"Kenalin ini sepupu gue, Cit ini sahabat gue namanya Melody." Kata Nina saling memperkenalkan kedua insan itu.
Citra jadi tak enak hati, padahal niatnya ingin melabrak Melody yang tak menyampaikan hadiahnya dengan benar apalagi sekarang Citra mendengarkan kabar dari salah satu anak kelas 12 MIPA 1 yang mengatakan bahwa Haru sedang berpacaran dengan teman sekelasnya yakni Melody.
"Hai. Btw gue pengen ngomong sama Lo, bisa?" Tanya Citra pada Melody.
"Ngomong disini aja gak bisa?" Melody enggan untuk mengikuti mereka, jelas dirinya sudah sadar taktik Citra untuk mengeroyok dirinya.
"Maksud lo apa ya, kalo emang Lo pacarnya Haru, seharusnya Lo gak nerima permintaan tolong gue." Ungkap Citra dia merasa kecewa dan berpikir Melody sengaja menerima hadiah itu dan membuangnya.
"Gue gak mau ribut. Gue kesini buat belajar, kalo Lo mau ngajak ribut sorry gue gak tertarik. Lebih baik Lo tanya sama Haru, siapa gue dan kemana hadiah lo yang gue sampein ke dia." Ucap Melody lantang tanpa takut meski teman-teman Citra sudah menatapnya tajam.
Plok! Plok!
"Bravo! Eh ada Citra~" Dika datang menyelinap lalu duduk di atas meja kantin.
"Haru! Dedemit lo nih." Canda Dika hingga Citra bergidik kesal, sampai Haru datang membawa bungkusan plastik minuman jeruk Citra pun berubah menjadi manis seperti tidak ada masalah yang terjadi.
"Ada apa nih?" Tanya Haru.
"Gapapa kok!" Jawab Citra senang.
"Tanyain aja kali, Lo jelasin deh. Gue capek jadi bahan gunjingan terus mulai dari Jessi, Citra nyalahin gue. Mereka pikir gue pacar Lo." Sebut Melody dirinya melangkah maju meninggalkan kantin yang mulai ramai menjadi bahan tontonan orang.
"Kalo iya kenapa? Masalah? Jangan ganggu pacar gue." Sebut Haru dihadapan semua orang.
Mata Melody terbelalak dirinya yang hendak pergi pun tak jadi, semuanya syok bahkan Nina dan Dika mulutnya ternganga mendengar ucapan Haru. Saking terkejutnya, Citra merasa sakit hati dan meninggalkan kantin. Jessi yang mendengar hal itu meremas bungkusan rotinya dan membuangnya ke tong sampah.
"Apaan sih Lo!" Kesal Melody.
"Sorry gue butuh bantuan Lo. Biar citra dan Jessi berhenti dekatin gue." Ucap Haru dengan suara yang kecil.
"Ya terus kenapa harus gue!?" Melody tak setuju.
"Udah! Udah! Bakso nya udah dateng keburu dingin!" Dika memecahkan pembicaraan mereka, menarik Haru dan Melody duduk di bangku kantin.
"Loh siapa yang mesenin bakso? Kita gak pesan kok." Ucap Nina.
"Hari ini kita di traktir bos makan." Senang Dika, maksudnya haru lah yang mentraktir mereka makan di kantin hari ini.
"Wow, thanks ya ru!" Nina juga senang.
Tidak dengan Melody yang langsung meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan, keadaan pun menjadi canggung dan Haru yang tampak bersalah karena membuat keputusan tanpa persetujuan Melody terlebih dahulu.
"Kayanya Lo keterlaluan deh kali ini. Gue tau Lo gak bermaksud buat Melo marah. Cuma ya, ini berlebihan. Masalahnya, yang ngejar lo itu banyak Melody gak mau berurusan dengan mereka, dan seharusnya Lo minta persetujuan dulu dari dia." Jelas Nina di balas dengan anggukan Dika.
"Nanti gue minta maaf sama dia." Ucap Haru.
"Tapi, gue gak ngerasa salah sepenuhnya." Lanjut Haru.
"Maksud lo?" Dika bingung.
Haru mengacak-acak rambutnya pelan, "Karna gue sebenarnya-"
TING! TING!
"Anjir cepet banget masuknya! Perasaan baru semenit." Dengus Nina.
"Gila, gue belum ngerjain pr matematika! Masuk kuy keburu di bom buk purba." Panik Dika berlari terlebih dahulu dari Nina dan Haru.
Haru pun berjalan di belakang Nina, tiba-tiba Nina sengaja memperlambat langkahnya dan berbalik sembari mengucapkan sebuah kalimat dengan suara kecil.
"Gapapa kok. Gue dukung Lo." Ucap Nina sembari mengedipkan sebelah matanya dan tertawa.
Haru tidak bisa mengkondisikan raut wajahnya yang merasa antara geli dan bingung, apa maksud dari ucapan Nina. Haru harap Nina tidak salah paham dengan penggalan ucapan yang belum Haru selesaikan tadi, sebenarnya dia ingin berkata bahwa dirinya telah membuat perjanjian yang saling menguntungkan selama satu tahun ini hingga lulus nanti, menurut Haru tak masalah dia berucap seperti itu, toh bukannya memang sudah ada perjanjian dengan imbalan yang saling menguntungkan?
"Ngapain gue marah sih? Childish banget sih Lo! Memangnya apa salah Haru? Lagian juga dia udah bantuin Lo banyak Melo! Lebay banget sih!" Melody mencerca dirinya di depan cermin kamar mandi sekolah.
Seusai itu dia kembali ke kelas, melihat jam pelajaran Bu Purba sedang berlangsung. Rasanya seluruh darah naik ke otak dan keringat dingin menjalar ke seluruh tubuh. Melody kini terpaku di posisinya, bingung antara melewati jam ini atau masuk ke dalam dan mendapatkan banyak ocehan.
"Bu ada tawon!" Teriak Dika sehingga Bu purba berbalik dan ketakutan.
Haru berdiri dia berlari dengan cepat dan merangkul Melody masuk ke dalam kelas, untungnya Bu purba sedikit lemot dan tak menyadari bahwa Melody sudah duduk di kursinya.
Melody merasa debaran hati, ia merasa sesak sekaligus sembari menatap Haru yang kembali memperhatikan buku pelajaran. Pada masanya, mungkin hubungan mereka dapat membuat iri seisi kelas.
"Makasih." Kata Melody dengan suara kecil.
***
"I do really sorry for what i've done. I'll never do this again to you." Haru berdiri di depan pintu menghalangi kepergian Melody ketika bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise | Haruto × Wonyoung (END)
FanfictionIni kisah romansa remaja yang masih labil dan berusaha untuk lebih dewasa, berawal dari kuah tahu saus tiram Haru jadi lebih dekat dengan Melody. Kemudian hubungan itulah yang membuat beberapa memori jadi terkenang sampai akhir. (Meskipun sudah sele...