⎙ ⁹ : Work

849 183 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Sorry for what happened? Gue ngerasa kita gak ada masalah." Cetus Melody.

"Hah?" Haru pun bingung pasalnya jelas-jelas tadi Melody marah kepadanya.

"Begini. Gimana kalo kita buat kesepakatan baru, gue mau jadi pacar pura-pura Lo asalkan, Lo sendiri bisa nganterin gue pergi kesekolah dan pulang. Hemat ongkos. Deal?" Tanya Melody sambil menjulurkan telapak tangannya.

Haru tersenyum dia meraih tangan Melody kemudian berjabat dengannya, "Oke deal." Jawab Haru.

Secepat itu hubungan mereka menjadi dekat, bermula dari insiden ketumpahan yang tidak di sengaja, tinggal bersama dan akhirnya mengetahui bahwa mereka satu sekolah. Melody juga tidak menyangka, bagaimana bisa dirinya harus berakhir dekat dengan laki-laki yang sedang memboncengnya menggunakan sepeda ini, paling tidak Melody bersyukur karena ada dia, kalau Haru tidak ada. Melody bingung harus berteduh di tempat apa.

"Kadang gue bingung lewat gosip yang beredar tentang Lo. Kok bisa anak orang kaya kerja banting tulang?" Melody tanpa sadar bertanya seperti itu.

"Memangnya semua anak orang kaya harus hura-hura menikmati harta orangtuanya?" Haru berbalik bertanya.

"Jadi, lo tipikal orang yang gak mau seperti itukan?" Tanya balik Melody.

"Gue lebih milih buat kerja keras. Cari uang, kumpulkan harta sendiri dari pada merangkup warisan. Sebuah kebanggaan tersendiri kalo gue berhasil sukses tanpa bantuan orangtua." Tutur Haru.

"Gue kagum sama lo. Sekilas kita sebenarnya punya pemikiran yang sama, tapi gue jujur gak sanggup buat setegar lo menghadapi ini semua." Lanjut Melody.

"Semuanya itu berawal dari hati, niat dan tekad." Ungkap Haru.

"Iya ya, makanya doain gue biar lulus di agensi Miracle. Biar entar gaji pertama gue bisa traktir Lo." Kekeh Melody.

"Yang terbaik lah." Pungkas Haru tak ingin banyak berkomentar mengenai pekerjaan itu.

Mereka sampai di kosan Haru dan Melody bersiap masing-masing untuk bekerja. Kali ini Haru akan bekerja di swalayan sementara ya seperti yang diketahui, Melody mengikuti interview agensi Miracle dalam memilah model baru mereka. Melody lupa akan satu hal tentang persyaratan, bahwa dirinya tidak memiliki sepatu high heels. Sebenarnya ada, tapi ada di rumahnya dan tak mungkin bagi Melody kembali ke rumah sementara tidak ada satupun orang yang menyuruhnya kembali kesana.

"Lo kenapa bengong?" Tanya Haru.

"Hah? Gak. Gue cuma bingung dengan siapa minjem sepatu high heels, Nina belum jawab pesan gue lagi." Melody khawatir.

"Pinjam sama kak Mutiara aja. Gue rasa dia ada." Saran Haru.

"Gak enaklah, gue gak dekat." Melody takut.

"Mau gue pinjemin?" Tawar Haru.

"Udah gak usah deh, biar gue cari sendiri aja." Kata Melody menolak.

Melody keluar dari kamar, dirinya sudah memakai kaos putih dan celana jeans yang cukup ketat membentuk body nya yang indah. Melody berjalan turun melalui tangga, saat sedang menuju gerbang luar tiba-tiba dia berpas-pasan dengan kak Mutiara yang baru saja usai membuang sampah.

"Loh Melody masih ngekos disini toh?" Tanya kak Mutiara ramah.

"Iya kak." Jawab Melody ikut tersenyum ramah.

Kak Mutiara melanjutkan langkahnya, Melody merasa ini kesempatan untuk berbicara dengan kak Mutiara namun dirinya merasa ragu untuk meminjam sepatu. Yang pada akhirnya Melody memberanikan diri dengan mengejar kak Mutiara.

"Kak, aku boleh minta tolong sesuatu gak?" Mohon Melody dengan mata berbinar-binar.

"Boleh, tapi yang kakak bisa ya." Ucap kak Mutiara.

"Kakak punya sepatu high heels yang tingginya 10cm lebih? Boleh pinjem gak kak? Sehari aja pliss!" Mohon Melody membuat Mutiara tertawa.

"Kalo 10cm kakak gak tau ada apa enggak. Buat apa emangnya? Mau main ondel-ondel?" Canda kak Mutiara.

Melody tertawa, "Bukan kak. Jadi aku mau ikut audisi pemilihan model gitu." Jelas Melody.

Kak Mutiara mengangguk dirinya menuntun jalan Melody menuju kamarnya, kak Mutiara mengeluarkan semua jenis sepatu yang dirinya punya karena sebenarnya kak Mutiara tidak terlalu mengenali perbedaannya. Melody sempat cemas kalau ukuran sepatu mereka berbeda, dan untungnya kak Mutiara menyimpan satu sepatu yang sesuai dengan ukuran kaki Melody.

Sepatu High heels warna hitam milik kak Mutiara ia pinjam sebentar, selama dirinya mengikuti prosesi pemilihan modeling. Melody memakaikan saat ia tiba di tempat yang dikirimkan oleh agensi, sebelum itu dia memesan taksi dengan memakai sepatu ket yang membuatnya nyaman ketika berjalan.

* MIRACLE ENTERTAINMENT.

Melody datang terbopoh-bopoh sembari memasukan kakinya ke dalam sepatu, ia bertahan dengan satu tangan kanan yang bersandar di dinding. Melody melihat ada banyak perempuan yang mengikuti rangkaian proses pemilihan modeling ini, tetapi tidak ada yang setinggi dirinya. Melody tidak merasa bahwa dirinya yang paling menarik, justru Melody merasa dia menjadi salah satu orang minoritas yang memiliki tinggi lebih dari 170cm di tambah lagi sepatu High heels yang ia pakai.

Saat nama Melody di panggil, bukan main tatapan orang menyapu bentuk tubuh Melody seperti menatap lekat makanan yang lewat di hadapan mata. Juri melontarkan banyak pertanyaan, sesekali salah satu dari mereka curi pandang terhadap sepatu Melody yang di luar dari persyaratan.

"Kamu tau kan kalau di persyaratan sepatunya harus 12cm?" Tanya juri.

"Tau. Tapi maaf sebelumnya saya hanya memiliki ini." Jawab Melody sedikit menunduk.

Mereka sesama juri saling berbisik, "tampangnya bagus, tingginya pas bahkan lebih dari rata-rata. Sayang kalo kita sia-siakan." Gumam para juri.

"Oke. Untuk pengumumannya akan kami beritahu setelah kegiatan ini selesai. Harap pantau terus melalui ponsel anda." Ujar seorang Juri.

Melody mengangguk, sebelum pergi dia memberikan salam yang sopan dan berpamitan. Rasanya pegal meski hanya berjalan dengan skala satu meter menunjukkan cara walking khas yang Melody pelajari. Semoga saja Melody di terima, karena dia sangat menginginkan pekerjaan itu.

Melody duduk di kursi pinggir jalan sembari menunggu taksi lewat, dirinya memperhatikan cafe di sebrang sana. Seumpama Haru bekerja disana, Melody pasti akan datang ke cafe itu dan meminta diskon untuk pemesanan pertamanya. Terlintas sebuah pemikiran di kepala Melody, sebelum dia mendapatkan taksi, Melody mampir ke cafe itu dan membeli sesuatu.

Yang membuatnya berakhir di kursi depan toko Swalayan Haru tempatnya bekerja. Melody membelikan satu bungkus waffle untuk Haru, ia dengan sengaja menyerahkan makanan itu.

"Buat gue?" Tanya Haru.

"Iya. Kemarin Lo udah beliin gue roti bakar, sekarang anggap aja gue lagi balas budi." Jawab Melody.

Haru mengangguk, dirinya tidak menolak makanan yang Melody bawakan. Sembari Haru makan, Melody menelusuri swalayan dan melihat-lihat sekitar. Swalayan memang cukup besar tetapi tidak sebesar mall umum yang ada di perkotaan, sementara itu terdapat data karyawan di samping dekat meja kasir yang membuat Melody gagal fokus ketika dirinya melihat pas poto kak Mutiara disana.

"Haru! Kak Mutiara kerja disini juga?" Tanya Melody penasaran.

"Iya. Dia kerja disini juga, kenapa?" Tanya balik Haru.

"Gapapa sih. Pantes kalian bisa sedekat itu ya." Ucap Melody.

Promise | Haruto × Wonyoung (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang