⎙ ⁴¹ : Break

397 81 0
                                    

Mutiara membuka pintu mempersilahkan Melody masuk ke dalam rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mutiara membuka pintu mempersilahkan Melody masuk ke dalam rumahnya. Disana pintu kamar Haru tertutup rapat ia tidak memperbolehkan siapapun memasuki kamarnya, Melody merasa bersalah atas kata-katanya tadi siang. Mereka ini sama-sama memiliki keegoisan yang tidak bisa diredam.

"Gada kunci serep gitu kak? Takutnya ada apa-apa." Sebut Melody, ia khawatir jika kejadian saat mereka liburan itu terulang kembali.

Mutiara mencari akal, dirinya menggunakan hairpin tipis untuk membuka pintu kamar Haru dan ternyata usaha kecil itu berhasil dilakukan. Pintu telah terbuka, Mutiara membiarkan Melody memasuki kamar Haru.

Haru sedang mendengarkan musik menggunakan headset sembari tidur terlentang, ketika dirinya hendak berbalik arah ia melihat Melody yang berdiri di depan pintu. Sontak Haru pun kaget dan langsung menyelimuti tubuhnya yang tidak memakai baju.

"Ngapain disini?" Tanya Haru.

Melody menyipitkan matanya, ala tidak ingin melihat tubuh laki-laki itu. Ia meletakkan makanan di atas meja belajar kemudian menjawab omongan Haru, "Kak Mutiara bilang kamu mogok makan." Jawab Melody.

Haru memakai bajunya ia kembali membalas jawaban Melody, "apapun itu bukan urusan kamu lagi." Ucap Haru membuat Melody terkaget dengan responnya.

Haru memalingkan wajahnya tidak mau menatap Melody begitu pula dengan Melody yang merasa canggung karena mereka sudah lama tidak mengobrol baik bertemu secara langsung.

"Gimana kabar Nadya? Udah sembuh?" Celetuk Melody sembari memperhatikan pajangan di kamar Haru.

"Kaya gitu-gitu aja." Jawab Haru sambil memainkan ponselnya.

"Ru, sebenarnya aku kesini buat jawab pilihan yang kamu kasih." Melody berbalik menatap Haru serius.

Haru meletakan handphonenya, laki-laki itu hanya diam saja tidak berkata baik berekspresi setelah mendengar ucapan Melody.

Melody menarik nafasnya dalam, dia menghampiri Haru lalu duduk disampingnya dan berucap, "Demi kamu aku rela—"

"Mel." Haru menahan kelanjutan ucapan Melody.

Ia tersenyum kemudian meraih pergelangan tangan Melody tuk di genggam, malam itu Haru menjelaskan panjang lebar bagaimana kekhawatiran untuk mengatur kata-kata ini. Tapi yang jelas Haru merasa bahwa mereka sebenarnya memiliki jalan yang berbeda, tidak perlu menyalahkan soal perasaan karena cinta itu jatuh tanpa mereka duga tapi yang jelas Haru menginginkan hubungan mereka berakhir sampai disini.

"Makasih ya buat selama ini. Gue sebenarnya nggak mau jadi penghambat cita-cita Lo, berjam-jam gue merenung. Hubungan kita memang sedang nggak baik-baik aja, nggak ada pula kesudahannya. Satu-satunya cara buat menyelesaikan ini semua cuma kita yang harus menyimpulkan, dengan berakhirnya hubungan ini mungkin akan lebih baik dari pada dilanjutkan." Ungkap Haru.

"Ru, gue sayang sama Lo. Gue nggak mau kita putus." Melody memohon agar mereka tidak mengakhiri hubungannya.

"Gue juga sayang banget sama Lo Mel. Tapi gimana, kita ini sebenarnya nggak cocok sama sekali. Mungkin gue cuma bagian yang kesekian, dan gue yakin lo bakal nemu bagian terakhir, dan orang itu bukanlah gue." Sebut Haru.

"Gue nggak perduli, tapi gue pengen Lo yang jadi orang terakhir itu." Bantah Melody.

"Plis Mel. Gue nggak mau terlalu ngekang Lo terlalu jauh, mungkin Lo benar hubungan kita ini udah mulai toxic banget." Haru melepaskan genggaman tangannya.

Melody baru sadar kalau kemarin Haru mendengar pembicaraannya bersama dengan Nina dan Dika.

"Kita putus ya?" Mohon Haru.

"Nggak, gue nggak mau." Melody menangis menggelengkan kepalanya.

Haru memeluk Melody erat, "Lo pasti bisa Mel, dapatin yang lebih baik dari gue." Haru membelai puncak kepalanya.

"Satu-satunya yang terbaik cuma Lo." Ungkap Melody, ia pun mengecup pipi Haru untuk yang terakhir kalinya.

"Sampein ya ke orang terakhir di hidup Lo, jangan biarin dia sakit. Semoga dia bisa ngelakuin apa yang nggak gue bisa, Jagain selalu Haru." Gumam Melody mulai menghapus air matanya dan tertawa kecil.

"Semoga bang Adit bisa jadi pacar yang terbaik ya buat Lo Mel." Sambung Haru.

Melody sudah berbalik ke depan membelakangi Haru dan berjalan menjauh dari kamar, ia memberikan isyarat jari okey sembari mengeluarkan suara tawa padahal dirinya sedang tidak baik-baik saja dan terus menangis. Melody tidak fokus berjalan sampai-sampai dirinya tersungkur di tangga.

"Mel!" Haru panik dan menghampiri Melody, berniat membantunya berdiri.

"Jangan! Gue nggak apa-apa kok!" Melody tertawa terbahak-bahak, ia berdiri dan tersenyum ke arah Haru sembari menepuk pundaknya.

"Makasih ya."

Hanya suara itu yang terdengar di telinga Haru sebelum perpisahan mereka, punggung puan yang rapuh memilukan hati Haru. Ingin rasanya memeluk perempuan itu dan memberikannya semangat tapi sekarang mereka bukanlah siapa-siapa, Haru melakukan ini semua bukan karena dia sudah tidak mencintai Melody melainkan ini keputusan akhir dari segala hal yang ia alami.

Mulai dari segi faktor ekonomi Aditya yang lebih baik, dirinya yang terlalu posesif pada Melody baik keluarga Melody sendiri pun yang tak setuju dengan hubungan mereka.

___

Hari-hari telah berlalu, Empat sahabat kini jarang berkumpul dan sibuk masing-masing menghadapi ujian. Kabar terakhir terdengar bahwa Nadya sudah pindah sekolah, kemudian Melody yang menghadiri banyak acara penghargaan baik muncul di segala majalah pemotretan. Sedangkan Haru selalu sibuk soal pelajaran, bahkan ia sempat-sempatnya mengikuti olimpiade mandiri dan memenangkan juara satu demi mendapatkan beasiswa diluar negeri.

Singkat cerita, rangking Melody turun drastis sebab dirinya kurang fokus terhadap pelajaran dan sibuk soal pekerjaan sementara Haru kini mendapatkan hasil ujian terbaik disekolahnya dan mendapatkan beasiswa kuliah di singapore.

Hari rabu, tidak ada kegiatan hanya berkumpul di kantin sekolah. Mereka berempat berbincang-bincang ria, seperti tanpa ada masalah tapi yang jelas Dika dan Nina sudah tahu bahwa mereka sekarang tidak memiliki hubungan romansa lagi.

"Jadi gimana ru? Katanya Lo mau ngenalin pacar lo ke kita." Sebut Nina, dia pikir Melody sudah tidak perduli akan hal itu sebab terlihat sudah move-on dari Haru.

Melody tertegun menatap Haru begitu pula dengan laki-laki itu yang mendadak canggung, "Ada, nanti gue kenalin." Jawab Haru.

"Kapan? Nanti-nanti terus, lihat noh si Melody udah mau tunangan lagi." Sambung Dika.

Haru terkekeh pelan, "Lima tahun lagi, nanti gue kenalin sama kalian."

Tiba-tiba Aditya datang menjemput Melody, ia menyapa semuanya ramah, "Ru, Dik, Nin.

Mel, kita jadi pergi?" Tanya Aditya.

"Oh bang." Haru mengangguk tersenyum.

"Hai bang Adit!" Sapa balik Nina.

"Wih udah mau fitting baju aja nih?" Tanya Dika seru.

"Iya nih Dik, Nin gue pulang dulu ya. Bye ru." Jawab Melody kemudian menyentuh Bahu Haru sebelum dirinya berpisah.

"Bye Mel." Balas Haru dengan ekspresi datarnya.

Melody dan Aditya bergandengan tangan dan memasuki mobil, sementara Haru hanya termenung memperhatikan mereka dari kejauhan. Dika dan Nina asik bercanda, hubungan mereka pun tetap baik-baik saja.

"Gue pulang dulu ya." Celetuk Haru.

"Mau jemput yang itu?" Tanya Dika.

"Iya, kasian dia udah nungguin." Jawab Haru mengangguk.

"Oke deh, hati-hati ya Ru." Nina melambaikan tangannya.

Promise | Haruto × Wonyoung (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang