⎙ ²⁰ : exist or not

670 154 0
                                    

Sebenarnya Melody tak pantas bertanya mengenai privasi Haru, tapi hatinya tak tenang jika harus menyembunyikan pertanyaan lebih lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya Melody tak pantas bertanya mengenai privasi Haru, tapi hatinya tak tenang jika harus menyembunyikan pertanyaan lebih lama. Melihat gerak-gerik Haru gelagapan Melody sedikit kecewa, dia berusaha menutupi itu, pun tidak bisa memarahi Haru karena dia bukan siapa-siapa.

"Gue lupa. Sumpah kok bisa?" Haru memegang kepalanya, apa kemarin dia mabuk saat ikut pesta teman-temannya Mutiara? Sepulang dari acara 4you Haru memang di ajak ke party kecil punya temannya Mutiara.

"Bisa-bisanya lupa." Melody menggelengkan kepalanya pelan, meletakkan kembali pakaian kotor itu ke mesin cuci.

"Gue hari itu pergi sama ke acara temen kak Mutiara, sehabis acara runway lo." Lanjut Haru sembari mengingat kejadian kemarin lebih dalam, padahal saat pulang dia masih sepenuhnya sadar hingga mencari siapa dalang yang memposting foto mereka di page dan menyebarkan luas melalui papan pengumuman sekolah.

"Jadi lo dateng liat gue?" Melody pun baru menyadarinya.

Haru ingat, hari itu saat dia menghadiri party kecil milik teman dari kak Mutiara, ada salah satu perempuan yang selalu membuntuti langkahnya. Mengajak Haru berbicara tak henti-henti, ujung-ujungnya dia mabuk dan terjatuh tepat di bahu Haru.

"Gue inget. Waktu itu nolongin temen kak Mutiara yang pingsan, mungkin lipstiknya nggak sengaja nempel di kerah baju gue." Sebut Haru menjelaskan kenapa ada noda seperti itu di pakaiannya.

"Baik banget sih lo jadi orang." Ucap Melody, walaupun hanya menolong tetap saja jika yang mendengar kejadian itu adalah dirinya Melody merasa cemburu.

Melody mengeluarkan pakaian yang telah di cuci dan di keringkan, ia menjemur pakaian itu kemudian mencuci cangkir yang sempat ia pakai untuk meminum teh. Melody pun menghampiri Haru yang sedang memainkan ponselnya di ruang tamu, dirinya menghela nafas, andai saja Melody bisa tinggal disini mungkin mereka bisa sering-sering mengobrol.

"Ru, gue pulang ya." Kata Melody mengaitkan tasnya di bahu.

"Cepet banget. Mau gue anter?" Tanya Haru.

"Gausah, gue di jemput." Jawab Melody.

"Sama?"

"Temen."

Melody pergi ke persimpangan jalan, menunggu jemputan disana. Ia sengaja meminta jemput dengan Aditya, kebetulan laki-laki itu baru saja pulang kuliah. Kalau bersama Aditya, Daniella ibunya tidak akan marah-marah, makanya Melody menggunakan kesempatan ini.

"Nunggu lama dek?" Aditya datang mengangkat kaca helmnya agar bisa melihat Melody.

"Nggak kok, baru keluar dari rumah temen." Jawab Melody.

Melody naik ke atas motornya, mereka bersama-sama pulang ke rumah Melody. Di dalam perjalanan Melody selalu mengecek ponselnya, entah kenapa terbesit di pikiran Melody untuk mencari username Haru di aplikasi instangram. Dan alhasil dia menemukan akunnya, sayang akun itu di privasi, Melody harus memfollownya terlebih dahulu.

"Dek, Abang langsung pulang ya. Salam aja buat mama." Ucap Aditya dia terlihat lelah.

"Iya bang. Makasih banyak ya, maaf ngerepotin." Kata Melody mengangguk lalu melambai-lambaikan tangannya ketika Aditya pergi.

Sesuai dugaan Melody, saat dirinya pulang di antar Aditya. Daniella sama sekali tidak mengoceh, dia sibuk membaca majalah di ruang tengah, hari ini Daniella tidak meminta Melody untuk berhenti bekerja sama dengan 4you mungkin Teguh sudah membela putrinya itu.

___

Waktu terus berjalan, tak di sangka masa sekolah di semester ganjil hampir usai. Semua murid menghadapi ujian akhir semester, Melody mendapatkan kelas acak yang di dalamnya terdapat Dika. Mantan teman sekelas, hanya Dika yang Melody kenal sehingga dari awalnya mulai ujian sampai selesai mereka hanya berinteraksi berdua sementara yang lain sibuk akan dirinya sendiri.

"Mel, gue sama Nina mau pergi ke pantai nanti. Ikut gak?" Tanya Dika.

"Gue mau kerja Dik, hari ini ada pemotretan. Besok aja gimana?"

"Oke deh nanti gue bilangin Nina."

"Tambah deket aja kalian. Jadian gak nih?" Melody mencagil Dika.

"Ah saeluh." Dika menggeleng.

Dika jadi salah tingkah pada saat Melody berkata seperti itu, Melody rasa sebenarnya dua orang itu juga saling menyimpan perasaan namun gengsi untuk mengakuinya. Bisa di duga melalui Nina yang terus curhat pada Melody bahwa dia tidak menyukai Dika, tetapi setiap hari membicarakannya.

Melody berjalan santai menuju kelasnya dari arah yang sama ada Haru sedang duduk di pinggir lapangan, Melody berlari menghampirinya.

"Haru!" Sapa Melody.

Haru menoleh, "Apa?" Sahutnya.

"Kok lemes banget?" Melody bertanya sembari mengguncang pelan tubuh Haru.

"Gapapa, gue agak nggak enak badan." Jawab Haru sambil membasuh wajahnya.

"Kalo sakit ngapain sekolah?" Melody memarahinya, meletakkan kedua tangan di pinggang seolah-olah apa yang Haru lakukan ini salah.

"Terus nilai UAS gue dapet dari mana?" Haru membantah, sambil memijat dahinya yang terasa sakit.

"Ya udah, istirahat di UKS aja—"

"Haruuuu!" Citra datang membawakan minuman teh hangat yang ia beli di kantin.

Melody langsung terkicep melihat kedatangan Citra yang langsung mengambil posisinya di samping Haru, Citra memperlakukan Haru hangat ia bahkan dengan berani menyentuh kepala Haru dan memijatnya lembut bahkan sesekali tersenyum miring dengan sengaja agar Melody merasa cemburu.

"Lo hari ini kerja Mel?" Tanya Haru.

"Hah, iya hari ini pemotretan." Jawab Melody merasa dirinya terbuang ketika Citra datang.

Haru ingin mengajak Melody pergi bersama tetapi dengan adanya kehadiran Citra, Haru takut ada gosip baru lagi yang menyelimuti mereka karena bekerja di tempat yang sama.

Setelah itu Melody pergi meninggalkan tempat, sebab Haru sepertinya sibuk meladeni Citra yang terlihat manja itu. Melody masuk ke dalam kelasnya, ia mendengar desas-desus bahwa Dimas teman baru sekelasnya yang menjadi rival Haru pun pindah secara tiba-tiba sementara dua orang yang menjadi bawahannya pun terlihat menunduk dan tak berani menatap Melody.

Melody yang kebingungan pun memperhatikan kedua orang itu, di kucilkan. Tanpa Dimas mereka bukanlah apa-apa, tapi apa penyebab Dimas pindah sekolah? Seluruh kelas tidak mengetahui faktanya.

Singkat cerita karena minggu ini dijalankannya ujian akhir semester kepulangan para murid pun di percepat karena sesi berikutnya. Oleh sebab itulah Melody langsung pergi ke agensinya tempat pemotretan dan mengabaikan mobil jemputan yang ibunya kirimkan, karena Melody tahu bahwa mobil itu tidak akan pernah mau mengantarnya ke agensi Miracle.

"Melody, ini pakaian yang akan kamu pakai, semangat ya."

Staff terbagi menjadi dua sifat yang mendukung Melody atau bahkan mengabaikan seperti tidak mengenalnya, Melody bekerja sesuai tugasnya. Melakukan pemotretan bersama potographer di temani oleh staff yang bersangkutan dengan pekerjaannya, menata rambut dan riasan wajah ada pula yang memastikan posisi aksesoris dan pakaian tetap selaras dan tidak berubah.

"Bagus sekali, tidak sia-sia aku merekrut mu kesini, Melody." Ucap Adelia.

"Terimakasih Senior!" Melody membalas pujian itu dengan ekspresi senang, ia juga terlihat sopan ketika mengembalikan aksesoris yang tidak digunakan untuk pemotretan lagi.

Pemotretan diberhentikan sebentar saat jam makan siang, bertepatan dengan lewatnya Haru di ruangan itu menimbulkan sisi refleks Melody menjeritkan namanya, "Haru!" Pekik Melody sontak menjadi perhatian orang-orang, Melody melambaikan tangannya pelan ke arah Haru.

Promise | Haruto × Wonyoung (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang