⎙ ³⁴ : Memoria

485 101 1
                                    

Ketika Haru sedang duduk santai sambil menatap Melody yang kebingungan mencari letak kotak tissue pun mengundang dirinya tuk tertawa pelan, gemas pikir Haru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Haru sedang duduk santai sambil menatap Melody yang kebingungan mencari letak kotak tissue pun mengundang dirinya tuk tertawa pelan, gemas pikir Haru. Perempuan itu bahkan menungging hanya sekedar untuk mengecek di sela-sela, Haru pun bangkit sembari mengucapkan letak kotak tissuenya.

"Ada di kamar. Biar aku aja yang ambil sendiri." Ucap Haru, tapi tetap saja Melody menyusulnya ke dalam sana.

"Biar aku yang bersihin." Melody mengambil alih tisunya dan mengelap wajah Haru pelan.

Wajahnya kembali bersih kemudian handphone Haru berdering rupanya kak Mutiara menghubunginya, Haru keluar mengangkat telpon dari Mutiara.

Sementara Melody sibuk memperhatikan segala piala yang tersimpan di lemari dan lembaran foto saat Haru memenangkan banyak mendali, tapi yang membuatnya gagal fokus saat melihat wajah polosnya Dika dan Haru sewaktu masih menduduki sekolah menengah pertama.

Kartu nilai dengan pencapaian tertinggi di sekolah Haru pun membuat Melody menyadari satu hal bahwa mereka akan segera lulus dalam beberapa bulan lagi. Selesai mengangkat telpon Mutiara tiba-tiba Haru datang dan memeluk pinggang Melody dari belakang kemudian menaruh hidungnya di pundak Melody sembari merunduk.

"Mikirin apa?" Tanya Haru menyadari bahwa Melody tengah termenung.

"Kamu udah mikirin mau kuliah dimana?" Tanya balik Melody.

"Singapore, lumayan dekatkan. Tiap tahun nanti aku bakal pulang." Jawab Haru.

"Berarti kita bakal LDR?" Melody tiba-tiba merasakan sesak di dada.

"Gimana kalo kamu ikut kesana?" Ajak Haru.

Melody terkekeh, "Katanya kalo sebuah hubungan yang terus berada di genggaman tangan itu bakal ngebuat bosan. Aku nggak mau kalo ngebuntutin kamu terus bakal buat kita putus, sesuai janji kita untuk menggapai cita-cita. Aku rela kok meski harus Ldr, demi kebaikan kita semua." Ucap Melody.

"Kalo di pikir lucu ya?"

Melody kebingungan, "Apanya yang lucu?"

"Dulu aku sempat berpikir gini. Perjanjian kita sewaktu di kosan bakal kandas setelah setahun terlewatkan dan kita mutusin buat jalan masing-masing sesuai impian." Ucap Haru.

"Siapa sangka kalau semuanya kandas di awal. Tapi paling nggak berkat perjanjian itu kita jadi makin dekatkan?" Melody tersenyum.

"Bahkan buat aku ngerasain hal-hal yang sebelumnya nggak pernah kebayang. Ketemu kamu dan Dika dan Nina itu seperti sudah rencana takdir yang tertulis di buku kehidupan aku." Haru memperlonggar pelukannya.

Melody berbalik, merengkuh leher Haru bersama kedua tangannya sembari berbicara dengan mata yang saling bersemuka.

"Janji ya? Kita bakal terus begini? Nanti kalau seandainya kita memang harus pisah, kamu nggak boleh lupain aku sedetik pun." Kekeh Melody.

Promise | Haruto × Wonyoung (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang