Mickey mengangkat satu alisnya. Ini terdengar aneh, di zaman modern masih ada yang percaya dengan hal tersebut? Keluar dari dunianya? Apa sih, dirinya saja keluar dari rahim ibunya. Mungkin itulah yang Mickey pikirkan.
"Thetic lapar enggak? Yuk, ke kantin!" Si kembar langsung menggaet lengan kanan dan kiri Aesthetic.
"Eh, tapi belum bel istirahat. Memang boleh, ya?" Tanya Aesthetic.
"Santai saja. Sedikit lagi juga bel istirahat kok. Yuk, ke kantin. Lo belum makan, nanti lapar. Kalau nahan lapar, jadi sakit lho lambungnya. Lambung kalau sudah sakit, nanti ngambek. Kalau sudah ngambek, repot urusannya ke rumah sakit. Nanti disuntik. Anak kecil 'kan takut jarum suntik. Jadi, ayo ke kantin!" Jelas Ameera panjang lebar dengan cepat.
"Lo nge-rapp?!"
"Bakat terpendam. Awas dong!" Kesal Ameera, melihat Geraldi menghalangi jalannya.
"Nah, gitu dong, babu harus nurut sama majikan." Pujian berkedok ledekkan terlontar dari mulut Ameera.
Geraldi yang tahu ucapan tersebut ditujukan untuknya, langsung merutuk.
"Tapi Thetic enggak takut jarum suntik, dan Thetic bukan anak kecil!" Bantah Aesthetic.
"The, gue lapar mau makan burger di kantin. Ada menu baru, pake triple cheese dan double daging. Terus lagi harga promo. Memang Thetic tega lihat gue ngiler?"
"Burger?! Rahma kok baru bilang ada burger? Ayo ke kantin!" Mata Aesthetic sudah bersinar-sinar mendengar makanan kesayangannya itu.
"GO! GO! GO!" Semangat Aesthetic.
Setelahnya, Aesthetic yang menggaet lengan kiri Rahma, dan lengan kanan Rahmi.
"Ame jalan sendiri ya. Tangan Thetic cuma dua, enggak bisa gaet lengan Ame." Ucap Aesthetic.
Ameera geleng-geleng kepala melihat Aesthetic yang sudah keluar dari kelas, dengan menggaet Rahma dan Rahmi. Selanjutnya, Ameera menyusul teman-temannya ke kantin.
"Unik benar jodoh gue." Gumam Geraldi takjub.
Mickey yang mendengar gumam-an dari orang tersebut ikut menyeletuk, "yakin amat dia jodoh lo."
"Yakin lah, siapa sih yang berani menolak pesona seorang Favian Geraldi?" Balas Geraldi congkak, dengan duduk menaikkan sebelah kakinya.
"Ame?"
"Merusak reputasi gue saja lo!"
Mickey menggelengkan kepala dan menahan tawanya. "Buaya lo, sompret!"
"Heh, jangan salah. Buaya tuh termasuk yang setia dalam hal pasangan." Gantian, sekarang Geraldi yang congkak.
"Kalau gitu, gue yang buaya. Lo enggak. Lo enggak ada setia-setianya. Feed instagram saja vibes-nya asrama puteri." Balas Mickey tengil.
Geraldi yang ingin membalas, langsung mengurungkan niatnya. "Benar juga sih. Lo saja setia sama tuh cewek. Walau keberadaannya enggak tau dimana, bagai ditelan bumi."
"AMPUN, TUAN MUDA! MAAFKAN HAMBA, TUAN MUDA!" Panik Geraldi saat tatapan tajam, dan ekspresi datar Mickey sudah terpampang.
~ 🪄 ~ 🪄 ~ 🪄 ~
Bau khas menyambut baik Aesthetic. Matanya kini melihat novel-novel yang tertata rapih di rak. Penataannya sesuai dengan genre dari masing-masing novel. Tak hanya novel, ada buku-buku dongeng, pelajaran, dan masih banyak yang lainnya.
Aesthetic memejamkan kedua matanya, lalu membukanya kembali. Rasa senang, nyaman, hangat dirasakannya. Toko buku menjadi salah satu tempat favoritnya. Ia pasti betah berlama-lama bersama buku-buku. Lebih tepatnya sih novel ya. Aesthetic lebih menyukai novel. Memang terlampau jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
MiStic (Mickey and Aesthetic)
Teen FictionGadis mungil yang polos, lugu, bermata bulat indah, dan beraroma bayi membuat orang-orang di sekitarnya tenang. Gadis tersebut bernama Aesthetic. Iya, Aesthetic, nama yang langka bukan? Sama seperti karakternya yang langka dan unik. Polos, tapi tid...