Senin telah tiba, Senin telah tiba, hati Ameera gelisah, hore! Bagaimana tidak? Ameera sudah senang karena kelas olahraganya adalah hari Rabu. Tapi dikabarkan pagi tadi, bahwa kelasnya akan berolahraga hari ini, digabungkan dengan kelas lain.
Bukankah harusnya senang? Sambil menyelam, minum air. Kelas olahraga berlangsung, sekalian bertemu laki-laki yang sudah resmi menjadi kekasih bukan? Oke, Ameera dan Pak Jamal sudah sepakat untuk backstreet. Akankah mereka berdua bisa menjalani dan melindungi hubungan tersebut?
"My bestie!!" Itulah sambutan yang didapatkan Ameera dari Rahmi.
"Karpet merah mana, nih?" Rahma menambahkan dengan celingak-celinguk menyusuri ruang kelas. Ameera menggelengkan kepalanya, kemudian menaruh tas ranselnya di atas meja. "Mau ngapain lo cari karpet merah? Buat penyambutan gue masuk kelas?"
Rahma menghampiri Ameera yang sudah duduk. "Nih, karpet merahnya." Ameera menerima karpet merah yang masih terlipat rapih. "Tolong dicuci, ya, karpet merahnya!" Ameera menatap datar ke arah Rahma yang sudah tertawa. "Sialan, lo!"
"Daripada penyambutan, mendingan penyambitan." Ameera cuma melihat dengan pasrah, si kembar melakukan high five. "Gue cukup tau saja, kalau anak dance itu terverifikasi bar-bar."
Rahmi tersenyum penuh, dan berkata, "di kelas kita siapa sih yang kalem? Ingat predikat kelas kita, nggak?"
"Predikat tertinggi kelas teraktif. Dalam tanda kutip, paling nggak bisa kalem anak-anaknya diantara kelas lainnya." Tambahan dari Rahma. Ameera tertawa mendengarnya, "bangga gue jadi anggota kelas ini."
"By the way, si Aesthetic kok belum muncul, ya? Biasanya sudah membaca novel di kursinya." Ameera juga heran, apakah Aesthetic terlambat? Mau ikutan berpikir, tapi dirinya juga lagi berpikir untuk menghindari si Pak Jamal. Kalau kalian bingung, Ameera juga bingung, mengapa dirinya justru ingin menghindar setelah resmi mempunyai hubungan. Mungkin hanya belum siap dan gugup yang mendera. Bagaimanapun juga, hubungan mereka termasuk hubungan pertama bagi Ameera. Wajar bukan?
Atensi ketiganya kini teralihkan, saat Geraldi masuk ke kelas dengan tidak estetiknya. "Santai, Bro. Tapi, itu meja nggak apa-apa, kan, ya?" Geraldi masih mengatur napas. Perihal meja, Geraldi masuk ke kelas dan oleng, mengakibatkan kena si meja. Kita doakan, semoga si meja baik-baik saja.
"Rahma, kalau lo mau cek keadaan gue, tanya langsung. Jangan mengalihkan ke meja, dong." ucap Geraldi, setelah napasnya sudah teratur. "Pede gila, lo!" balasan untuk kalimat buaya dari Geraldi.
"Oke, serius! Gue-"
"Jangan serius-serius, nanti baper jadi repot."
"Diam dulu, ya, adik ipar." Rahmi membulatkan kedua matanya, saat mendengar ucapan yang lolos dari mulut Geraldi.
"Seriusan hari ini ada jadwal olahraga?" Anggukan kepala dari tiga perempuan yang kompak, menjadi jawaban. "Gawat, gue nggak bawa baju olahraga!"
"Memangnya, lo nggak baca info dari grup olahraga?"
"Nggak sama sekali. Kuota gue habis." Satu cengiran terpasang dengan apik pada wajah tampan Geraldi.
Rahma memasang wajah lelah, "kayak lo nggak terbiasa bolos saja!" Geraldi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "ucapan lo langsung menampar diri gue, ya, Ma."
"Ya, sudahlah, nanti ajak si sohib gue. Palingan juga dia nggak bawa baju olahraga. Lagipula mengabarinya dadakan. Kenapa nggak malamnya saja?" Ucapan Geraldi membuat Ameera yang sedari tadi diam, menjadi teringat malam itu. Malam yang menjadi saksi pengakuan dari guru olahraga idaman satu sekolahnya.
Tak lama kemudian, seorang siswi berjalan memasuki kelas sembari menundukkan kepalanya. "Thetic!"
"Halo!" Aesthetic membalas dengan nada ceria. Sudah menjadi tunangan seseorang, bahagianya berlipat ganda, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MiStic (Mickey and Aesthetic)
Teen FictionGadis mungil yang polos, lugu, bermata bulat indah, dan beraroma bayi membuat orang-orang di sekitarnya tenang. Gadis tersebut bernama Aesthetic. Iya, Aesthetic, nama yang langka bukan? Sama seperti karakternya yang langka dan unik. Polos, tapi tid...