🪄 CHAPTER 16: Astraphobia 🪄

98 39 5
                                    

"Lho, Ame, kamu nggak pulang?" Aesthetic heran, melihat salah satu sahabatnya masih setia duduk di kursi kelas. Pasalnya yang masih tersisa di kelas adalah anak-anak olimpiade biologi.

"The, gue ikut lo latihan olimpiade biologi. Ya, ya, ya?" Aesthetic menatap tingkah Ameera yang merengek seperti anak kecil, lantas terkekeh.

"Aku sih terserah kamu, Me. Asalkan nggak ada yang keberatan." Mendengarkan jawaban 'anak kesayangannya', Ameera melihat ke arah Mickey yang mencair. Ya, dulu dingin, tapi sekarang tidak. "Oi, Mick! Lo nggak keberatan 'kan?" Ameera rada berteriak.

Aesthetic yang tahu Ameera salah paham, langsung menegakkan badannya. "Ih, Ame, bukan Mickey. Maksud aku tuh, orang rumah kamu!" Kedua orang-tua Ameera menyuruh dirinya untuk pulang hari ini juga. Entah kenapa dipercepat, tapi begitulah kenyataannya. Aesthetic pun sudah tahu, karena Ameera menunjukkan bukti chat.

Seharusnya malam ini, Ameera masih tidur nyenyak di rumah Aesthetic. Melupakan kenyataan tersebut, justru saat ini, Ameera tertawa sembari bertepuk tangan, "sengaja, mau menjahili lo saja." Mendengar penuturan Ameera, Aesthetic pun memberengut. Belum selesai kekesalan yang dirasakan oleh Aesthetic, kini dirinya diliputi rasa kaget. "Kalau mau ikut, gue nggak keberatan." Bukan. Bukan karena suara Mickey, tapi karena tangan lelaki tersebut yang sudah bertengger manis di pundak Aesthetic.

Ameera menahan senyumnya, "jangan jadi patung begitu, The." Seketika Aesthetic melepaskan napas yang ditahannya. Hal tersebut membuat Mickey tertawa kecil, dan Ameera yang sudah semakin tertawa lepas. Hanya satu orang yang menatap kosong, yaitu Aira.

Tawa dua orang yang diakibatkan oleh Aesthetic pun mereda, saat Aira meninggalkan area kelas tanpa sepatah kata. Aesthetic menatap kaget kepergian Aira, dan bergantian menatap lelaki yang lebih tinggi darinya.

Sebenarnya, ada apa dengan satu tahun yang lalu? Batin Aesthetic.

~ 🪄 ~ 🪄 ~ 🪄 ~

Kini, ketiga orang berjalan menuju ruang latihan olimpiade biologi. Olimpiade biologi sudah bisa dihitung dengan jari, oleh sebab itu diadakan latihan ekstra.

"Permisi, Pak." Setelah tiga ketukan di pintu, Aesthetic dan Mickey dipersilahkan masuk oleh Pak Edi selaku guru biologi. Bagaimana dengan nasib Ameera?

"Saya boleh masuk ke dalam juga ya, Pak? Bapak tega melihat anak murid Bapak duduk di luar?" Ameera sudah memohon dengan wajah melasnya.

"Kamu bukan peserta olimpiade nanti, Ame. Lagipula, akan ada kuis dadakan hari ini untuk mengetes kemampuan mereka semua. Kalau kamu ikut ke dalam, sekalian Saya nilai kuis kamu juga." Pak Edi menjelaskan sistem pelatihan yang berlangsung hari itu juga. Suara tegasnya yang terdengar sampai dalam ruang pelatihan, membuat suasana ricuh karena kata-kata kuis dadakan. Minus Aesthetic dan Mickey yang masih adem ayem.

Ameera menyengir setelah Pak Edi menjelaskan, "dengan senang hati, Saya menunggu di luar saja deh, Pak." Anggukan kepala, dan pintu pelatihan pun ditutup. Ameera mendudukkan dirinya di salah satu kursi panjang koridor, di sebelah ruang pelatihan olimpiade biologi.

"Lebih baik begini deh, daripada otak gue ngebul karena kuis biologi. Pelajaran hari ini saja sudah membuat asap di kepala. Jadi terima kasih banget buat kuis dadakannya, gue nggak ambil dulu." ucap Ameera pada diri sendiri dan keheningan. Iya, hening. Koridor sekolah lagi hening. Jika saja ramai, pasti Ameera sudah disangka murid yang punya beban hidup terberat, walau sebenarnya semua murid sekolah punya bebannya masing-masing.

Menit demi menit telah dilalui oleh primadona sekolah tersebut. Untuk sekian kalinya, Ameera mengunci layar ponselnya. "Bosan banget! Apa gue pulang duluan saja, ya?" Ameera sudah memulai interaksi dengan dirinya sendiri.

MiStic (Mickey and Aesthetic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang