"Are you okay, The?" Aesthetic berjengkit kaget saat Rahma menepuk pundaknya. "Fokus, The. Jari lo bisa terluka, kalau lo nggak fokus." Rahmi ikut menimpali. Aesthetic hanya tersenyum kecil merespon ucapan kedua sahabatnya yang kembar itu. Menatap bahan-bahan masakan yang sedang diolahnya, Aesthetic pun meringis kecil.
"Ini kita nggak berlebihan masaknya?" Rahmi menatap Aesthetic bingung. Meletakkan pisau yang berada digenggamannya, Rahmi membalas, "nggak, The. Makanan yang akan kita masak ini buat Papahnya Thetic. Ya, bisa dibilang sih, sebuah penyambutan. Kurang lebih seperti itu."
Aesthetic tidak masalah, karena memang untuk sang Papah. Tapi, Aesthetic yakin bahwa Papahnya tidak semudah itu menghabiskan tujuh menu masakan yang berbeda. Ditambah lagi, Aesthetic takut apabila Mickey benar-benar akan berkunjung ke rumahnya hari ini, dan melihat adanya makanan-makanan tersebut. Terjadilah kesalahpahaman yang membuat rasa percaya diri dari seorang Mickey Sarfaraz meningkat.
"Lo repot-repot masak beberapa menu makanan buat menyambut niat baik gue, ya?"
Aesthetic menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengenyahkan isi pikirannya yang mulai aneh.
Jangan sampai itu terjadi, bisa-bisa si Mickey semakin narsis! Duh, kembalikan kutub tak berperasaannya Thetic! Eh, kutubnya saja, deh, tak berperasaannya diloakkan. Batin Aesthetic menjerit.
Perihal Papah Taufik, beliau tidak langsung pulang ke rumah dikarenakan waktu sudah sangat larut. Jadi, memutuskan untuk menginap di sebuah penginapan. Sayang, ya? Duren impor, nih, senggol dong!
Sang fajar mulai beranjak dari tempatnya. Kembali menaikkan diri untuk menyinari dunia. Empat menu sudah tersaji rapih dengan visual yang menawan, tentu rasanya juga menawan.
"Rasanya mau foto, terus posting ke feed Instagram." Aesthetic tertawa kecil mendengar kejujuran dari Rahma. Si empunya masih memotong bahan-bahan untuk menu kelima. "Boleh, Ma, posting saja." Rahmi meledek, tapi tetap fokus untuk menu keenam, "sedikit-sedikit, cekrek. Satu, dua, tiga, cekrek. Foto sampai dua puluh lebih, yang diposting cuma satu."
"DIAM, YA, WAHAI NETIZEN!" Rahmi dan Aesthetic sudah tertawa lepas melihat Rahma mengangkat cobek. Ya, seperti itulah gambaran girls saat memasak.
Hangat, itulah yang dirasakan oleh Aesthetic. Momen seperti inilah yang membuat Aesthetic berpikir. Dirinya memang tidak ditakdirkan untuk mempunyai saudara kandung. Dirinya juga tidak mempunyai waktu yang lebih lama dengan mendiang bundanya. Aesthetic merupakan anak perempuan tunggal, yang mempunyai waktu sedikit dengan bundanya. Disaat-saat remaja seperti inilah, biasanya anak perempuan curhat dari hati ke hati dengan sang Ibu. Curhat mengenai seorang laki-laki, sekolahnya, circle pertemanannya, dan banyak lagi.
Jika kalian menyangka Aesthetic tidak pernah mengeluh, maka kalian salah besar. Aesthetic juga manusia biasa yang pernah mengeluh. Aesthetic juga remaja perempuan biasa yang pada dasarnya sama dengan remaja perempuan lainnya. Sama-sama mempunyai dasar perasaan yang lembut, ingin dimanja dan bersandar. Walaupun seperti itu, Aesthetic bersyukur mempunyai sahabat-sahabat yang bisa menjadi seorang Ibu, dan saudara untuk dirinya. Aesthetic bersyukur mempunyai Papah yang hebat dalam menjaganya. Aesthetic pun bersyukur atas pertemuannya dengan pemuda Sarfaraz.
Si kembar yang asyik saling menjahili langsung berhenti, ketika menyadari bola mata yang tengah menatap keduanya berkaca-kaca. "The?"
"Thetic cuma terharu. Thetic bersyukur punya kalian berdua dan Ame. Thetic boleh memeluk kalian?" Suara bergetar itu membuat si kembar ikut larut dalam suasana. "Nggak perlu izin, The. Sini kita cosplay jadi si kuning, merah, hijau, dan kawan-kawan." Rahma memberikan pukulan ringan untuk ucapan random Rahmi, sebelum pelukan hangat itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MiStic (Mickey and Aesthetic)
Teen FictionGadis mungil yang polos, lugu, bermata bulat indah, dan beraroma bayi membuat orang-orang di sekitarnya tenang. Gadis tersebut bernama Aesthetic. Iya, Aesthetic, nama yang langka bukan? Sama seperti karakternya yang langka dan unik. Polos, tapi tid...