🪄 CHAPTER 14: Siapakah Dia? 🪄

83 38 28
                                    

Baby you can love me, but i can't tell you love me~

— Sorry for Loving You (Gree ft Yerin eks GFRIEND) —







~ 🪄 ~ 🪄 ~ 🪄 ~

Bandung mengalihkan tatapannya dari kaca spion menuju kakaknya. "Kak."

"Hm?" Pak Jamal masih fokus memegang kendali stir mobil, jadi menjawab dengan dehaman.

"Nanti gue pulang telat." ujar Bandung dengan pandangan lurus ke depan, tak mengarah ke lelaki di sampingnya.

"Ada latihan basket lagi? Ada acara penggalangan dana lagi? Oh, atau mau nongkrong-nongkrong biasa? Bandung, mending bela—"

"Bela diri, oke gue akan membela diri atas semua prasangka lo yang salah semua." Bandung menghentikan semua prasangka dan ceramahan kakaknya yang baru dimulai.

"Gue mau kerja paruh waktu." lanjut Bandung.

"Hah?! Lo lagi enggak nge-prank 'kan?! Tumbenan lo benar begini, biasanya jarang benar." Bandung memandang sengit kakaknya, ingin sekali Bandung sumpal mulutnya yang masih mengoceh seakan-akan ini sebuah keajaiban.

"Mau kerja dimana? Bukannya agak susah cari kerja paruh waktu buat seumuran lo?" Setelah mengoceh ria, akhirnya obrolan yang sangat berfaedah dimulai.

"Ada. Setelah penggalangan dana waktu itu, gue ditawari kerja sama kakaknya teman gue. Kalau enggak salah sih, kerja di kedai kopi." jawab Bandung kalem akhir-akhir ini.

"Wah, parah lo, pakai orang dalam! Enggak aci, enggak aci!" Pak Jamal berkomentar dengan tangan memutar stir mobil, karena sudah memasuki belokan. Mata fokus, mulut berkomentar, wajah tetap tampan, itulah gambaran Pak Jamal untuk saat ini.

Bandung yang dikomentari seperti itu, tidak terima. "Gue ditawari langsung, bukan gue yang minta tolong buat kerja di sana. Jelas bukan orang dalam, Kak Jamaludin!" Sungut Bandung.

"Nah, gitu dong keluar ngegasnya. Daritadi kalem benar, 'kan hawa mobil gue jadi mencekam." Pak Jamal sudah tertawa, berhasil menistakan sang adik. Bandung tak membalas, ia masih asyik menatap pemandangan yang dilaluinya lewat kaca mobil.

Pak Jamal melirik sekilas adiknya, "lo jadi apa di sana? Maksudnya, kerja bagian apa? Jangan bilang, lo jualan air mineral kemasan botol di depan kedainya, ya?!"

"Ck! Lo kenapa sih, kak? Kayaknya receh banget hari ini!" Bandung mendelik tajam ke arah kakaknya.

"Harusnya gue yang bertanya begitu. Lo kenapa? Kalem-kalem mencekam. Lo ada masalah? Enggak biasanya seorang Bandung kayak gini." Pak Jamal membalikkan, membuat Bandung enggan menjawab.

Melihat tidak ada respon sama sekali, Pak Jamal melanjutkan, "galau, Bro?" Satu tangan yang bebas dari stir sudah merangkul pundak Bandung.

Bandung benar-benar enggan menjawab, ia ingin menyimpan energi untuk hari ini. Keputusannya sudah bulat, ia mau bekerja paruh waktu setelah pulang sekolah nanti. Jadi, daripada energinya habis untuk melawan kelakuan manusia jadi-jadian  di sampingnya, mending disimpan 'kan? Seperti itulah Bandung berpikir.

"Tenang saja. Jangan terlalu diambil pusing. Gue paham yang lo rasain, karena lo enggak sendiri." Bandung tidak sebodoh itu untuk tidak memahami setiap kata yang diucapkan kakaknya. Tak lama, Bandung sudah mengeluarkan sebuah senyuman yang bermakna. Sangat bermakna.

Setelah ucapan yang dilontarkan barusan oleh Pak Jamal, perjalanan mereka kembali hening, namun tidak semencekam tadi.

"Duluan, kak. Thanks, pulang gue kerja nanti lo traktir gue ayam penyet depan ya, atau gue harus maksa lo ceritain perempuan siapa yang buat lo galau dan jadi sad boy?" Bandung sudah turun dari mobil, dan melangkah santai menuju gerbang sekolahnya yang telah menanti.

MiStic (Mickey and Aesthetic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang