🪄 CHAPTER 5: Dia, Bandung 🪄

122 52 33
                                    

"Anak gadisnya Papah lagi ngapain?" Tanya Papah Taufik.

"Mau ambil stuff roti di kulkas, Pah."

Aesthetic terus melangkah ke arah kulkas dan kini mendekap stuff rotinya.

"Sudah jam segini mau makan itu? Kamu enggak takut berat badan naik? Biasanya anak seumuran kamu takut, lho!"

Aesthetic menghampiri Papahnya yang sudah duduk di sofa ruang keluarga. "Enggak, Pah. Daripada Thetic kelaparan nanti sakit, lebih menakutkan lagi, lho." Balas Aesthetic sambil membuka tutup wadah stuff roti.

Taufik mencubit pipi chubby milik anaknya. "Pintar dalam menjawab ya."

"Fakta, Pah. Lagipula Thetic enggak lupa buat berolahraga." Ujar Aesthetic yang sudah menghabiskan setengah stuff roti.

"Papah enggak pernah melihat kamu berolahraga. Apa kamu diam-diam berolahraganya?" Taufik menatap serius anaknya.

Aesthetic menggelengkan kepalanya. "Olahraga apa yang kamu jalani? Joging?"

Aesthetic kembali menggelengkan kepalanya, kemudian menghabiskan suapan terakhir stuff rotinya. setelah semuanya selesai, ia kembali menjawab pertanyaan sang Papah. "Bernapas, Pah."

"Iya, Papah bernapas kok ini."

"Bukan, bukan itu. Olahraga yang Thetic jalani adalah bernapas."

Taufik dibuat melongo atas jawaban anak gadisnya.

"Perfect 'kan, Pah?"

"Sejak kapan bernapas jadi semacam olahraga?" Taufik mau heran, tapi ini Aesthetic. Ya, bagaimana, ya?

"Entah. Tapi, ada satu kutipan kata-kata yang sangat bagus, dan itu membuat bernapas jadi olahraga favorit Thetic!" Ucap Aesthetic.

"Apa?" Tanya Papah Taufik setengah frustasi.

"Apa pun yang terjadi, tetaplah bernapas. By Jack Kahuna Laguna."

Jawaban Aesthetic, membuat senyum terpaksa keluar dari wajah sang Papah.

"Weekend ini kamu lari pagi sama Papah. Nggak terima penolakan." Final Taufik dan segera menuju ke ruang kerja miliknya.

"PAPAH!" Rengek Aesthetic

~ 🪄 ~ 🪄 ~ 🪄 ~

Setelah melakukan ritual bersih-bersih sebelum tidur, langkah Aesthetic menuju ke Mickey yang duduk tegak. Lebih tepatnya boneka Mickey Mouse.

Benda pipih yang tergeletak di atas nakas bergetar. Aesthetic mengambil benda tersebut sembari memeluk erat boneka Mickey mouse.

"HALOOOOOOO, ANAKKU!" Suara Ameera memasuki gendang telinga Aesthetic. Ameera sudah melambaikan tangannya. Ya, ini merupakan panggilan video call.

"Halo, Mak!" Jawab Aesthetic.

"Kirain sudah tidur. Anak kecil enggak boleh malam-malam tidurnya, ya." Kini suara Rahma yang terdengar.

"Iya-iya. Rahmi—pfttt,"

Di seberang sana, Rahmi sudah melototkan matanya. Dan memberi kode untuk Aesthetic diam, jangan ketawa juga. Bisa kelar maskernya retak nanti. Ya, Rahmi sedang perawatan wajah.

"Guys, besok sehabis pulang sekolah nge-mall, yuk!" Ajak Rahma yang sedang memakan keripik singkong.

"Gaya lo, Ma, pakai acara nge-mall. Ujung-ujungnya gue yang ngetraktir." Ujar Ameera yang membuat Rahma cengengesan.

"Ya, enggak apa-apa. Kalau kata Geraldi, anggap aja bersedekah. Pahala, lho." Timpal Rahma.

"Cie, Rahma. Ingat Geraldi." Goda Aesthetic yang masih memeluk boneka Mickey Mouse. Posisi Aesthetic sekarang menyender di kepala ranjang.

MiStic (Mickey and Aesthetic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang