🪄 CHAPTER 25: D-Day 🪄

72 23 20
                                    

‼️Ambil baiknya, buang buruknya‼️

🍂 Jangan jadikan sebagai bacaan utama, tapi jadi bacaan yang membuat kalian mengutamakan kebaikan-kebaikan🍂

🤍Selamat membaca!🤍

~ 🪄 ~ 🪄 ~ 🪄 ~

"The, lo nggak apa-apa, kan?" Aesthetic tersenyum tulus, lalu menjawab kekhawatiran si kembar, "nggak apa-apa, aku baik-baik saja."

"Kalian baru sampai jam segini, lho! Sudah mulai larut malam. Kalian juga nggak apa-apa, kan?" Kali ini Ameera yang bertanya kepada si kembar. "Gue sedih, nggak bisa minum kopi." Rahmi menjawab dengan ekspresi dibuat sedih. Sebenarnya, dia sudah mengikhlaskan kopinya. Toh, jadi bukan dia yang harus membayar. Uangnya aman sentosa. "Lho, kenapa?" Rahmi menoleh ke Aesthetic, "kelakuan adiknya Pak Jamal, tuh!"

Ameera menatap lamat Rahmi. "lo dekat, Mi? Bukannya musuhan?" Ameera meledek. Pada kenyataannya tengah menahan degupan jantung yang menggila. Ia memang belum menceritakan kepada sahabat-sahabatnya bahwa ia memiliki hubungan spesial dengan guru idola tersebut. "Gue anak baik-baik, ya, Me."

Rahma hanya menggeleng pelan melihat kelakuan Ameera dan Rahmi. "The, kok lo belum tidur atau belajar lagi gitu? Besok kan lo harus ikut lomba."

"Aku baru selesai belajar," Aesthetic menjawab dengan menatap Ameera. Ameera yang mengerti langsung menganggukkan kepalanya, tanda Aesthetic tidak berbohong.

"Aku juga belum bisa tidur karena mau menunggu kalian dan sedikit kepikiran tentang tadi." Rahma benar-benar kasihan. Ameera sudah menguatkan dengan mengusap pundak teman sebangkunya di kelas. "Masih kaget. Aku yakin, semuanya akan baik-baik saja." ucap perempuan berambut pendek itu lagi, guna meyakinkan diri.

Rahmi yang merasa tidak nyaman dan berinisiatif untuk memecah kebisuan yang tercipta setelah ucapan Aesthetic tadi. "Eh, iya, bagaimana kalau kita pillow talk? Biar kayak orang-orang." Rahmi mengusulkan ide dengan menaik-turunkan alisnya. "Memang selama ini kita bukan orang, Mi?"

"Kita bertiga orang, The, cuma dia doang yang orang jadi-jadian."

Rahmi mendelik tajam saat dirinya ditunjuk oleh Rahma, "manusia jadi-jadian, bukan orang jadi-jadian! Puas lo?!" Rahma tertawa, merasa senang berhasil membuat adiknya kesal.

"Ayo, kita pillow talk!" Tanpa banyak basa-basi, keempat remaja perempuan itu sudah berebutan untuk memilih piyama yang dibawa oleh Ameera. Primadona sekolah itu memang membawa empat set piyama. Lantas, mengapa Ameera ikut berebutan piyama tersebut?

Berasa hidup dengan euforia ini bersama mereka. Nggak sepi.

~ 🪄 ~ 🪄 ~ 🪄 ~

"Sudah, mau pillow talk apa?" tanya Aesthetic, peserta pillow talk yang sudah riang gembira sembari bertepuk tangan pelan. "Oke, mulai! The, kenapa akhir-akhir ini suka menyebut diri sendiri dengan kata 'aku'?" Rahmi memulai sesi pillow talk. "Iya, benar juga, ya. Baru sadar. Biasanya suka sebut dengan nama sendiri." Rahma ikut menimpali pertanyaan Rahmi.

Aesthetic menatap langit-langit kamar apartemen dengan tangan di bawah dagu. "Kenapa, ya?"

"Enggak ada alasan khusus, sih. Enggak apa-apa, kan?" Kini, Aesthetic menatap sahabat-sahabatnya secara bergantian. "Enggak apa-apa, The." Ameera menjawab. "Mau tau doang. Kirain nggak dibolehin sama your fiancé." Rahmi ikut meluruskan niatnya. "Mickey? Enggak kayaknya sih."

"Masa sih? Biasanya laki-laki tuh diam-diam suka membandingkan pasangannya dengan perempuan lain." Yup, niatnya Rahmi sudah belok arah menjadi niat mengusili. "Membandingkan? Contohnya?" Aesthetic terpancing berujung penasaran. Dirinya sudah bergerak mendekati Rahmi.

MiStic (Mickey and Aesthetic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang