🪄 CHAPTER 10: Penculik Premium dan Orang Baik 🪄

122 53 37
                                    

"Kok ada di sini?" Itulah kalimat pembuka yang terlontar dari Aesthetic, saat mendapati Mickey berada di depan pagar rumahnya.

Bukan tanpa alasan Aesthetic bertanya seperti itu. Tiga hari berlalu, Papah Taufik menitipkan rumah ke Aesthetic, karena Papah Taufik harus pergi ke Bali untuk urusan pekerjaan. Jadi Aesthetic pikir, Mickey juga ikut ke Bali dengan jabatannya sebagai pewaris tunggal SC Company.

Aesthetic sudah mencium bau-bau dirinya akan diculik secara paksa. Ya, memang diculik pasti secara paksa, mana ada diculik secara negosiasi.

"Terus, mau ngapain ke sini?" Aesthetic sudah menumpukan kedua lengannya di atas pagar. Pagar rumahnya tidak terlalu tinggi, dan Aesthetic tidak terlalu tinggi ke samping.

"Tunggu!" Peringat Aesthetic, ketika Mickey mau membuka suara.

"Mickey tau darimana rumah Thetic di sini?" Tanya Aesthetic lagi. Pasalnya tiap kali Aesthetic diantar pulang oleh Mickey, Aesthetic pasti minta turunnya di jalan yang agak jauhan dari rumahnya.

"Sudah selesai nyerocosnya?" Mickey baru membuka suara yang dibalas anggukkan dari Aesthetic.

"Ini pagarnya nggak dibukain dulu?"

"Nanti. Jawab dulu pertanyaan-pertanyaan tadi. Itu password buat akses dibukain pagar rumah." Balas Aesthetic cepat.

Mickey sudah menahan senyumnya. Ada-ada saja, mungkin itu pikir Mickey.

"Oke. Pertama, gue ada di sini, karena yang ke Bali adalah Papah gue. Kedua, gue tau rumah lo itu dari berkas karyawan perusahaan. Ketiga, gue ke sini mau ngebuat anak kecil yang tadinya ngambek, jadi happy lagi. Password diterima, silahkan bukain pagarnya." Mickey mengucapkan kalimat yang sangat panjang di bulan ini. Mungkin kalau ada Geraldi, laki-laki tersebut sudah berdecak kagum.

"Siapa yang ngambek?" Semprot Aesthetic, setelah membukakan pagar rumah.

"Menurut lo? Ngambek gara-gara gagal bolos pelajaran olahraga, itu siapa?" Dengan gaya tengilnya, Mickey bersedekap dada.

"Buruan, siap-siap. Penculik yang premium enggak mau nunggu lama!"

Aesthetic mendengus, tapi tetap masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap.

Aesthetic sudah siap dengan kaus putih polos berlengan pendek, dilapisi cardigan merah berlengan panjang. Untuk bawahan, Aesthetic memakai celana levis panjang warna biru muda.

Untuk style, Aesthetic mempunyai khas-nya sendiri. Dia tidak terlalu mengikuti tren, dan tidak mau yang ribet. Untuk apa yang ia pakai, asal itu membuat nyaman, Aesthetic pasti suka dan memakainya. Terkecuali kalau di acara-acara tertentu.

Setelah merasa aman untuk meninggalkan rumah, Aesthetic dan Mickey sudah membelah jalanan Ibu Kota dengan mengendarai mobil.

Memakan waktu yang lumayan, kini dua sejoli tersebut sudah sampai ke tempat tujuan. Mickey mengitari mobilnya dengan sedikit berlari, ketika Aesthetic membuka pintu mobil. Tangan Mickey sudah di atas kepala Aesthetic, guna melindungi supaya tidak terpentuk.

"Mall?" Cicit Aesthetic, menatap Mickey yang berada di sampingnya. Tidak menjawab, justru Mickey menggenggam salah satu tangan mungil tersebut, dan membawanya ke dalam saku jaket.

Memasuki mall, Aesthetic melangkah mengikuti si penculik premium. Tidak mau bertanya-tanya, daripada kehabisan energi di awal. Selama perjalanan memutari isi mall, tak sedikit yang menatap kagum ke arah Mickey. Sudah dipastikan itu dari kaum hawa.

"Wah!" Aesthetic menatap takjub ke hamparan lapisan es yang luas. Aesthetic suka hal-hal tentang es, bahkan pernah makan es batu yang kecil-kecil. Ya, dimakan atau bahasanya itu 'digadoin'.

MiStic (Mickey and Aesthetic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang