"Are you okay, Rahma?" Rahmi tidak tahan melihat kembarannya seperti tidak ada tenaga. Keduanya dan anak-anak ekskul dance lainnya sudah berada di dalam bus. Rahma menoleh, kemudian tersenyum. "Gue nggak apa-apa. Santai saja!"
Rahmi mengangguk pelan, "jadi kembaran gue ini nggak mau jujur? Rahma... Rahma... Kita ini kembar. Asal lo tau saja, perasaan gue ngerasa gelisah daritadi gara-gara lo. Gue tanya sekali lagi, lo kenapa?" Memang Rahmi bisa bercanda, dan ini saatnya bukan untuk bercanda.
Rahma menghela napas, "gue akan cerita ke lo kalau sudah waktunya. Sekaligus gue memastikan satu hal terlebih dahulu." Rahmi tak berbicara lagi, ia langsung memeluk saudara kembarnya. Jarang untuk keduanya seperti ini, sekalinya hadir membuat suasana terasa hangat.
"Kalau sekarang, gue baru percaya sama lo. Ingat, kita ini saudara, kembar juga, jadi jangan menyembunyikan masalah atau apapun itu sendirian." Ucapan Rahmi membuat Rahma terkekeh. "Lo tau nggak? Sebenarnya, lo kurang pantas berucap kayak gitu, Mi!"
"Yeu!" Rahmi membalas ucapan sang kakak, tapi hatinya sudah lega. Pertanda bahwa Rahma yang asli sudah kembali, bukan seperti tadi.
"Lo harus janji sama gue. Hal apapun itu, jangan sampai membuat performance kita kacau ya?"
"Boleh. Sebagai gantinya, lo traktir gue kopi setelah performance. Deal?" Rahma mengulurkan satu tangannya, sembari menaik-turunkan alisnya.
"Memangnya ada kedai kopi di sana?" Pancing Rahmi, berniat agar acara traktir darinya gagal.
"Entah. Gue sih yakin ada. Pokoknya kalau ada, lo traktir gue kopi, titik!"
Rahmi pasrah, "gue menyesal sudah menenangkan lo."
Rahma tertawa puas melihat reaksi sang adik. "Thank you, my twins!"
~ 🪄 ~ 🪄 ~ 🪄 ~
"The, besok gue pulang ke rumah." Pernyataan Ameera membuat pergerakan Aesthetic terhenti. Pasalnya Aesthetic sedang membereskan beberapa buku pelajaran dia atas meja, dan menggantikan dengan mata pelajaran yang lain.
"Oh ya? Kedua orang-tua Ame yang menyuruh?" Aesthetic bertanya dengan hati-hati. Ia tahu hubungan antara Ameera dengan kedua orang-tuanya.
Perempuan yang dipanggil Ame itu menganggukan kepalanya. "Nggak apa-apa, Thetic berani kok di rumah sendiri. Cuma rada bosan saja gitu."
"Papah Thetic gimana? Bukannya sebentar lagi pulang ya?" Kini Ameera lah yang bertanya.
"Kurang tau. Memang katanya sebentar lagi akan pulang, tapi belum pasti. Bisa jadi diundur, karena ini projek lumayan besar gitu. Jadi harus benar-benar detail dari dasar, supaya nggak susah kalau terjadi apa-apa nantinya." Setangkap Aesthetic seperti itu.
"Papah Thetic 'kan ke sana nggak sendiri, ada Papahnya Mickey juga. Mungkin nggak akan lama buat pulang." Aesthetic hanya mengangguk pelan, saat mendengar ucapan Ameera.
"By the way, Papah Thetic sama Papahnya Mickey sudah dekat banget ya? Wih, jalan semakin lancar dong! Papah dengan Papah mertua semakin akrab, yeay!" Sesi kejahilan dari Ameera dimulai.
Suasana pergantian jam mata pelajaran, membuat Aesthetic dan Ameera mengobrol sepuasnya. Beruntungnya juga, karena guru yang mengajar mata pelajaran sekarang belum datang ke kelas.
"Apaan sih, Me. Kamu tuh yang ngehalunya semakin lancar. Ada-ada saja!" Aesthetic menepis ucapan ngawur sahabatnya.
Ameera pura-pura ngambek, "enak saja! Sejak kapan gue ngehalu, Aesthetic!"
"Pak Jamal?" Kata-kata tersebut berhasil membungkam mulut Ameera. "Hah?" Beo Ameera tanpa disadari. Aesthetic paham Ameera reflek karena salah tingkah.
"Uuuuu, gemasnya yang lagi salah tingkah!" Aesthetic membalikkan posisi mereka. Kini Aesthetic lah yang menjahili Ameera.
KAMU SEDANG MEMBACA
MiStic (Mickey and Aesthetic)
Teen FictionGadis mungil yang polos, lugu, bermata bulat indah, dan beraroma bayi membuat orang-orang di sekitarnya tenang. Gadis tersebut bernama Aesthetic. Iya, Aesthetic, nama yang langka bukan? Sama seperti karakternya yang langka dan unik. Polos, tapi tid...