Rahma mengangguk, "lo punya hak, gue juga punya hak. Lo mau Ame nggak tau jaket ini punya lo, tapi gue mau Ame tau. Dia berhak tau!!"
Geraldi mengacak rambutnya dengan kasar, "lo terlalu nekat!!" Rahma tersenyum miring, "lo yang terlalu nekat, Ger. Gue cuma nggak mau, Ame tau dari mulut orang lain atau tau dengan sendirinya. Itu bisa buat munculnya kesalahpahaman dalam persahabatan kami."
Rahma berujar tenang, "dan lo tau nggak, mengetahui kebenaran dari mulut orang lain itu lebih sakit. Sekecil apapun kebenaran itu."
Kecuali perkataan dari lo, Ger. Perkataan lo menyakitkan, padahal gue taunya bukan dari orang lain.
Geraldi menatap ke arah samping, tidak menatap Rahma yang sedang menatapnya. "Gue cuma nggak mau mengganggu kebahagiaan yang Ameera rasakan. Perihal diri gue yang punya rasa sama dia, biarkan saja. Gue maunya dia sadar dengan sendirinya." Rahma tidak menyadari bahwa pandangan Geraldi kian menajam.
Geraldi melanjutkan perkataannya lagi, "gue nggak bisa paksa Ameera untuk balas perasaan gue. Gue juga nggak bisa paksa diri gue untuk balas perasaan orang lain."
Sebisa mungkin, Rahma mengontrol dirinya untuk tetap tenang, walau rasanya ia ingin merutuki dirinya sendiri yang terbilang bodoh dalam urusan perasaan. "Lo mau Ameera sadar dengan sendirinya? Sadar darimananya, kalau hal sekecil ini saja dia nggak tau!! Seyakin apa lo, Ameera mau cari tau disaat nanti dia sudah percaya, kalau jaket ini punya gue?! Lo kira jaket ini cuma satu di dunia? Enggak. Dia pasti mikir, bisa saja lo punya jaket yang sama dengan gue!!"
"Lo aneh!!" Usai dua kata tersebut meluncur, Rahma langsung berbalik untuk kembali ke kelas. Bahkan Rahma belum mengatur napasnya yang masih memburu.
Oh, please, Rahma, lo nggak boleh bodoh karena cinta!!
~ 🪄 ~ 🪄 ~ 🪄 ~
Geraldi tersenyum mengingat apa yang terjadi tadi. Ia juga tahu, napas Rahma memburu. Perempuan itu mengeluarkan isi hatinya. "Sorry, Ma, gue nggak bisa membalas perasaan lo. Gue harap lo paham dengan ucapan gue." Kata demi kata keluar dari mulut Geraldi yang tengah berbaring di atas sofa dan menatap langit biru dalam keadaan membolos.
"Gue tau lo punya perasaan sama gue, Ma. Takut yang lo bilang, gue juga paham. Lo takut jika perasaan lo semakin dalam sama gue."
"Andai lo tau sahabat lo sudah punya pasangan, apa lo masih mau kasih tau perihal jaket itu?" Benar, Geraldi sudah mengetahui bahwa primadona di sekolahnya — tempat ia sering membolos — sudah memiliki pasangan.
"Lo benar, rasanya kecewa kalau tau kebenaran dari mulut orang lain. Sebelum tau dari mulut orang lain, gue sudah tau dari kelebihan yang gue punya. Rasanya lebih kecewa. Kenapa? Saat diri sendiri berusaha nggak mau tau, nggak mau cari tau, tapi gue nggak bisa. Gue terlalu peka dengan kelebihan ini yang buat kebenaran itu datang tanpa dicari tau."
Favian Geraldi, pemuda yang dipanggil dengan Geraldi ini memang mempunyai kelebihan. Kelebihan yang bisa dibilang termasuk ke dalam indra keenam. Ia merupakan pemilik indra keenam. Keistimewaan pertama yang dimiliki oleh si pemilik indra keenam, yaitu otaknya bisa bekerja lebih maksimal, dibandingkan orang yang memiliki panca indra saja.
Rata-rata mereka yang memiliki keistimewaan, cenderung lebih pintar dari yang lain. Penyebabnya dikarenakan mereka sering memakai rasa, insting, bisikan hati daripada logika. Geraldi termasuk cerdas, tapi memang dirinya yang tidak suka menampakkan apa yang dimilikinya. Dia lebih suka dirinya yang suka membolos. Membolos inilah yang membuat kelebihan yang dimilikinya semakin kuat. Mengapa? Pendidikan rata-rata menggunakan logika, tetapi Geraldi sering membolos yang membuat dirinya jarang menggunakan logika. Membuat dirinya sering mengedepankan lawan dari logika. Geraldi sadar, yang ia lakukan justru membuat kelebihannya semakin kuat. Bisa saja kelebihan ini memudar dan hilang, kalau saja dari ia masih kecil lebih menekankan panca indranya dalam aktivitas sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
MiStic (Mickey and Aesthetic)
Teen FictionGadis mungil yang polos, lugu, bermata bulat indah, dan beraroma bayi membuat orang-orang di sekitarnya tenang. Gadis tersebut bernama Aesthetic. Iya, Aesthetic, nama yang langka bukan? Sama seperti karakternya yang langka dan unik. Polos, tapi tid...